pendidikan | Unsorted

Telegram-канал pendidikan - Pendidikan Merdeka Belajar

3995

Info dan tips pendidikan #MerdekaBelajar. Ayo ajak yang lain bergabung

Subscribe to a channel

Pendidikan Merdeka Belajar

Semua Murid Semua Guru: Tidak Tepat Mengatakan Guru adalah Kunci dalam Pendidikan

Najelaa Shihab (Pendidik)

Hari ini, 5 Oktober, adalah Hari Guru Sedunia. Sepuluh hari lagi, 1000 guru penggerak perubahan dari 125 kabupaten/kota akan berkumpul memgembangkan diri di Temu Pendidik Nusantara.

Kenyataan yang paling menyedihkan dari pengembangan guru, percakapan yang terjadi seringkali membuat guru merasa disalahkan bukan didengarkan. Dalam hampir semua situasi, guru dikatakan kunci dalam pendidikan. Namun kalimat ini sebenarnya bukan kalimat lengkap.

Kunci sering diartikan sebagai solusi segala masalah yang bisa ditinggal sendirian. Guru di kelas harus berhadapan dengan anak yang tidak siap berkonsentrasi karena datang dengan kondisi kelaparan, punya tingkat aktivitas terlalu tinggi karena terbiasa tinggal dalam kepadatan, atau beresiko melakukan perundungan karena dibesarkan dengan ancaman dan hukuman berlebihan. Kemiskinan, kegagalan keluarga, adalah masalah yang sangat besar dan membutuhkan pendidikan di segala bidang, bukan hanya peran guru di sekolah.

Sekadar mengatakan guru adalah kunci, seringkali sama saja dengan mengalihkan tanggung jawab dan menjebak guru untuk gagal.

Tentu guru berperan penting dalam pendidikan, namun tuntutan akan besarnya peran - atau secara spesifik tingginya kompetensi- tidak akan tercapai saat guru tidak memiliki hal yang asasi, yaitu: kemerdekaan. Kemerdekaan guru dalam jangka panjang berperan sentral untuk menumbuhkan kemerdekaan belajar murid dan nantinya cita-cita demokrasi negeri ini.

Yang terjadi dalam pengembangan guru kita, kemerdekaan seringkali dibungkam dengan tunjangan atau tekanan. Pendidikan menjadi proses yang penuh dengan kontrol, bukan pemberdayaan. Di banyak negara, memasuki profesi guru adalah proses yang sangat selektif untuk orang-orang pilihan, namun menjalaninya didukung dengan banyak kemerdekaan dan kemudahan. Di negeri kita sebaliknya, menjadi guru seringkali mudah, namun batasan dan tekanan di dalam profesinya sangat menantang.

Dalam kenyataannya begitu banyak faktor konteks yang akan menentukan apakah guru bisa merdeka. Kemerdekaan berkait dengan hubungan yang ada di sekeliling, berkait dengan situasi lingkungan. Kemerdekaan bukan dimiliki, tapi dicapai.

Apa yang dipercayai guru adalah bagian penting dari apakah ia mampu mencapai kemerdekaan. Pengalaman masa lalu, baik pengalaman personal saat menjadi murid ataupun pengalaman professional saat menjadi guru mempengaruhi apakah guru menganggap kemerdekaan bagian yang penting dari pekerjaannya. Salah satu yang paling sulit dari perubahan pendidikan adalah sebagian besar guru tidak mengalami kemerdekaan saat menjadi murid, sehingga juga tidak mengharapkan (dan memperjuangkan) kemerdekaan saat menjadi guru.

Guru yang memiliki kemerdekaan juga seringkali disalah artikan sebagai perlawanan terhadap aturan atau kebijakan. Ini pendefinisian yang kurang tepat, karena kemerdekaan sesungguhnya selalu berkait dengan inisiatif diri. Guru perlu "merdeka untuk" mencapai cita-cita, bukan sekadar "merdeka dari" kunkungan kebijakan. Kemerdekaan belajar guru yang sesungguhnya, adalah gabungan dari tanggungjawab, otonomi dan otoritas profesi mulia ini.

Saya butuh waktu cukup lama untuk sadar bahwa guru adalah kunci itu tidak cukup. Guru yang merdeka belajar adalah kunci. Guru bukan sekadar input seperti di pabrik, sehingga dia menjadi kunci terhadap sebuah output yang dihasilkan murid-murid kita. Guru bukan sekadar alat untuk mensukseskan agenda reformasi pemangku kepentingan lain. Sekali lagi, kemerdekaan itu adalah kapasitas individu yang didukung oleh ekosistem yang baik. Tidak ada guru yang bisa belajar sendirian, tidak ada guru yang bisa kompeten sendirian dan tidak ada guru yang bisa merdeka belajar sendirian. Mari dukung semua kemerdekaan belajar di ruang kelas, untuk semua murid dan semua guru.

*Tulisan ini diringkas dari bab “Kemerdekaan Guru, Kemerdekaan Belajar” - dari buku “Merdeka Belajar di Ruang Kelas” yang akan terbit di Temu Pendidik Nusantara 14-15 Oktober 2017.

bit.ly/semuamuridsemuaguru

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Ada lagi, guru merasa sangat khawatir ketika perangkat pembelajarannya tidak lengkap. Semua harus ada, mulai dari prota, promes, silabus, RPP, dan lain-lainnya. Guru dianggap melakukan kesalahaan jika tidak membuat silabus, padahal sudah membuat RPP-nya.

Dalam suatu kegiatan sosialisasi kurikulum baru di suatu wilayah, seseorang yang berwenang, memberikan file yang berisi perangkat pembelajaran yang sangat lengkap. Beliau menyampaikan bahwa perangkat pembelajaran tersebut juga digunakan oleh para guru di SD percontohan di luar kabupaten. “Padahal harganya lumayan mahal lho, tapi mereka mau membelinya. Tapi Anda jangan khawatir, untuk para guru di sini saya memberikannya secara gratis, karena kita bersaudara, sedaerah”, kata beliau dengan suara lantang. Saking senangnya, para guru memberikan applause karena menganggap beliau adalah pahlawan bagi mereka.

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat saran dari seseorang yang juga memiliki kewenangan dalam mensosialisasikan kurikulum baru tersebut. Beliau mengatakan seperti ini, “Memang bagus jika guru mau membuat sendiri, tapi bebannya sangat berat. Saya yakin guru akan kesulitan memenuhinya. Jadi lebih baik menyontoh yang sudah ada saja. Bukankah perangkat tersebut sesuai untuk pembelajaran di sini?”

Saya sangat memahami niat baik beliau-beliau. Mereka melakukannya karena tulus ingin membantu para guru. Tapi entah kenapa, ucapan-ucapan itu membuat saya patah hati.
Karena penasaran, saya bertanya pada beliau, “Jika disuruh memilih antara guru yang perangkat pembelajarannya lengkap tapi hasil dari copy paste, dengan guru yang perangkat pembelajarannya membuat sendiri tapi tidak lengkap, Anda memilih guru yang mana?”

Beliau menjawab, “Tentu memilih yang lengkap, kita kan dituntut untuk melengkapinya. Wong sesuai koq dengan pembelajaran di sini. Kenapa kita harus mempersulit diri sendiri? Kita ini kan hanya bawahan, jadi ya mau tidak mau harus mengikuti aturan yang di atasnya. Dan saya pun patah hati untuk kedua kalinya. Hikz....
Jika kita mau memahami isi hati guru, sebenarnya yang diinginkan para guru bukan dukungan seperti itu. Mereka mengharapkan supaya Anda mengatakan bahwa guru mampu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapinya sehari-hari dengan efektif. Percaya bahwa guru juga mau belajar. Percaya bahwa guru juga menginginkan prestasi siswanya meningkat. Mereka juga selalu mendoakan agar kelak para siswanya menjadi manusia yang bermanfaat.

Anda pernah mendengar, bahwa sebenarnya banyak guru yang mau meningkatkan kualitas pembelajarannya meskipun tidak ada yang memberikan uang saku? Meskipun tempat diklatnya tidak di hotel? Meskipun tidak ada sertifikatnya? Bahkan mereka rela menggunakan biaya sendiri? Itulah bukti bahwa sebenarnya guru juga mau belajar dan meningkatkan kompetensinya. Saya yakin, jika diberi kepercayaan mereka akan termotivasi.

Bagaimana cara memberikan kepercayaan pada guru?

1. Jangan menganggap para guru seperti bayi yang harus disuapi karena tidak bisa makan sendiri. Perangkat pembelajaran dibuatkan, buku dibuatkan, bahkan LKS-pun dibelikan. Akibatnya para guru tidak pernah memiliki inisiatif sendiri. Guru tidak pernah memiliki kesempatan berpikir kreatif. Sehingga kompetensinya tidak berkembang. Karena itulah Anda sering mendengar banyak guru yang mengatakan begini, “Bagaimana mungkin kita bisa mengajarnya, kalau bukunya tidak ada?”
Bahkan saking fanatiknya dengan buku, ada guru yang menganggap bahwa jawaban siswanya salah jika tidak sama persis dengan yang tertera di buku.

2. Jangan menakut-nakuti guru dengan mengatakan bahwa setiap guru harus memiliki perangkat pembelajaran lengkap. Ucapan itu mengakibatkan sebagian besar guru menghalalkan segala cara untuk memenuhinya. Jika anda jeli menangkap signal, sebenarnya sumber permasalahan dari budaya copy paste yang sekarang tumbuh subur dan semakin merajalela itu berawal dari hal tersebut.

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Selamat berjumpa kembali para pendidik merdeka!

Anak-anak adalah tujuan utama kita bekerja keras memajukan pendidikan. Yang selalu kita harapkan adalah bagaimana anak kita tumbuh menjadi seorang yang berhasil di kemudian hari. Kita, baik sebagai orang tua maupun pendidik.

Kepedulian ini kemudian menghadirkan sebuah inisiasi untuk menyediakan format pengembangan diri sebagai orang tua. Ya, sebagai orang tua pun kita harus berusaha belajar demi bisa memfasilitasi perkembangan anak-anak kita, lebih dari pengalaman saat kita dulu tumbuh 😉

Malam ini, 29 September 2017, Komunitas Guru Belajar Nusantara akan menghadirkan Komunitas Keluarga Kita dalam Temu Pendidik Mingguan Guru Belajar, pada pukul :
18.30 - 20.30 WIB
19.30 - 21.30 WITA
20.30 - 22.30 WIT

Kita akan belajar bersama tentang kebutuhan setiap orang tua untuk berkembang dalam perannya mendidik anak.
Bagaimana kita bisa memfasilitasi perkembangan anak melalui setiap hal yang kita lakukan dalam keluarga.
Bagaimana para orang tua bisa menjadikan keluarga sebagai tempat belajar pertama yang menumbuhkan anak secara optimal.
Bagaimana orang tua tumbuh sebagai pribadi dan dalam perannya dalam keluarga.

Menghadirkan Guru Yulia dari Keluarga Kita sebagai narasumber. Dengan moderator Guru Putri Anthi dari KGB Depok.
Hanya di /channel/mudikmingguan

Merdeka!

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Kelebihan Dosis Pendidikan

Murid kita tidak kurang terdidik
Guru kita tidak kurang terdidik

Hari ini, seperti biasa, saya sok berlagak jadi pahlawan yang mau membantu guru buat belajar. Meski sok jadi pahlawan, saya tetap berlaku profesional. Saya bertanya apa kebutuhan belajarnya? Apa yang bisa saya bantu?

Ternyata pertanyaan sederhana itu terbentur batu. Lahirlah percakapan nada meninggi dengan seorang guru. Ia menolak mendiskusikan kebutuhan belajar para guru. "Saya sudah diskusi semua itu. Saya maunya yang praktis, apa yang bisa langsung kami praktikkan".

Setelah nada menurun, setelah mendengar, saya pada akhirnya mencoba melihat dari sudut pandang beliau. Saya jadi simpati dengan kehidupan para guru, khususnya guru negeri pada sekolah percontohan. Begitu banyak program yang harus dikerjakan. Begitu banyak pelatihan yang harus diikuti. Tanpa daya untuk menolak, tanpa daya untuk memilih. Saya mendengarnya pun sudah terasa lelah 😅

Murid kita tidak kurang terdidik
Guru kita tidak kurang terdidik

Mereka justru kelebihan dosis pendidikan, pendidikan yang tidak penting.

Pelajaran penting yang membuat saya semakin percaya bahwa program apapun mengenai pengembangan guru haruslah memberi kewenangan pada guru untuk memilih: terlibat atau tidak terlibat. Tanpa hukuman. Tanpa sogokan. Ijinkan murid kita, ijinkan guru kita untuk #MerdekaBelajar.

Bukik Setiawan
Teman #GuruBelajar

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Selamat berjumpa kembali, para pendidik merdeka 🙋🏼

Sebagai pendidik dan orang dewasa, kita mempunyai banyak sekali pengalaman dibandingkan dengan anak-anak kita tentunya. Alasan ini kerap menjadi latar belakang kita untuk mendominasi proses belajar anak-anak. Untuk menggurui mereka!

Malam ini, dalam Temu Pendidik Mingguan Komunitas Guru Belajar Nusantara, kita akan membicarakan bagaimana menjadi fasilitator bagi proses belajar anak.

Bersama *Guru Sayidah Nafisah*, penggerak KGB Rembang, kita akan belajar tentang bagaimana anak berperan dalam proses pengembangan kontrol dirinya.

Bagaimana guru berusaha mengembalikan hak anak atas perjalanan pendidikannya?
Bagaimana guru berproses sebagai pendidik yang lebih menghargai dan menempatkan kembali hak anak pada tempatnya?

Dengan *Guru Vendyah Tresnaningtyas*, penggerak KGB Sidoarjo, kita akan belajar hasil penelitiannya tentang bagaimana membuat program untuk kelas memasak bagi anak.
Bagaimana guru dan peneliti menciptakan cara untuk memfasilitasi kebutuhan belajar anak.

Belajar dari anak tidak sulit, hanya perlu kerelaan kita untuk bergerak bersama mereka, bukan dengan menggerakkan mereka 😊

Catat waktunya ⏰
*Hari Jumat, 15 September 2017*
*18.30-20.30 WIB*
*19.30-21.30 WITA*
*20.30-22.30 WIT*

Hanya di /channel/mudikmingguan

Moderator oleh Lany Rh.
Guru Sayidah Nafisah dan Guru Vendyah Tresnaningtyas akan mengisi Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara 2017. Jakarta, 14-15 Oktober 2015.

Sampai jumpa 👋
Merdeka!

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

[KUIS HARI KE EMPAT]

Mau Buku Diferensiasi? Mau Tiket Temu Pendidik Nusantara 2017?
Buruan ikutan kuisnya.

Facebook: https://www.facebook.com/KampusGuruCikal/posts/1810040035962695

Instagram: https://instagram.com/p/BZBUwLrDucj/

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

https://instagram.com/p/BY5nCJfD4ri/

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Ada 3 komponen #MerdekaBelajar: Tujuan, Cara dan Penilaian-Refleksi. Komponen 1 dan 3 yang paling butuh kerelaan guru untuk melepaskan kontrol terhadap anak. Paling sulit.....tak heran kebanyakan inovasi belajar berputar-putar pada komponen kedua. Tanpa mengubah komponen 1 dan 3, anak-anak hanya mendapat kemerdekaan belajar yang semu.
#Refleksi #MerdekaBelajar

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Semua Murid Semua Guru:
Salah Kaprah tentang Membaca
.
Tidak ada anak yang terlahir suka membaca atau tidak suka membaca. Membaca bukan tentang minat, tapi tentang budaya.
.
Kita bisa menyatakan buta aksara sudah bukan masalah Bangsa. Namun pendidikan literasi kita masih jauh dari cita-cita, karena banyaknya salah kaprah tentang membaca.
.
Kita selalu menyebut masalah pada minat baca, padahal sejatinya akarnya adalah budaya membaca. Menyalahkan minat baca berkesan melabel seseorang, seolah ada yang terlahir lebih berminat dan ada yang ditakdirkan dengan gaya belajar berbeda sehingga tidak mau dan tidak perlu membaca.
.
Aksara sangat penting. Bukan karena membaca adalah tujuan akhir, tapi justru karena membaca adalah modal awal untuk bisa belajar berkelanjutan. Simak narasi lengkap Najelaa Shihab, lengkapnya di sini >> http://bit.ly/HariAksaraSMSG
.
Selamat Hari Aksara Sedunia 8 September, mari membaca kembali apa yang kita percaya tentang membaca.
.
Produksi Kolaborasi:
Inibudi.org
Pesta Pendidikan
Pusat Studi Pendidikan & Kebijakan (PSPK)
.
Episode lainnya dapat disimak di >> bit.ly/semuamuridsemuaguru

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Ada guru #MerdekaBelajar yang mau gabung bersama Sekolah Cikal dan Rumah Main Cikal?

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Bertanya Tanda Berpikir

Apakah Anda pernah mengakhiri kelas dengan pertanyaan “Apa ada pertanyaan?” dan kemudian mendapatkan suasana hening tanpa suara? Bila iya, Anda senasib dengan saya dan banyak guru lainnya.

Bayangkan Anda bisa memilih masuk dan menyaksikan kelas di mana pun di seluruh Indonesia. Apapun pilihannya, kemungkinan besar Anda akan menyaksikan alur kelas seperti ini: guru masuk kelas, guru memberi penjelasan, murid mengerjakan soal/tugas, guru mengakhiri dengan pertanyaan “Apa ada pertanyaan?” yang disambut dengan kesunyian.

Mengapa ketika ditawarkan kesempatan bertanya, justru kebanyakan murid tidak bertanya?

Ada berbagai kemungkinan. Murid sudah merasa paham materi pelajaran. Guru pandai memberi penjelasan. Murid takut bertanya karena akan diejek temannya. Murid sudah sangat ingin keluar kelas. Murid takut guru memberi respon negatif. Dan banyak lagi kemungkinan yang lain.

Apapun kemungkinan yang terjadi di kelas, tantangannya tetap ada pada guru. Iya karena menjadi guru berarti memilih menjadi penyebab, bukan menjadi obyek penderita. Karena itu, penting bagi kita untuk fokus pada pertanyaan, bagaimana merancang pengalaman belajar yang diawali dari rasa ingin tahu murid dan diakhiri dengan rasa ingin tahu murid yang lebih besar?

Bekal penting dalam menjawab pertanyaan itu adalah diri guru sebagai guru belajar, yang penuh rasa ingin tahu tentang materi yang akan diajarkannya. Jadi siapkan diri kita menjadi guru belajar, guru yang penuh rasa ingin tahu.

Siapkan minuman hangat, dan buka lembar demi lembar Surat Kabar Guru Belajar Edisi ke-11 ini, untuk mencari tahu dan mempelajari strategi bertanya yang dipaparkan oleh guru belajar dari berbagai daerah. Silahkan pilih esensinya, racik dan gunakan sesuai kondisi kelas Anda.

Bila Anda merasa bahan dari Surat Kabar Guru Belajar ini berguna, jangan lupa bagikan pada rekan guru yang lain. Bayarlah hutang dengan memberikan manfaat juga agar rantai manfaat ini tidak terputus di Anda.

Silahkan unduh di http://bit.ly/SKGuruBelajar11

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Selama ini, kita selalu menganggap bahwa pelajar yang sukses adalah mereka yang mampu membawa nama harum sekolah karena telah menang dalam berbagai perlombaan. Pendidikan di suatu sekolah dikatakan sukses jika dalam almari ruang kepala sekolahnya terpajang bertumpuk-tumpuk piala hasil berbagai perlombaan.

Alih-alih untuk memotivasi siswa, sebenarnya budaya kompetisi itu hanya menimbulkan persaingan yang mengerucut pada ambisi. Kompetisi hanya menghasilkan motivasi yang tidak bisa bertahan lama, karena yang mempengaruhi dari luar diri siswa.

Motivasi yang bertahan lama adalah motivasi yang berasal dari dalam dirinya. Seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh kekuatan dalam dirinya, bukan karena orang lain atau hal lain.

http://www.qureta.com/post/berpikir-merdeka-4

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Penyakit kronis: pandangan guru tidak layak jadi narasumber. Perhatikan seminar/forum pendidikan yang LANGKA narasumber guru. Guru itu cukup duduk, dengar, patuh, terima gaji, gak usah diberi kesempatan bicara.

Penyakit itu yang dilawan #TPN2017. Guru berdiri sejajar dengan profesi yang lain: mendengar dan bicara.

Bila kita percaya guru adalah pondasi pendidikan, maka sudah saatnya kita diam dan mulai mendengar guru bicara.

Info #TPN2017: http://www.kampusgurucikal.com/tpn-2017/

Info Beasiwa #TPN2017: http://bit.ly/beasiswaTPN

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

rtanyaan dengan mengamati apa yang dilakukan oleh ribuan ayah, ibu dan sesama orangtua di Cikal. Terimakasih atas semuanya...Segala cara dan cerita yang saling kita bagi, setiap keberhasilan yang kita rayakan dan kekurangan yang kita refleksikan. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memudahkan setiap langkah kita menuju cita-cita. Semoga upaya kita melakukan kebaikan menjadi keberkahan yang tak berkesudahan untuk semua anggota keluarga dan komunitas Cikal. Terimakasih telah menjadi bagian berarti dari Cikal yang sama-sama kita cintai.

Salam Hangat,
Najelaa Shihab
Head of School

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Merdeka!
Selamat berjumpa kembali 🙋🏼

Sudah tahu tentang Temu Pendidik Nusantara kan?
Ya, konferensi tahunan untuk guru, di mana kita para pendidik bertemu, berbagi, dan saling belajar 😉

Kampus Guru Cikal memberi kesempatan untuk berbagi pengalaman melalui kelas-kelas di Temu Pendidik Nusantara. Karena Kampus Guru Cikal percaya, potensi belajar terbesar adalah dari pengalaman para praktisi. Dari kita, para pendidik yang setiap hari berjibaku dengan anak bangsa.

Malam ini, Komunitas Guru Belajar Nusantara mempersembahkan diskusi Temu Pendidik Mingguan, dengan tema Menjadi Keren Melalui TPN
Kita akan belajar dari teman-teman guru yang sudah pernah menjadi pembicara dalam TPN tahun sebelumnya.
Bagaimana teman-teman guru belajar dalam tiap prosesnya 👩‍💻👨‍💻
Bagaimana teman-teman guru menjadi berdaya melalui TPN 👩‍🎓👨‍🎓
Bagaimana imbas berbagi di TPN pada teman-teman guru 👩‍🏫👨‍🏫

Narasumber utama kali ini adalah Guru Lany Rh dari Kampus Guru Cikal, didukung beberapa narasumber lain dari Komunitas Guru Belajar dan Kampus Guru Cikal. Diskusi dimoderasi oleh Guru Tunggul Harwanto dari KGB Banyuwangi.

Catat waktunya ⏰
Hari Jumat, 18 Agustus 2017
18.30-20.30 WIB
19.30-21.30 WITA
20.30-22.30 WIT

Hanya di /channel/mudikmingguan

Sampai jumpa 👋

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

3. Berikan kesempatan pada guru melakukan kesalahan dan memperbaiki kesalahannya. Mereka juga membutuhkan waktu untuk merefleksikannya . Ajaklah untuk memulainya dari yang paling mudah untuk diterapkan. Lama kelaman mereka akan tertarik dan berupaya melakukannya dengan baik. Sehingga mereka menjadi semakin giat belajar dan berlatih sendiri meskipun tidak ada yang mensupervisinya.

4. Berikan kebebasan pada guru untuk berekspresi, bereksplorasi, dan berinovasi. Jangan memberikan batasan, karena mereka akan takut melangkah. Jangan mengatakan, “Sudahlah, nggak perlu berpikir yang rumit, yang penting perangkatnya lengkap”. Anda tahu, ucapan itu sama sekali tidak membantu guru, tapi justru menyesatkan guru. Ucapan tersebut membunuh kreatifitas guru.
Kita perlu menyadari, bahwa selama puluhan tahun para guru terbelenggu oleh sistem birokrasi yang menjadikan mereka sulit berpikir dan bergerak. Bahkan sampai sesak nafas. Seringkali setiap ada kebijakan baru, para guru hanya bisa mengeluh di antara mereka, tanpa mampu berbuat apa-apa. Mereka lebih sering menyerah karena merasa tidak memiliki kuasa untuk menolaknya. Karena itulah, mereka membutuhkan waktu lama untuk memulihkan kesadarannya kembali. Mereka membutuhkan dukungan dan kepercayaan agar mampu menapak di bumi dengan kokoh.

Mengapa saya harus mengatakan semua ini?

Karena saya seorang guru.

Jadi, bantulah kami....


Nina Wina
Komunitas Guru Belajar Jember
Sumber: http://bit.ly/GuruJugaManusiaFB

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

GURU JUGA MANUSIA

Menurut bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya. Beliau juga mengatakan, setiap orang adalah guru. Setiap rumah adalah sekolah.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut diterjemahkan dalam kerangka pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi. Semua kompetensi yang dikembangkan berpedoman pada 8 Standar Nasional Pendidikan. Sehingga, untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, dalam pengimplementasiannya mengutamakan kemampuan kecakapan abad 21 dan pembentukan karakter.

Penerapan dalam pembelajaran kurikulum 2013 di SD menggunakan model tematik terpadu. Di dalam buku Model Silabus Tematik SD yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dijelaskan bahwa, menurut Piaget, anak-anak di usia 7-12 tahun masuk pada tahap operasional konkret dimana anak belum bisa memahami problem abstrak, segala sesuatu akan bermakna bila dikaitkan dengan objek konkret (nyata) yang mereka temui sehari-hari. Untuk itu pembelajaran yang cocok di SD menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran dalam berbagai tema.

Tetapi, bagi guru yang belum terbiasa menggunakan sistem pembelajaran tematik tentu membutuhkan waktu yang cukup untuk memahami dan menerapkannya. Diperlukan pembiasaan, kesempatan melakukan kesalahan, dan waktu yang sesuai untuk merancang perangkat pembelajarannya, pelaksanaannya, maupun cara mengevaluasinya. Guru juga membutuhkan refleksi untuk melihat ketercapaiannya.

Dengan demikian, agar pengimplementasian kurikulum tersebut berjalan sesuai harapan, maka pemerintah memberikan dukungan sepenuhnya. Bentuk dukungan pemerintah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan. Para guru juga dibekali contoh perangkat pembelajaran lengkap termasuk panduan cara membuatnya. Tujuannya agar guru menjadi lebih mudah dalam menerapkannya. Dan yang paling melegakan, pemerintah membuka ruang kreatif bagi guru dalam menerapkannya sesuai kebutuhannya.

Lalu, apakah dukungan seperti itu sudah cukup? Belum!
Semua dukungan yang diberikan tersebut belum mampu menjamin guru merasa mudah dalam menerapkannya dan mau melaksanakannya. Bukti keberhasilan dari suatu upaya peningkatan kompetensi guru adalah jika para guru sudah merasa berdaya. Apakah guru-guru kita sudah berdaya?
Apa sebenarnya dukungan yang dibutuhkan guru?

Jawabannya adalah “Kepercayaan”

Saya mengapresiasi upaya pemerintah menerbitkan buku guru dan buku siswa dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Tujuan mereka sangat baik, yaitu untuk membantu guru agar tidak merasa kesulitan dalam menerapkannya. Apalagi bagi guru yang belum pernah menggunakan model pembelajaran tematik, tentu buku-buku tersebut sangat membantu.

Tetapi, akan menjadi masalah besar ketika regulasinya tidak tepat sasaran. Guru menjadi semakin kebingungan.

Mengapa?

Karena sebagian besar guru menganggap bahwa buku guru dan buku siswa adalah tempat rujukannya. Mereka sama sekali tidak mempedulikan KD-nya. Mungkin membaca KD-nya, tapi bukan sebagai acuan. Mereka membacanya hanya untuk mencocokkan dengan buku rujukannya. Para guru merasa melakukan kesalahan fatal apabila yang diterapkannya melenceng dari buku yang dianggap sebagai acuannya.

Ketika ada guru yang mengajar dengan model tematik yang mengaitkan pelajaran matematika dengan pelajaran lainnya juga dianggap salah. Alasannya karena di buku guru ada keterangan kalau RPP matematikanya harus dibuat parsial.

Para guru juga merasa keberatan dan mengeluh ketika harus membuat jadwal yang selalu berganti tiap bulan sesuai tema yang ada di buku. Bahkan ada yang mengganti jadwalnya tiap minggu. Mengapa demikian? Karena dalam membuat jadwal pelajaran, guru tidak berpedoman pada struktur kurikulumnya. Mereka berpedoman pada contoh yang diberikan.

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar


@

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Selamat hari Jumat teman-teman guru belajar 🙋
Selamat bertemu lagi dengan harinya Temu Pendidik Mingguan Komunitas Guru Belajar 🙏

Jaman berubah, demografi negri kita tidak 😉
Ketika perubahan berlangsung cepat, kita para pendidik harus mampu menyesuaikan diri untuk semua tantangan.

Inibudi.org, adalah sebuah upaya mendekatkan kualitas pengajaran. Berupaya menembus batas ruang.
Hari ini, kita akan tahu lebih banyak tentang aksi berani ini. *Guru Wilita Putrinda* akan menemani kita untuk membahas tentang bagaimana Inibudi.org membuat belajar jadi asik.
Bagaimana kelas-kelas tidak lagi berbatas ruang.
Bagaimana guru berkolaborasi dengan sesamanya melintas batas.

Dengan moderator *Guru Tunggul Harwanto* dari KGB Banyuwangi, simpan dalam agenda 🗓

*Jumat, 22 September 2017*
*18.30-20.30 WIB*
*19.30-21.30 WITA*
*20.30-22.30 WIT*

Hanya di
/channel/mudikmingguan

Merdeka!

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Selamat berjumpa kembali, para pendidik merdeka 🙋🏼

Sebagai pendidik dan orang dewasa, kita mempunyai banyak sekali pengalaman dibandingkan dengan anak-anak kita tentunya. Alasan ini kerap menjadi latar belakang kita untuk mendominasi proses belajar anak-anak. Untuk menggurui mereka!

Malam ini, dalam Temu Pendidik Mingguan Komunitas Guru Belajar Nusantara, kita akan membicarakan bagaimana menjadi fasilitator bagi proses belajar anak.

Bersama *Guru Sayidah Nafisah*, penggerak KGB Rembang, kita akan belajar tentang bagaimana anak berperan dalam proses pengembangan kontrol dirinya.

Bagaimana guru berusaha mengembalikan hak anak atas perjalanan pendidikannya?
Bagaimana guru berproses sebagai pendidik yang lebih menghargai dan menempatkan kembali hak anak pada tempatnya?

Dengan *Guru Vendyah Tresnaningtyas*, penggerak KGB Sidoarjo, kita akan belajar hasil penelitiannya tentang bagaimana membuat program untuk kelas memasak bagi anak.
Bagaimana guru dan peneliti menciptakan cara untuk memfasilitasi kebutuhan belajar anak.

Belajar dari anak tidak sulit, hanya perlu kerelaan kita untuk bergerak bersama mereka, bukan dengan menggerakkan mereka 😊

Catat waktunya ⏰
*Hari Jumat, 15 September 2017*
*18.30-20.30 WIB*
*19.30-21.30 WITA*
*20.30-22.30 WIT*

Hanya di /channel/mudikmingguan

Moderator oleh Lany Rh.
Guru Sayidah Nafisah dan Guru Vendyah Tresnaningtyas akan mengisi Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara 2017. Jakarta, 14-15 Oktober 2015.

Sampai jumpa 👋
Merdeka!

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Mau Buku Diferensiasi? Mau Tiket Temu Pendidik Nusantara 2017?
Buruan ikutan kuisnya.

Facebook: https://www.facebook.com/KampusGuruCikal/videos/1808931069406925/

Instagram: https://instagram.com/p/BY8KikUD-Dl/

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Mau Buku Diferensiasi? Mau Tiket Temu Pendidik Nusantara 2017?
Buruan ikutan kuisnya

Facebook: https://www.facebook.com/KampusGuruCikal/photos/a.1496117430688292.1073741838.1495416250758410/1808335929466439/

Instagram: https://www.instagram.com/p/BY5dB46jBbw/

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

#SuaraAnak hadir kembali.

Gagasan Suara Anak sederhana, menyediakan ruang buat anak-anak untuk tampil sebagai diri terbaiknya. Dari kesederhanaan itu, saya hari ini belajar dari Lala Biola, Samuel programmer, Hegel pelukis, Olivia pembuat cerita, Aurelia komikus dan Anabel pendongeng. Belajar tentang hal-hal kecil yang sering diabaikan dalam proses pendidikan formal: kesukaan, kesalahan, ketekunan dan kegembiraan ala anak-anak.
Semakin bahagia baca testimoni salah seorang presentan yang dikirim mbak Britania Sari di grup Relawan Suara Anak.

"Saya suka (Suara Anak), karena membuat kita tidak minder, tdk ada yg menang dan kalah."

Semoga Suara Anak bisa menjadi oase, titik jeda dalam perjalanan panjang anak-anak mencapai karier puncaknya.

Salut buat para relawan Suara Anak Jakarta dibawah koordinasi Mbak Wanda Soepandji yang kece badai!

Bukik Setiawan
Inisiator Suara Anak
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10214303579454448&set=a.1428700888603.2057136.1565277781&type=3

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Suara Anak | Gerakan untuk menghargai ketekunan anak dalam menekuni kegemarannya http://suara-anak.temantakita.com #SuaraAnak via @temantakita

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Dalam rangka mendukung program Penguatan Pendidikan Karakter, bersama ini kami mengundang Bapak Ibu Praktisi Pendidikan untuk mengikuti forum diskusi dengan Topik; ‘Merajut Keberagaman Indonesia di dalam Pendidikan’. Topik ini akan membahas tentang bagaimana sekolah dan pemangku kepentingan di bidang pendidikan mengakomodasi, negosiasi dan merekonstruksi arti dari Bhinneka Tunggal Ika dalam konteks Kurikulum 2013 di Indonesia.
PEMBICARA:
1. ​Dr. Awalludin Tjaala
​Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Nasional
2. ​M. Wahyuni Nafis
​Direktur Sekolah Madania; Ketua Nurcholish Madjid Society
3.​Tracey Yani Harjatanaya
​Doctor of Philosophy in Education (Candidate), University of Oxford, United Kingdom; Direktur Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda, Medan
WAKTU & TEMPAT:
Selasa, tgl 5 September, pkl. 02.00 – 05.00 Wib
Di ruang Graha I, Gedung A, lantai 2, Kemdikbud.
Jl. Sudirman, Jakarta

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Saya selalu ingat kata-kata mba Najelaa Shihab : bergerak di organisasi pendidikan itu kesepian. Tidak mudah mendapatkan teman atau dukungan. Karena memang hasilnya tidak tampak langsung, butuh waktu hingga puluhan tahun. Beda dengan gerakan sosial mengenai kesehatan, kemiskinan atau pun bencana. Yang hasilnya bisa langsung terlihat dan bahkan sangat mudah membuat kita mencucurkan airmata.

Tapi apa iya kemudian kami berhenti? Padahal saya dan juga mba Elaa meyakini bahwa pendidikan adalah hal krusial yang harus dibenahi saat ini juga, jika ingin manusia Indonesia menjadi lebih baik.

Beban pendidikan terlampau berat. Apapun problem masyarakat, pendidikan selalu menjadi pihak yang paling salah. Korupsi, teroris, bullying selalu pendidikan yang disalahkan.
Alih-alih kami menyerah, malah gembira menerima tanggung jawab yang cukup berat ini. Terima kasih teman baik yang sudah hadir dan menyempatkan diri kemaren di acara #1945berbagiberbudi. Sungguh dukungan kalian sangat berarti. Karena kami tidak mungkin melakukan perubahan sendirian, butuh banyak sekali uluran tangan. Kondisi pendidikan di negeri ini sudah di ambang batas darurat 🙇🙇🙇

Dengan segala kerendahan hati, kami meminta dukungan dan bantuan untuk mewujudkan 1945 Flashdisk yang akan diisi dengan materi belajar berbentuk video interaktif dari SD hingga SMA dengan berdonasi di:

www.kitabisa.com/berbagiberbudi1945

Atau kalau mau kirim flashdisk langsung minimal 16G atau idealnya sih 32G ke kantor Inibudi atau Akademi Berbagi. Info di website kami.6
akademiberbagi.org atau inibudi.org

Sekali lagi, terima kasih banyak 🙇🙇🙇

#1945berbagiberbudi

Ainun Chomsun
@ainunchomsun
Founder Akademi Berbagi

NB: titip ya teman2, mohon dukungannya. Jika berkenan boleh bantu sebarkan. Terima kasih

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Diskusi bersama lebih dari 1400 guru!


Selamat berjumpa kembali, para pendidik merdeka 🙋🏼

Merdeka Belajar di ruang-ruang kelas tampak dari proses pembentukan tujuan, pelaksanaan rencana, sampai dengan refleksi. Bagaimana dengan anak-anak usia dini, bisakah mewujudkan merdeka belajar sampai di ruang kelasnya?

Komunitas Guru Belajar Nusantara mempersembahkan Temu Pendidik Mingguan dengan diskusi tentang "Merdeka Belajar Sejak Usia Dini"
Kita akan membicarakan tentang bagaimana melibatkan anak-anak menentukan tujuan belajarnya.
Bagaimana guru mengakomodasi potensi sekitar sebagai media belajar yang efektif.
Bagaimana anak-anak dan guru menemukan strategi belajar yang memerdekakan.

Narasumber kali ini adalah _Guru Anik Puspowati dari KGB Semarang_, dengan moderator _Guru Putri Anthi dari KGB Depok_.

Catat waktunya ⏰
*Hari Jumat, 25 Agustus 2017*
*18.30-20.30 WIB*
*19.30-21.30 WITA*
*20.30-22.30 WIT*

Hanya di /channel/mudikmingguan

Sampai jumpa 👋
Merdeka!

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

DICARI 585 Guru Belajar Penerima Beasiswa #TPN2017 di 116 Daerah.

Klik http://bit.ly/beasiswaTPN

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Mendirikan Cikal 18 tahun yang lalu, bukan pengalaman pertama saya sebagai pendidik perempuan, karena sejak beberapa tahun sebelumnya saya sudah mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Tetapi mendirikan Cikal jadi pengalaman pertama saya mendidik anak sendiri di sekolah sekaligus anak begitu banyak sahabat dan kenalan baru yang kemudian menjadi bagian dari "keluarga besar". Hingga sekarang, kata keluarga jadi bagian yang sangat penting dari peran ini - lebih dari sekedar tulisan "Refleksi Cinta Keluarga" dibawah logo kami.

Menjadi ibu Kepala Sekolah sekaligus Ibu anak-anak di Cikal adalah bagian dari perjalanan hidup yang paling saya syukuri. Memikirkan kekhawatiran saat melepas anak berada di lingkungan berbeda, saya jalani sejak Fathi memulai kelas Adik-Adik di Cikal Kemang tahun 1999. Juga saat Nishrin pergi dalam perjalanan budaya ke Korea dengan kursi roda beberapa tahun lampau, sampai Nihlah memulai Middle School di Cikal Setu beberapa bulan lalu. Merasakan malu dan sekaligus lucu, saat anak saya (yang menolak disebut namanya 😊) lupa memakai sepatu ke sekolah karena terburu-buru dan sebagai konsekuensi harus mengikat kakinya dengan koran terbaru. Melakukan hal yang disesali masih sering saya alami, misanya saat tidak bisa hadir assembly karena perlu mengisi acara Cikal di kampus yang berbeda pada jadwal yang sama. Saya sadar betul, menjadi orangtua (dan pendidik) adalah peran yang penuh cobaan sekaligus penuh harapan.

Perjalanan setiap keluarga dan bawaan setiap anak pasti berbeda, tetap sejak awal pendiriannya, Cikal percaya pada satu cita-cita. Mewujudkan komunitas pelajar sepanjang hayat yang berkontribusi pada perubahan pendidikan. Kami ingin setiap anak, dan orang disekelilingnya, mengembangkan Cikal 5 Stars Competencies, karena kompetensi inilah yang akan mempersiapkan kita menghadapi masa depan.

Kemapanan emosional, moral dan spiritual akan menjadi semakin penting saat 18 tahun mendatang anak-anak kita harus menghadapi perdebatan tentang rekayasa genetika atau berbagai dilema dunia. Wawasan yang luas dan kesehatan jiwa raga selalu menjadi modal saat bersosialisasi dalam keragaman dan menghadapi pola hidup yang tidak seragam. Pelajar yang merdeka menjadi penentu pengembangan diri yang utuh, dari prasekolah sampai kuliah bahkan karirnya nanti. Pemikir yang terlatih dan efektif, memungkinkan semua anak kita menjadi pemecah masalah bukan pembuat masalah, inovator bukan "follower" di era digital dengan segala perkembangan informasi maupun ekonomi. Menjadi anggota berdaya dalam masyarakat dunia yang adil, berkelanjutan dan damai adalah bagian tak terpisahkan dari mengapa Cikal berdiri dan kita semua ada disini. Saya paham betul, ini semua cita-cita besar yang kadang sulit dibayangkan dan sukar dipraktikan, terutama bagi orangtua dengan anak prasekolah yang baru saja belajar berjalan. Namun, di ulang tahun Cikal ke-18 ini, kami bangga luar biasa karena sudah menjadi saksi dari perkembangan begitu banyak anak dan keluarga yang menjadi bukti hidup implementasi Cikal 5stars competencies. Anak luar biasa yang merasa diterima dan didukung lingkungannya. Anak hasil pendidikan yang paham konsep essensial, bukan sekadar hafalan tidak relevan. Lulusan yang memahami bahwa ia terus menunjukkan kemajuan dan proses belajarnya saling berhubungan. Anak yang memilih tantangan, bukan sekadar beban. Anak Indonesia yang mengoptimalkan konteks komunitas, sehingga tahu betul manfaat belajar bukan hanya untuk nilai dan diri sendiri.

Di Cikal kita tidak sendiri, setelah 18 tahun, kami adalah salah satu jaringan prasekolah hingga sekolah menengah dan pendidikan guru yang tumbuh paling pesat di negeri ini. Bagian paling menyenangkan dari keberadaan kita di Cikal adalah begitu banyak teman seperjalanan yang bermakna. Kita hadir bukan saja untuk anak masing-masing tapi secara sadar memilih komunitas ini sebagai tempat tumbuh anak-anak kita bersama. Sebagai pendidik, saya mempelajari begitu banyak hal dari kehormatan berinteraksi dengan ribuan murid dan sesama pendidik di Cikal. Sebagai ibu, saya menjawab begitu banyak pe

Читать полностью…

Pendidikan Merdeka Belajar

Semua Murid Semua Guru:
Merdeka Belajar, Bukan (Sekadar) Wajib Belajar

Najelaa Shihab (Pendidik)

Di 72 tahun setelah kemerdekaan dari penjajahan, pendidikan mestinya bukan sekedar dilihat sebagai pemenuhan kewajiban. 9 hal berikut ini adalah hasil refleksi, kita perlu melawan miskonsepsi dan menghindari simplifikasi, bekerja barengan untuk perubahan di negeri ini.

1. Guru yang belajar dan menjadi teladan sepanjang hayat bagi murid, berkolaborasi meningkatkan kompetensi dan karir bagi sesama pendidik. Bukan sekadar guru yang mengajar setengah hati, atau mengejar sertifikasi dan nilai nilai Kompetensi.

2. Murid yang sukses karena cerdas dan berbudi, berkontribusi untuk keadilan dan keberlanjutan dunia ini. Bukan sekadar murid yang terbaik di target hafalan ujian atau mengejar keterampilan yang tidak relevan untuk masa depan.

3. Kebijakan yang memperluas akses, mempercepat pencapaian mutu dan memastikan kesetaraan. Bukan hanya jembatan kertas yang meningkatkan partisipasi tapi angka putus sekolah tetap tinggi, proses yang kurang menyenangkan dan menantang serta kesenjangan antar daerah yang tidak teratasi.

4. Orangtua yang didukung untuk mencintai dengan lebih baik, terlibat pengasuhan anak, menjalin ikatan dengan sekitar untuk pengembangan keluarga. Bukan sekadar lingkungan dan orangtua yang memberikan stimulasi seadanya di usia dini, menggunakan pola disiplin dan hubungan yang menghambat kesempatan pertumbuhan anak (terutama yang hidup dalam kemiskinan).

5. Pendidikan agama oleh dan dari masyarakat yang menumbuhkan ketaqwaan dengan menekankan pemahaman esensial, menggunakan pendekatan positif, metode aktif, dan aplikasi yang relevan. Bukan sekadar pengajaran agama yang menekankan pada ritual dan perbedaan, mencetak kepatuhan tanpa kesadaran akan keragaman dan rahmat Tuhan.

6. Pemberdayaan teknologi dan penumbuhan kecerdasan digital sebagai solusi untuk proses belajar di perkotaan maupun daerah yang terpinggirkan. Bukan sekadar menggunakan teknologi canggih tanpa pengembangan kemampuan berpikir kritis dan mendapat kesempatan berkreasi.

7. Memanfaatkan film, seni dan budaya untuk memperkaya percakapan dan pengalaman literasi di ruang kelas dan keluarga. Bukan sekadar melek huruf dan layar, dipaparkan bacaan dan dibanjiri tontonan dengan kualitas seadanya.

8. Memandu pemuda untuk mengeksplorasi minat dan karir yang sesuai, aktif merancang masa depan untuk terus berkarya bagi negeri. Bukan sekadar memaksakan pilihan pekerjaan atau menyia-nyiakan kemewahan belajar di pendidikan tinggi karena salah jurusan.

9. Meningkatkan kapasitas relawan dan komunitas, organisasi dan profesional di industri untuk terus berinovasi dan menghasilkan praktik baik yang didukung oleh pemangku kebijakan. Bukan sekadar mengharapkan publik mensukseskan program pemerintah tanpa umpan balik dan pelibatan.

Mari tunjukkan bahwa kemerdekaan belajar bukan sekadar pemberian, tapi pemberdayaan publik sejak kecil hingga akhir hayat. Mari menjadi pahlawan bermakna bagi anak-anak Indonesia!

Читать полностью…
Subscribe to a channel