MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN) Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker - 1 Day Spiritual Prosperity Class - Servo Prosperity Online Class Facebook, Fanspage, Youtube, Telegram, Ig: Muhammad Nurul Banan Website : www.gusbanan.com
Cuma sayangnya banyak orang tidak mengerti hukum paten ini dimana yang hilang auto diisi, yang lepas auto diganti, sehingga mereka justru mengganti musibah-musibah kehilangan dengan telek ayam.
Dan saat belanja, Anda itu kehilangan uang dan Anda sudah terima penggantinya, namun sebenarnya disitu Anda masih dapat menggandakannya dengan energi kekayaan yang lebih besar. Atau seperti Sandiaga Uno yang konon hambur-hamburkan uang hingga hampir 1 triliun saat calonkan diri sebagai wakil presiden bersama Prabowo Subianto di Pilpres 2019 lalu, lantas Uno tidak terpilih, sebenarnya dia belanja apa? Energi apa yang dia beli sebagai penggantinya, kok dia bukannya jatuh miskin malah makin kaya?
Di sana ada screet kesadarannya. Namun karena sore ini saya belum mandi, sebaiknya saya lanjut esok saja. Mau mandi dulu, disini sudah Maghrib.
- MUHAMMAD NURUL BANAN
- Gus Banan
COBA, PUSING APA TIDAK?
Kalau Anda menginginkan kuat artinya Anda meminta dibebani berat, karena hanya beban beratlah yang bisa membuktikan Anda kuat atau tidak.
Kalau Anda menginginkan kaya harta artinya Anda meminta diberi rasa butuh besar karena bikin rumah reok, biaya 2 juta cukup, bikin rumah mewah 10 miliar belum tentu cukup, artinya makin kaya berarti rasa butuhnya pada harta makin besar. Dan rasa butuh itu yang disebut fakir.
Kalau Anda menginginkan menang artinya Anda meminta bertarung, bersaing dan berkompetisi, karena menang-kalah itu hanya akan terbukti lewat pertarungan.
Kalau Anda menginginkan populer artinya Anda meminta data prifasi Anda dibuka lebar-lebar ke publik karena popularitas adalah lawan prifasi.
Kalau Anda menginginkan laris artinya Anda meminta agar diberi kelelahan dan kecapekan karena laris itu sama saja membuka diri menjadi pelayan.
Kalau Anda menginginkan kecukupan artinya Anda menolak kelebihan.
Kalau Anda menginginkan berkuasa artinya Anda meminta kebencian dari banyak orang karena berkuasa artinya ambisi mengontrol orang lain. Lalu siapa yang inginkan hidupnya dikontrol? Disitulah kebencian mereka akan muncul.
Kalau Anda menginginkan jadi orang baik, Anda akan diuji dituruni orang jahat, karena kejahatanlah yang mampu membuktikan diri Anda orang baik.
Kalau begitu sebaik-baik jalani kehidupan adalah pasrah? Nanti dulu.
Kalau Anda menghendaki pasrah artinya Anda menyerahkan hidup Anda untuk mengalir alami. Pohon-pohon, bebatuan, planet-planet dan makhluk non akal lainnya itu makhluk berserah pasrah kepada aliran kehidupan. Mereka teruji sebagai makhluk pasrah karena belum ada pohon yang protes karena dialirkan oleh kehidupan agar roboh mengenaskan. Ketika Anda memilih pasrah, maka untuk membuktikannya Anda pun akan diuji untuk dirobohkan, ataupun dicincang, ataupun dialirkan ke comberan, karena pasrah hanya akan terbukti kualitasnya bila Anda dialirkan mengenaskan lebih dulu, Anda protes apa tidak.
Kalau begitu tidak usah berkeinginan. Hatinya kosong saja. Gelas kosong resikonya akan diisi oleh sembarang isi. Diisi racun, bisa. Diisi angin, bisa. Diisi madu, bisa. Dan bisanya gelas terisi madu harus ada keinginan dari Anda. Kalau Anda berhati kosong, tanpa ada keinginan baik, hati-hati bisa diisi iblis.
Itulah realita hidup, segalanya punya resiko, sekalipun itu keinginan baik akan tetap beresiko. Karenanya hidup itu hanya layak bagi Anda yang punya mental.
- MUHAMMAD NURUL BANAN
- Gus Banan
MISKIN ITU KERAP MENGIJINKAN DIRI JADI KORBAN UANG
Ada dua siswa yang dapat hadiah ulang tahun dari gurunya di kelas. Keduanya diajak ke sebuah ruangan tertutup untuk terima hadiah. Masing-masing diberi kunci ruangan. Keduanya memasuki ruangan sendiri-sendiri di waktu yang terpisah.
Siswa pertama langsung mengumpat keras karena bukan hadiah istimewa yang ia temukan, melainkan kotoran hewan. Setelah jeda waktu, siswa kedua pun masuk ke ruang yang sama, ia pun menemukan hal yang sama, yakni kotoran hewan. Namun ia tidak mengumpat justru ia mengepalkan tangan kegembiraan sambil teriak, "Yes". Di prasangkanya menilai bahwa di ruang tersebut telah tersedia kuda gagah untuk hadiah ulang tahunnya.
Kejadian ini akan memproyeksikan keduanya pada keadaan perasaan berbeda, siswa pertama merasa sebagai korban prank, siswa kedua merasa diistimewakan.
Merasa sebagai korban prank, Anda bisa gamparkan efeknya bagi si siswa. Dia bisa membanting, mengumpat dan mengeluarkan emosi-emosi racun dari dari hatinya. Yang namanya korban kejahatan, mana ada yang ceria bahagia? Semua korban kejahatan pasti nestapa nelangsa.
Saya kerap mengilustrasikan, Anda masuk ke warung bareng teman-teman, lalu Anda terjebak mentraktir, Anda yang harus bayari, disitu diri Anda merasa jadi korban.
Lain lagi ketika Anda masuk warung bareng teman-teman, Anda pun terjebak traktir, namun rasa Anda dipicu rasa bahwa, "Saya orang kaya, harus saya yang mentraktir." Disitu diri Anda merasa sebagai orang gagah yang kaya.
Wujud hasil dari kedua kasus ini akan sangat berbeda, Anda yang merasa sebagai korban mentraktir, ya hasilnya keterpurukan karena menempatkan diri sebagai korban, dan Anda yang merasa sebagai orang gagah yang kaya, hasilnya ya kekayaan, kemuliaan dan kegembiraan.
Nah coba cek! Anda saat dimintai uang oleh istri, oleh anak, saat bayar tagihan listrik, saat bayar cicilan hutang, saat bayar belanjaan, dan semua transaksi pembayaran, itu rasanya apa? Rasa sebagai korban apa rasa sebagai orang kaya?
Mengapa Anda miskin? Ya salah satunya karena setiap melakukan transaksi keuangan, rasa yang Anda unggah adalah rasa sebagai korban.
Istri minta jatah nafkah, hati kesal dan menggerutu, itu korban uang. Anak minta jajan rasanya sumpek, itu korban uang. Bayar cicilan hutang rasanya berat hati, itu korban uang. Bayaran tagihan listrik dan pajak, rasanya malas dan sungkan dengan terbenani, itu korban uang. Bayar belanjaan, rasanya khawatir banget duit cepat habis, itu korban uang. Dan lainnya.
Menjadi korban ataupun pahlawan gagah, itu hanya programan perasaan Anda, nah yang jadi miskin itu Anda kerap merasa sebagai korban uang dalam segala transaksi pembayaran.
Tahu tidak, dalam kekristenan, Yesus Kristus itu jadi korban kejahatan penyaliban, namun ia tidak merasa sebagai korban, ia merasa sebagai "juru selamat", hasilnya agama Kristen yang dibawanya saat ini menjadi agama terbesar di dunia.
Nah kalau Anda kerap merasa sebagai korban uang ya jelas itu yang jadikan Anda terus-terusan belangsakan melarat karena selalu menempatkan diri sebagai korban uang.
- MUHAMMAD NURUL BANAN
- GUS BANAN
Ketiga, sesudah menata hati seperti dalam poin 1 dan 2, lalu ambil langkah untuk mengkayakan orang tua.
Mengkayakan orang tua maksudnya? Begini, segala kekurangan itu artinya energi kemiskinan. Termasuk kekurangan orang tua itupun energi kemiskinan.
Kalau mobil Anda ada baretan itu adalah kekurangan. Cara perbaikinya ya Anda harus mengkayakan si mobil dengan membawanya ke bengkel body repair. Di bengkel Anda mengeluarkan biaya. Setelah sanggup keluarkan bayaran, baretan mobilnya berubah menjadi kekayaan kembali.
Jadi segala kekurangan itu energi kemisikinan, dan segala kemiskinan akan selesai dengan bayaran sehingga ditemukan kekayaannya kembali.
Maka itu kalau mau menghapus kekurangan orang tua beserta seluruh energi kemiskinannya, itu Anda harus mengkayakan orang tua.
Caranya mengkayakan, bagaimana? Ya keluarkan bayaran, yakni sebagai berikut;
- Kalau orang tua masih hidup, dan mereka masih butuh kebaikan finansial, ya Anda berikan semacam gaji bulanan yang sekira bisa sejahterakan hidup mereka dengan niat penuh untuk mengkayakanbdan memuliakan orang tua.
- Jika mereka sudah wafat, ya Anda sedekah rutin dan konsisten, seperti sedekah bulanan, dengan niat mengkayakan dan memuliakan orang tua di alam kubur.
- Kalau orang tua sudah tidak butuhkan bantuan finansial lagi, ya tentu bayar dengan pelayanan dan kebaktian sesuai kebutuhan mereka, juga dengan niat mengkayakan dan memuliakan orang tua.
- Jika Anda sangat melarat, tidak punya uang? Nilai bayaran itu bukan berdasarkan nominalnya. Angka 1 juta bagi orang berpenghasilan 100 juta perbulan itu angka kecil, tapi angka 100 ribu bagi yang berpenghasilan 1,5 juta itu angka sudah sangat tinggi. Maka semelarat-melaratnya Anda untuk sedekah 10 ribu tiap minggu, misalkan, itu kan pasti bisa. Hanya orang yang tidak punya kemauan saja yang tidak bisa melakukan.
Semampunya konsisten memberi kepada orang tua jika mereka masih hidup, atau sedekah semampunya untuk orang tua jika mereka sudah wafat, itu yang dimaksud mengkayakan orang tua, karena segala kekurangan itu selesai dengan dibayar.
Lakukan yang konsisten dan istiqamah, nanti keajaiban hidup akan hadir, Anda akan kaya mulia dari jalan yang tidak disangka-sangka.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Malu lah sama mertua. Waktu dia bersama orang tuanya terlihat cantik karena bahagia, masa setelah mendampingi kita malah dia makin kumuh. Sudah badan tak ada hiasannya, dadanya kendur, rambutnya awut-awutan, stres pekerjaan, karena terlalu rempong menadah kesumpekan berumah tangga.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
KISAH-KISAH KEBOBOLAN DUIT
Duit itu takdirnya mengalir, ketika Anda berobsesi memampat aliran rezeki dengan mengumpulkan, menggengam kencang, diawet-awet, diirit-irit, diefesienkan, dan lain-lain, justru duit akan membobol paksa untuk keluar lalu mengalir.
Amati saja! Saat uang diawet-awet, diniati digenggam kuat, malah uang minta bobol paksa.
Pasca menikah orang ini terlihat sangat konsisten pada uang. Segala kebutuhan hidupnya diprinsipi sehemat mungkin, seefesien mungkin. Sebelum menikah dia berani beli rokok bungkusan, pasca menikah dia diet kuat pada uang mengingat kebutuhannya bertambah yakni menafkahi istri, rokok pun beli eceran, sehari cukup habiskan 5 batang.
Satu saat saya bertamu ke rumahnya, disuguhi kopi hitam. Diseruput terasa encer, kopinya terlalu sedikit, manis juga enggak, terasa pipis onta. Ya diet keuangannya hingga kopi jadi sasaran dietnya.
Rumahnya kalau Magrib selalu gelap, lampu-lampu di ruang-ruang rumahnya hanya menyala sekali dua kali. Kalau aktifitas penghuninya di ruang tengah, ruang tamu dan ruang lainnya pasti dimatikan lampunya, kalau aktifitas di kamar tidur, ruang lainnya juga mati. Dan terus seperti itu, hanya lampu teras yang menyala terus, itu saja cuma lampu LED 10 Watt, lampu teras tetap nyala karena terkait dengan keamanan juga.
Orangnya taat beragama, gemar jamaah shalat dan gemar ikuti pengajian, tapi itu dengan duit dietnya ketat sekali.
Eeh beberapa minggu lalu ada geger-geger dia kena tipu SMS bodong, 10 juta raib ditipu. Dia dibobol paksa duitnya oleh alam semesta.
Kisah lain lagi, ada seorang yang beli kulkas bekasan. Karena bekasan, sebentar-sebentar minta servis. Dia enggan sekali keluar biaya untuk bayar tukang servis, prinsipnya kalau bisa dikerjakan sendiri buat apa keluar biaya untuk orang lain.
Bolak-balik begitu, selalu diusahakan untuk diperbaiki sendiri. Karena dia bukan ahlinya servis barang elektronik, kerusakan justru makin parah. Sampai akhirnya terpaksa panggil tukang servis.
Eits, dia kena tipu habis-habisan oleh si tukang servis ini. Dia harus bayar onderdil kulkas dengan harga 10 kali lipat dari harga normal. Duit diawet-awet malah dibobol dengan paksa untuk keluar.
Kisah lainnya, seorang guru honorer masih bujangan, dia enggan sekali keluar uang, sampai pada keponakan-keponakannya saja yang masih kecil-kecil tidak ada pantasnya. Ya guru honorer gaji paling 500 ribu per bulan, tapi sekedar ngasih 5 ribu kepada keponakan kecilnya kan mampu.
Pada orang tua juga tidak ada ide kreasinya untuk berbagi. Pokoknya dia anteng dengan duit. Ada duit ya buat dirinya sendiri, padahal merokok tidak, makan masih ditanggung orang tua.
Pada satu waktu ada petugas PLN bodong datang ke rumahnya. Hanya dia yang waktu itu ada di rumah. Dia pun kena tipu, bayar tarif listrik bodong. Duit tidak mengalir akan terus membobol paksa untuk mengalir.
Cerita-cerita di atas hanya pengingat untuk Anda, penjelasan spiritualnya sudah sering saya kupas.
Karena itu memegang uang justru prioritaskan untuk mengalir. Waktunya dialirkan, segera alirkan, walaupun sebenarnya belum ada yang masuk lagi.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
TANDA ANDA SEARCHING KEMISKINAN
Konten yang Anda search di media sosial yang akan kerap muncul di beranda medsos Anda, dan algoritma tersebut berlaku di semua platform medsos, yang Anda cari-cari itu yang Anda akan kerap hadir dalam kehidupan Anda.
Saat ini di Youtube saya suka searching konten mokbang makanan Sunda, khususnya lalapan mentahan dengan sambal terasi atau tomat mentah ataupun mokbang lutisan buah entah sambal gula maupun sambal kacang, yang selalu muncul di beranda Youtube saya ya konten-konten mokbang makanan Sunda. Yang Anda cari itu yang dihadirkan.
Di RT yang sama, ada tetangga yang selalu sibuk dengan urusan judi, seolah masalah judi tidak pernah pensiun hadir dalam hidupnya. Sementara ada tetangga yang hidupnya selalu bertemu dengan pengajian religi. Tinggal di RT yang sama, satu selalu bertemu dengan judi, yang satu selalu bertemu dengan ngaji. Itu dikarenakan setiap diri Anda akan dihadiri dengan apa yang Anda cari.
Disini kenapa ada orang yang selalu dihadiri kemiskinan dalam hidupnya, tetapi ada sebagian orang yang selalu dihadiri kekayaan. Titik permasalahannya sama, diri mereka sendiri yang searching keadaan tersebut.
Pagi yang di-search kemiskinan, sore juga search kemiskinan, begitu pula malam harinya. Yang dicari itu, ya yang kerap hadir itu juga.
Tanda Anda lakukan searching kemiskinan banyak sekali, kalau mau dijelaskan butuh karya 1 buku sekitar 500 halaman, namun disini sedikit saja saya terangkan.
1. Tidak tersinggung dikasihani orang.
Kasihan itu empati yang identik dengan ketidakberdayaan, keduhafaan dan lemah. Nah Anda kok merasa senang dan nyaman kalau dikasihani dengan bantuan dari orang lain, itu Anda melakukan searching kemiskinan.
Kecuali rasa ingin dikasihani oleh Tuhan, itu baru waras, karena memang sehebat apapun diri Anda, tetap Anda lemah di depan Tuhan.
2. Rasa tak punya.
Disuruh sedekah biar kualitas hidupnya meningkat, merasa, "Saya tak punya uang, sedekah banyak dari mana?" Disuruh buka usaha, merasa, "Tidak ada modal, mau usaha apa?" Ditagih hutang, merasa, "Tak ada uang."
Itu rasa tak punya uang. Kalau naluri Anda masih saja merespons segala masalah hidup dengan rasa tak punya uang begitu, itu tanda Anda masih selalu searching kemiskinan.
3. Merasa rasa layak diberi dan dibantu.
Rasa layak diberi itu jadikan memasang tangannya di bawah. Dari dulu pun yang kaya selalu yang berbagi, yang menerima itu selalu yang dhuafa.
Lihat saja di saat lebaran, mereka yang biasakan diri bagi-bagi harta, ya mereka makin eksis kaya, mereka yang hanya dibantu dan dibantu ya tetap eksis miskinnya.
Fenimena itu hanya diselisihi rasa layak memberi atau layak diberi. Rasa layak diberi itu sama saja sedang searching kemiskinan.
4. Rasa tak berharga diri.
Apatis, rendah diri, minder, kecil hati, dan self esteem rendah lainnya itu jadikan uang yang datang kecil. Karena uang itu barang matre, sifatnya pun matre, konsekuensinya apapun yang berharga akan didatangi mahal. Sehingga kalau Anda punya self esteem rendah, ya Anda didatangi uang kecil karena tidak berharga.
5. Mental miskin.
Cari gratis, cari murah, cari efesien, cari hemat, rasa hedon dan konsumtif yakni royal belanja tapi karena dipicu keinginan nafsu belanjanya yang besar bukan dipicu rasa kaya di hati, itu semua mental-mental miskin. Anda mengamalkannya ya sedang searching miskin.
6. Tidak hargai ilmu, yang dihargai duit.
Yang ubah nasib hidup itu ilmu, bukan uang. Kalau bayar ilmu, enggan dan bahkan tersinggung. Beli buku enggan, beli training berbayar enggan, biaya sekolah dan ngaji anak mengemplang, itu semua artinya Anda cari miskin karena yang dihargai selalu nilai uang bukan nilai ilmu.
7. Berhati jahat kepada sesama.
Hati jahat itu hati yang berinisiatif bikin rugi orang lain. Kejahatan akan menuai kerusakan.
Sementara ketika Anda melemparkan batu ke kaca rumah orang, yang punya rumah akan keluar marah-marah mencari Anda. Kalau tercekal, Anda dihukum, lalu Anda harus ganti kerugian kaca yang pecah. Kalaupun tidak tercekal, Anda terancam karma.
CARI REZEKI KARENA KETAKUTAN
Mencari rezeki karena ketakutan. Takut tidak kaya. Takut tidak cukup. Takut kehabisan. Takut tidak makan. Takut tidak dapat bagian. Dan takut-takut lain.
Mencari rezeki getarannya takut, apa bedanya dengan hadapi pembegal?
Setiap getaran ketakutan, respons baliknya adalah menghindari. Anda takut dengan teror, Anda akan menghindarinya, kan? Cari rezeki karena getaran takut jadikan Anda mirip orang setengah waras, tindakannya mencari uang, dampaknya malah menghindari rezeki terus.
Lalat cari rezeki kotoran, ternyata kotoran sudah tersedia melimpah. Domba mencari rezeki rumput, dan ternyata rumput sudah tersedia melimpah. Harimau mencari rezeki daging, ternyata hewan buruan tersedia melimpah. Dan Anda mencari rezeki uang, juga sebenarnya uang itu sudah tersedia melimpah seperti halnya kotoran, rumput, dan hewan buruan.
Cuma karena getaran ketakutan hati Anda atas jaminan rezeki lah, uang jadi sangat langka ditemukan, disabotase teror rasa takut, tindakannya mencari uang, dampaknya malah terhindar dari uang.
Sadari dengan niat yang baik dalam mencari rezeki; seperti sadar mencari karunia Tuhan, sadar berbagi manfaat dengan makhluk lain, sadar menyejahterakan keluarga, dan lainnya.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Kok ada orang sejahat dan seburuk itu? Ya ada, karena kesadaran itu membentuk circle dalam diri, yang terilhami kebaikan makin terjebak dalam kebaikan-kebaikan lain, yang terilhami keburukan, makin terjebak dalam keburukan-keburukan lain. Na'ûdzubillâh sampai sudah ditolong dengan kebaikan malahan berpikir menjahati.
Lah kok yang buruk tidak ada kapoknya? Ya tidak, karena itu circle kesadarannya. Mau berputar kemanapun, dia terjebak di sana lagi karena itu circlenya.
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
"Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan." (Q.S. Yusuf: 53).
Kadang orang begitu baru sedikit longgar dari tumbukan apes, nafsu buruknya muncul lagi, dia pun jahat lagi, lantas amblas lagi, terus begitu, sampai hidupnya habis hanya didedikasikan untuk melarat dan apes, saking terus-terusan kualat. Itu terjadi karena circle kesadaran jahatnya yang terbentuk dalam kesadaran diri.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Paling menyakitkannya ketika keduluan orang. Namun ya tak apa, dunia jangan dipandang hanya selebar daun Kelor. Tanah itu didului orang, ya tanah lain masih banyak. Mobil itu didului orang, mobil lain masih banyak. Gitu aja prinsipnya.
Dengan telaten lakukan trik-trik begitu, lama-lama Anda makin kaya, karena posisi Anda selalu menguat, dan uang selalu melemah.
Mencapai rasa tidak butuh itu bisa dengan berbagai trik, di antaranya;
1. Punya rekening gede. Artinya dengan konsisten punya tabungan. Anda punya tabungan 3 M, namun mobil Anda masih pakai Toyota Avanza, lantas Anda jalan-jalan ke dealer mobil, lihat Toyota Alphard, di situ Anda membatin, "Beli ya saya bisa. Sayang duit si tidak, tapi buat apa?"
Nah di keadaan mental begitu, asal kesadarannya bukan karena eman-eman (sayang lepas), Anda makin sakti dikejar kekayaan, karena sudah tak butuh. Trik ini adalah trik dengan menahan diri.
Termasuk dalam trik ini pentingnya Anda punya kemandirian hidup. Orang kalau sudah mandiri dalam segala hal, ya nilai tawarnya tinggi, karena sudah tak begitu butuh.
2. Royal uang. Lah royal uang kan konsumtif, kok bisa buat trik tidak butuh uang? Bisa. Dengan mengelola kesadaran.
Anda belanja macam-macam, habis duit banyak, namun kesadaran Anda karena ingin melimpahi rezeki kepada para pedagang, kesadaran mengalirkan rezeki kepada orang lain, bukan karena kesadaran Anda butuh dengan barangnya, di situ energi uangnya mengalir ke energi dermawan. Dermawan itu energi melemahkan uang, karena salah satu tanda lemahnya seseorang kepada uang adalah melekatinya dengan ingin mengumpulkan dan terus menggenggam.
Atau Anda belanja banyak namun kesadarannya karena Anda merasa kaya, merasa banyak menerima karunia dari Tuhan, sehingga Anda tak ingin pelit kepada diri sendiri, di situ pun aliran energi uangnya mengalir ke energi syukur. Syukur itu energi spiritual. Spiritual justru energinya melepaskan uang alias tak begitu butuh dengan uang.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Namun dasar kesadaran saya melakukan itu bukan saya merasa sebagai korban keadaan, namun murni karena saya ingin memuliakan orang tua, sehingga getaran hati saya adalah getaran pahlawan yang gagah.
Andai saya melakukan itu namun di hati saya merasa sebagai korban penindasan, ya jelas yang namanya korban penindasan pasti terpuruk.
Jadi Anda yang lahir sebagai anak namun malah harus memikul beban kesejahteraan orang yang melahirkan Anda, pastikan perasaan Anda bukan mengakses rasa sebagai korban, namun rasa sebagai pahlawan shaleh yang sedang berbakti sepenuhnya kepada orang tua.
Jalani dan hadapi dengan rasa penuh bakti, karena tidak ada anak-anak yang bisa hidup mulia sebelum mereka sanggup dengan nyata memuliakan orang tuanya lahir batin.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Nah teman trainer saya di atas telah membeli dengan harga mahal yakni konsisten memuliakan orang tua dan guru. Itu adalah nilai beli sangat mahal. Sudah beli emas, kalau mau jualan emas yang dengan harga yang serupa, tidak bisa jual emas dengan main banting harga. Emas ya dibeli dengan harga emas.
Yang dialami teman saya itu ibarat Anda telah beli ruko di mall, lah malahan Anda jualan harga murah seperti di pasar tradisional, ya tidak matching, ada ketidaksesuaian energi.
Jadi kalau Anda mau kesusahan jualan murah, kesusahan jualan dengan cuan kecil, rahasinya itu tadi, adakah nilai beli berharga yang sudah Anda beli dengan konsistensi mahal?
Sesuatu mahal yang Anda beli itu bisa berbagai hal, bisa amal shaleh seperti berbakti kepada ortu, santuni anak yatim, sedekah Shubuh, sedekah Jumat, nafkah ke anak istri yang konsisten teristimewa, atau apapun. Bisa juga dalam bentuk transaksi pembayaran, seperti konsisten lunasi hutang yang sangat besar hingga lunas, konsistensi menyejahterakan karyawan, dan lainnya.
Dan model terakhir adalah pembelian harga mahal yang source energy terjual mahal. Kalau Anda tidak mampu membeli harganya mahal-mahal di model pembayaran ini, selanjutnya Anda beli mahal dengan uang juga tidak bisa. Dan padahal kalau sudah tidak mampu beli mahal, jualan mahal dengan cuan besar juga susah. Apa itu? Itu adalah pembelian dengan konsistensi jerih payah. Ngerti?
Belinya saja yang murah-murah, amal shaleh berat yang konsisten tidak ada. Beli barang mahal, tidak juga. Jerih payah dan perjuangan lemah. Lalu bagaimana Anda terbeli mahal?
Apalagi ilmu carinya yang gratis, apa-apa minta dibantu orang, apa-apa tinggal pinjam, apa-apa numpang, ya tidak matching kalau jualan Anda akan laku mahal dengan untung besar. Wkkk.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Kalau dilatih dengan irit dan beli murah-murah, jangan, karena itu merusak habit rezeki Anda. Dilatih dengan pelit juga jangan, karena itu merusak spiritual Anda. Dilatih dengan sakit juga jangan, karena itu merusak fisik Anda. Lakukan saja puasa sekalian untuk taqarrub kepada Tuhan.
Jadi miskin dan kaya itu beda luka dan trauma. Untuk menyembuhkan dengan cara berbalikan, kalau trauma miskin harus latihan senang, kalau trauma kaya harus latihan prihatin.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
INI MUNGKIN TAPI SULIT VS INI SULIT TAPI MUNGKIN
Umapama, bisnis Anda dihambat pebisnis besar karena dia merendahkan Anda sehingga dia tidak menghargai Anda yang ujung-ujungnya muncul rasa saling dengki serta permusuhan.
Lalat akan selalu temukan kotoran tinja, karenanya nalurinya hanya cari kotoran. Karena yang ia cari hanya kotoran, ya ditemukan lalat pun hanya kotoran.
Beda dengan lebah. Lebah nalurinya hanya cari kuntum bunga untuk hasilkan madu, nalurinya pun hanya tersetting temukan kuntum bunga. Dan hasilnya dalam hidup lebah hanya temukan bunga.
Dalam kasus seperti di atas dimana bisnis Anda dijegal pebisnis besar, setting pikiran Anda itu bernaluri kemana. Di kasus tersebut Anda bisa runtuh tapi juga bisa bertumbuh.
Kalau mindsett Anda bertumbuh, Anda akan menilai, "Dia yang dengki saya itu orang besar. Mobil mewah mana mungkin tersinggung dengan mobil LCGC. Kalau dia tersinggung dan lalu mendengki dengan saya, berarti saya berpotensi jadi mobil mewah dong, jadi pebisnis besar seperti dia. Yess."
Menyetting pikiran begitu itu artinya Anda bernaluri lebah yang cari bunga. Hasilnya kedengkian si pebisnis besar justru mengantar Anda menuju peraihan yang lebih besar.
Namun kalau pikiran Anda tersetting, "Lah saya orang kecil. Baru usaha bisnis begini saja sudah dihambat orang." Disitu Anda bernaluri lalat, hasilnya ya temukan kotoran, Anda akan ambruk, minimal Anda akan stuck.
Saya ketika dihadapkan dengan ujian ruwet kerap merasa, "Wah saya mau makin kaya ini," itu adalah bagian dari growth mindset atau pola pikir yang bertumbuh. Dengan berpikir demikian, mental Anda akan terdorong maju.
Pola berpikir, "Ini mungkin, tapi sulit," dengan pola pikir, "Ini sulit tapi mungkin," efek mentalnya sudah sangat beda. Selanjutnya hasilnya juga menjadi sangat beda.
Ini mungkin tapi sulit versus ini sulit tapi mungkin, disitu lalat dan lebah akan memilih sesuai mindsetnya masing-masing. Anda akan stuck bahkan runtuh ketika berpikir lalat.
Sebab itu Al-Qur'an mengajarkan agar Anda punya kecerdasan mengambil hikmah. Dan kecerdasan ambil hikmah itu disebut sebagai khairan katsîrâ (kebaikan yang besar).
Dalam persoalan meraih kekayaan juga begitu, mereka yang sukses kaya dan shalih pola pikiranya kalau harta itu ladang kebaikan untuk tingkatkan amal. Mereka yang stuck bahkan makin runtuh karena pola pikirnya kaya itu jadikan sombong, kaya itu hisabnya lama, kaya itu tidak shaleh, dan lainnya. Mereka berpola pikir lalat ketika melihat harta.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
TIGA SIKSA MELEKATI UANG
Ibn Qayyim Al-Jawziyah menyampaikan,
مُـحِبُّ الدُّنْيَا لَا يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْـقَضِـى
“Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal: (1) Kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus, (2) Kecapekan (keletihan) yang sangat, dan (3) Kerugian yang tidak pernah berhenti.”
Pertama; rasa sedih.
Anda kerap alami fenomena uang digunakan sepertinya biasa-biasa saja tapi terasa raib begitu saja, tidak jelas digunakan untuk apa? Diingat-ingat buat apa saja tidak ditemukan datanya. Hati pun sedih merana. Itu sebenarnya rezeki yang disabotase rasa kekurangan di hati Anda.
Kenapa muncul rasa kurang? Tadi baru saja saya sampaikan di reel Facebook dan short video Youtube, kalau Anda bertemu pacar sehari bisa merasa sangat kurang waktunya padahal itu adalah waktu yang melimpah. Andai waktu satu hari untuk bertemu musuh, rasanya seperti 3 abad lamanya.
Kenapa satu hari bertemu pacar terasa kurang? Karena Anda cinta melekat kepada pacar. Maka ini tanda Anda cinta uang dengan melekat, Anda akan selalu merasa kekurangan. Hati kerjaannya sedih dan duka karena uang sepertinya selalu habis dan tidak tahu dipakai untuk apa.
Sehingga pas yang disampaikan Ibn Qayyim Al-Jawziyah bahwa muhibbud dunyâ (pecinta lekat kepada harta) akan alami rasa sedih (kegelisahan) yang terus-menerus,
Karena itu tanda Anda mulai lepas dari kecintaan dan kemelekatan pada uang adalah munculnya rasa kaya dan rasa berlimpah di hati.
Hati kok rasanya kaya, uang rasanya berlimpah, uang rasanya tak pernah kurang, rezeki rasanya mudah sekali, itu tanda hati Anda sudah berkurang cinta lekatnya kepada uang.
Kedua; rasa capek yang sangat tapi hasil tidak ada.
Mencintai itu memperkenankan diri Anda menjadi hambanya, atensi Anda menjadi sangat kuat.
Sifatnya kekayaan itu semu dan fatamorgana belaka. Makin kaya itu Anda makin fakir karena kebutuhannya membesar. Saat hanya bisa beli motor, kebutuhan pajak Anda tidak sampai 1 juta pertahun, lah sesudah punya mobil bukan kebutuhan pajak makin menyedikit, tapi makin membengkak, karena pajak mobil selalu lebih tinggi dari motor.
Sementara miskin itu adalah rasa fakir. Rasa fakir itu rasa butuh. Kalau makin kaya justru kebutuhan kebutuhan makin besar, berarti Anda makin duitnya gede itu makin kaya apa makin miskin?
Karena dipicu rasa butuh yang besar, Anda kerja keras untuk cukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Sementara yang dicari kecukupannya tidak ada cukupnya, karena makin kaya justru kebutuhan akan makin membesar. Jadinya Anda persis seperti kucing yang muter-muter stres ingin gigit ekornya sendiri.
Disitulah Anda kecapekan dan keletihan dahsyat. Makin dikejar untuk cukup makin tidak cukup, makin dikejar kaya makin kekurangan, makin dikumpulkan, makin tidak punya apa-apa. Dia hanya dapat keletihan dahsyat.
Anda sedang merasa kerja capek sekali tapi duitnya tak ada? Atau capek sekali tapi utang menggunung-gunung sehingga penghasilan seberapapun ludes untuk bayar utang? Itu tanda Anda sedang disiksa uang.
Gus Baha menyampaikan, "Yang dikatakan kecukupan adalah berusaha sebanyak mungkin agar banyak hal tidak kamu butuhkan. Bukan memenuhi semua kebutuhan nafsu kamu. Karena nafsu kamu tidak ada batasnya."
Disitu jelas tugas Anda bukan untuk mencukupi segala kebutuhan tapi berusaha agar banyak hal yang tidak kamu butuhkan, sesuai perkataan Imam Syafi'i:
وَلَيْسَ اْلغِنَى إِلاَّ عَنِ الشَّيْءِ لاَ بِهِ
"Kekayaan tidak akan pernah ada kecuali tanpa sesuatu darinya." (Imam Syafi'i).
Sehingga tanda Anda mulai terlepas dari cinta harta, di hati Anda muncul, "Cukup ini saja. Cukup," Anda tahu batas dan bisa mengukur diri.
Rasa cukup bukan berarti semua kebutuhan diputus sehingga semuanya sama sekali tidak diperjuangkan, namun rasa cukup itu Anda jadi tahu batas, sadar cukup disini saja, cukup ini saja.
Ketiga; kerugian yang tak pernah berhenti.
Jatuh cinta itu membuka hati, apapun yang terbuka akan mudah tergores dan terluka.
YANG HILANG AUTO DIISI, YANG LEPAS AUTO DIGANTI
Anda amati rumah-rumah kosong. Penghuninya pergi semua, apakah rumahnya jadi kosong? Tidak. Ada energi bahkan materi lain yang auto mengisi. Rumah kosong, andai tidak diisi penghuni manusia lagi, akan auto diisi rumput-rumput liar, serangga, tikus, debu, pohon liar, ular, hingga diisi hantu mengisi untuk menggantikannya.
Jadi apapun yang terambil, pasti akan diisi lagi dengan hal lainnya, entah dengan hal yang serupa, entah dengan hal yang lebih baik ataupun hal yang lebih buruk, yang jelas ada energi ataupun materi yang mengisinya kembali.
Tandon air di rumah Anda dikosongkan, kalau Anda punya kehendak menggantinya dengan mengisi bensin, bisa, menggantinya dengan mengisi santan, bisa, atau mengganti mengisinya dengan air serupa juga bisa, atau Anda menginginkan untuk tidak mengganti mengisi apa-apa lagi, ya otomatis akan diisi oleh udara.
Jadi hukum patennya apapun yang dikosongi akan diisi lagi, apapun yang diambil akan diganti.
Energi ataupun materi yang menggantikan bisa Anda pilih dengan sadar, dan kalaupun tidak dipilih dengan sadar maka auto diganti oleh energi lain.
Anda melepaskan uang untuk belanja, disitu Anda secara sadar memilih mengganti materi uang dengan barang belanjaan Anda. Itu penggantinya dipilih dengan sadar.
Sekarang kalau uangnya hilang, dirampok, dicuri, ditipu, apa diganti? Disitu Anda bisa secara sadar menggantinya, kalaupun tidak secara sadar ya akan auto diganti.
Uang Anda hilang, lalu Anda marah-marah, ya energi kemarahan itu yang akan menggantikannya, atau Anda merasa kesal, ya energi kesal yang akan menggantikannya, atau Anda bersedih mendalam, ya energi sedih itu yang menggantikannya. Sementara marah, kesal dan sedih itu adalah energi negatif, berarti keburukan dan keburukan di hari berikutnya yang akan mendatangi Anda, ibaratnya air minum digelas Anda baru saja disuntak, lalu dengan sadar Anda menggantinya dengan telek ayam, menggantinya dengan energi negatif.
Nah apalagi kalau sesudah kehilangan uang lalu Anda mengumpat dengan kata-kata kotor, misal asu, ya asu itu pula yang akan menggantikan.
Sebaliknya Anda baru kehilangan uang, lalu Anda merasa ridha, dibikin rileks di hati, merelakan dengan legawa, energi serupa pula yang akan menggantikan. Ridha, hati rileks, hati rela legawa itu artinya hati yang luas, berarti energi penggantinya adalah keluasan dan kelapangan hidup. Entah menjadi luasnya rezeki, entah luasnya network, entah luasnya kebahagiaan, dan lainnya. Yang jelas terganti dengan energi positif.
Nah apalagi bila saat kehilangan uang Anda berdoa yang baik-baik, misal saat kehilangan uang, Anda berdoa, "Ya ga apa-apa uangku hilang, insya Allah jadi lantaran anak-anakku shaleh," maka ijabah doa baik tersebut yang akan menggantikannya.
Lalu andai hati Anda kosong, tidak memilih kebaikan ataupun keburukan apapun, tidak berdoa juga tidak umpatan kesal? Gelas berisi air telah diambil airnya lalu tidak diisi madu, juga tidak diisi telek ayam, akan auto diisi udara. Disitu kehilangan uang Anda hanya akan diisi energi kosong.
Begitu pula ketika Anda ditimpa kesialan dalam bentuk apapun, entah kehilangan harga diri seperti dibully, dicaci, difitnah, dizalimi, entah kehilangan kesehatan seperti sakit, maka apapu yang hilang dari diri Anda akan auto diganti. Hanya saja Anda mau dengan sadar menggantinya dengan kebaikan ataupun keburukan itu adalah pilihan kesadaran Anda.
Kehilangan harga diri ataupun kesehatan itu mekanisme penggantian energinya sama persis seperti kehilangan uang.
Karenanya sebaik-baik keadaan saat alami kehilangan adalah berdoa memohon pengganti kebaikan. Nabi SAW pun mengajarkan doa saat terkena musibah yakni disaat Anda kehilangan sesuatu;
إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها
“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.” (H.R. Shahih Mulim)
TAK TEGA, KOK JADI BANGKRUT?
Seorang alumni kelas training saya; Servo Prosperity Class, dia seorang dokter hewan. Dia punya klinik hewan. Dia kerap alami kesulitan uang untuk operasionalkan klinik karena kerap kasih kelonggaran pembayaran orang-orang yang mengobatkan hewannya. Alasannya demi rasa prikehawanan yang butuhkan pertolongan segera, ia melonggarkan untuk bayar lain kali saja.
Masalahnya ketika pemilik hewan ditagih pelunasan bayaran, banyak yang kabur. Ya rasional, bayar dokter untuk pengobatan anak sendiri saja banyak yang bermasalah, apalagi bayar pengobatan kesehatan hewan.
Akhirnya pelan-pelan klinik hewannya tidak dapat beroperasi karena memenangkan rasa perikehewanan di hatinya.
Bisnis itu punya etika. Etika bisnis ya harus ada cuan. Artinya cuan itu adalah prioritas. Tanpa energi cuan, apa artinya bisnis? Apa artinya dagang?
Banyak orang merasa berdosa ketika harus memprioritaskan peroleh cuan untuk dirinya di dalam bisnis. Biasanya penyakit begitu menempel di hati orang yang yang tidak enakan hati dan mudah kasihan. Bagi mereka mentarget peroleh cuan itu adalah dirasa sebagai kejahatan dan terlalu tega.
Rumah sakit itu lembaga bisnis dan rumah sakit kalau dinalar dari sisi kemanusiaan sebenarnya sangat jahat. Bayangkan, ada orang sekarat, ada orang kena musibah, bukannya dibantu materi, malah dimintai bayaran, kan jahat sekali? Namun tidak ada rumah sakit disebut lembaga jahat karena rumah sakit bervisi misi bisnis.
Nah Anda yang masih punya perasaan berdosa, perasaan berbuat jahat, perasaan tidak tega saat harus ambil prioritas cuan dalam dagang, silakan dinalar fakta dan realitanya rumah sakit. Rumah sakit tetap berakhlakul karimah, tetap berperikemanusiaan, tetap bermoral tinggi, sekalipun meminta bayaran kepada orang yang sedang kena musibah, bahkan sedang sekarat. Sebab bisnis itu ada etikanya sendiri, etika bisnis ya mentarget peroleh cuan.
Kalau bisnis diberi etika sosial, diberi etika kemanusiaan, diberi etika perikewanan, ya sama saja di depan suami masih menutup rapat aurat, padahal etika kesuamiistrian ya harus buka lebar-lebar auratnya.
Banyak yang alami penurunan omset bisnis bahkan hingga gulung tikar karena persoalan ini, persoalan hati yang berlebihan prioritaskan orang lain hingga tidak bisa lagi prioritaskan dirinya sendiri tapi diterapkan dalam mengelola bisnis.
Kasus serupa seperti warung-warung kecil di desa dimana budaya rasa sosial bertetangga masih sangat kental. Karena tidak tega dan tidak enak hati gampang hutang-hutangkan ke pelanggan. Ya jadinya warungnya tutup.
Kalau Anda punya rasa empath besar ke orang lain bukan dengan merusak etika bisnis, ada penempatannya sendiri. Saat jualan ya ambil saja keuntungan semaksimal mungkin, gampang kalau uangnya sudah jadi milik Anda dengan cara halal dan terhormat, tinggal kasihkan ke orang lain untuk membela rasa empath Anda, dengan begitu rasa empathnya bukan lagi merusak etika jual beli.
Namun di dalam jual beli ada juga orang yang super tegaan, cirinya sesudah Anda bertransaksi dengannya Anda merasa seperti diperas. Iya merasa diperas. Nah orang yang begitu biasanya orang yang berhati jahat, bukan orang yang pintar jualan. Ketika temukan orang begitu, mending catat orangnya, setelah itu jangan pernah lagi berurusan uang dengannya.
Iya sama-sama ambil untung besar, orang yang hatinya jahat kepada orang lain itu Anda yang bertransaksi dengannya akan merasa diperas, beda dengan orang yang pintar jualan, sekalipun dia ambil untung gede, tapi tetap tertangkap mengasyikan di hati orang lain.
- MUHAMMAD NURUL BANAN
- Gus Banan
SUDAH SELESAI YA PULANG
"Gus, usia 35 tahun ini semua target sudah tercapai. Rumah, bisnis, kendaraan, travelling luar negeri, sudah semua."
"Sudah selesai ya tinggal pulang," sahut saya.
"Maksudnya, Gus?"
"Anda saya suruh bersih-bersih di rumah saya, lantas cekat dan gesit mengerjakannya, kan cepat selesainya. Sudah selesai ya pulang, masa di rumah saya terus. Hidup itu tugas selesaikan urusan hidup, kalau cekatan mengerjakannya ya cepat selesai. Kalau sudah selesai, Anda tinggal disuruh pulang, kembali ke penciptanya."
"Hahhh...," dia kaget. "Lalu gemana, Gus, biar ga cepat dipanggil pulang?"
"Ya bikin ulah lagi yang banyak, yang melibatkan target lainnya. Bangun itu masjid, atau biayai seribu anak yatim, atau menghajikan 1000 guru ngaji atau apa yang jadikan tugas Anda di dunia ini ga selesai-selesai."
- MUHAMMAD NURUL BANAN
- Gus Banan
MENGHAPUS PENDAMAN BENCI KEPADA ORTU SENDIRI
Banyak anak belum bisa ridha kepada orang tuanya sendiri, punya luka batin sehingga hati memendam rasa benci. Latar belakangnya ketidakridhaannya pasti kekecewaaan hati kepada orang tua sendiri.
Maklum orang tua kita tidak sesukses BJ Habibie yang gemilang lahir batinnya, orang tua kita manusia biasa yang tentu banyak kekurangan, bahkan—dalam tanda kutip—kadang ada jenis orang tua yang durhaka dan jahat kepada anaknya sendiri.
Dari hal lumrah seperti sering dipukuli di waktu kecil, sering dijewer dan dihukum, tidak dibiayai pendidikannya, dan lainnya. Ataupun hal berat seperti disia-siakan hidupnya, dibuang, diterlantarkan, diperas, dan lainnya.
Atau kadang ada sifat orang tua kita yang tidak kita cocoki seperti orang tua sangat pelit, sangat bermental miskin, arogan dan lainnya yang bikin hati kita kerap risih lalu memendamkan rasa benci kepadanya.
Belum masalah lainnya yang bentuknya warisan energi buruk. Seperti orang tua Anda seorang yang sangat rakus, pendengki dan bakhil, sehingga orang tua di masa hidupnya kerap merugikan dan menyengsarakan orang lain, sementara warisan itu bukan cuma materi saja seperti harta dan hutang, namun energi juga diwariskan. Ketika orang tua Anda punya tumpukan energi buruk, ya otomatis Anda juga yang teeima waris resikonya. Jadinya orang tua Anda yang jahat, Anda yang kemudian hidup dengan resiko keterpurukan, orang tua yang punya hutang energi, Anda yang harus membayarnya. Ya begitu resiko hukum waris gen, waris darah.
Punya luka batin, jadinya hati tidak ridha kepada orang tua. Anda membenci orang lain, orang yang Anda benci tentu akan merasakannya, lalu dia pun akan membenci Anda pula. Kalau Anda membenci dan tidak ridha kepada orang tua, hati orang tua pun sama, dia tidak ridha pula kepada Anda.
Kalau hati Anda tidak ridha kepada orang tua, disitu resiko beratnya, sebab ridha orang tua itu punya keterikatan dengan ridha Tuhan.
رِضَا اللَّهِ فِـيْ رِضَا الْوَالِدَيْـنِ، و سخط اللَّهِ فِـيْ سخط الْوَالِدَيْنِ
“Keridhaan Allah itu berada pada keridhaan kedua orang tua, dan kemarahan Allah itu berada pada kemarahan kedua orang tua.” (HR Tirmidzi)
Kalau memendam rasa benci kepada orang tua sendiri itu efeknya kita menjadi susah temukan kemuliaan hidup, kita susah terangkat derajatnya. Mau ilmu segudang, cerdas bisnis segudang, ijazah sekolahnya tinggi, kalau masih punya kebencian hati kepada orang tua sendiri biasanya derajat hidup tetap tidak terangkat. Sebab hati yang tidak ridha kepada orang tuanya sendiri itu sama artinya tidak ridha kepada Tuhannya, karena yang menentukan Anda terlahir dari orang tua mana ya cuma Tuhan, Anda tidak bisa tentukan dari orang tua mana Anda lahir, orang tua pun tidak kuasa menentukan untuk melahirkan anak siapa.
Yang menentukan Anda lahir dari orang tua mana, dan orang tua Anda melahirkan anak mana, itu semata-mata garis tangan Tuhan yang bekerja. Karena itu tidak menerima dengan ridha akan orang tua Anda, atau tidak ridha Anda melahirkan anak siapa, itu sama saja sedang tidak menerima Tuhan Anda sendiri.
Hal inilah yang sebabkan jika kita masih memendam benci kepada orang tua sendiri kita susah terangkat derajatnya karena skor spiritual yang masih rendah.
Lalu cara menghapus pendaman benci maupun warisan energi buruk dari orang tua, bagaimana?
Ini pengalaman saya sendiri bagaimana menghapus luka-luka batin tersebut.
Pertama, sadari sepenuhnya kemuliaan orang tua kita. Sadar sepenuhnya kalau orang tua kita ada keterikatan dengan Tuhan, dimana memuliakan orang tua berarti memuliakan Tuhan, kalau ridha orang rua kita peroleh, otomatis ridha Tuhan juga kita peroleh. Kalau Tuhan sudah ridha, bagaimana Tuhan tidak mengangkat derajat kita untuk mulia dunia akhirat.
Jadi pertama perlu sadar sesadar-sadarnya, sadar keramatnya orang tua bagi anak.
Kedua, jangan pernah melihat kekurangan orang tua. Butakan mata untuk melihat itu. Kita harus sadar bahwa tugas kita hanya memuliakan orang tua, lalu bodo amat dengan rasa ingin mengritik orang tua. Artinya disini Anda berjuang untuk memaafkan orang tua.
SANG PERANGSANG REZEKI, OOH KADANG NASIBMU
Saya dan Anda kerap kan saksikan emak-emak dengan wajah dan tubuh lusuh, terlihat sekali dia penuh lelah di kehidupannya. Ya lelah mengurus rumah tangganya.
Mengurus anak-anak, mengatur keuangan rumah tangga ya serba pas-pasan, tumpukan pekerjaan rumah, yang semuanya melelahkan dan bikin penat.
Boro-boro berwajah glowing, atau di telinga dan lehernya ada anting dan kalung emas, cincin ataupun gelang emas, tak ada hiasan di tubuhnya sebagaimana takdir wanita sebagai perhiasan dunia. Segala yang ia kenakan sehari-hari seadanya.
Kelelahannya bukan saja di tubuhnya, di pikiran dan mentalnya pun begitu lelah tertekan kondisi keuangan rumah tangga yang serba pas dan harus dicukup-cukupkan. Satu sisi kemana-mana dia menggendong anak saking repotnya, sisi lain pikirannya harus kerja keras bagaimana punya penghasilan tambahan rezeki.
Ketika dia masih cewek terlihat montok, baru menikah setahun dan punya satu anak, semua kecantikannya berganti lusuh dimakan kelelahan dan ketidakcukupan uang.
Anda bisa amati sendiri kok, setelah menikah kok kondisi istri seperti yang saya ceritakan di atas, itu rezeki suami juga makin terpuruk belangsakan.
Namun sebaliknya, kalau istrinya setelah menikah terlihat makin glowing, makin terlihat sebagai wanita mulia yang kecukupan lahir batinnya, rezeki suami juga makin glowing dari hari ke hari.
Jadil kalau mau meramal masa depan rezeki seorang suami akan makin glowing atau makin lusuh di masa depan, cek kondisi istrinya sekarang ini, dia glowing karena bahagia bersama suaminya, atau dia makin lusuh karena kelelahan dan depresi karena bangun rumah tangga dengan suaminya.
Kenapa kondisi istri bisa jadi alat baca kondisi rezeki suami di masa depan? Karena istri itu perangsang energi rezeki suami.
Begini, alam semesta itu saling kerja untuk alirkan energi. Tangan kerja dulangkan makanan, mulut menerimanya. Matahari kerja curahkan sinarnya, bumi menerimanya. Langit kerja curahkan hujan, bumi menerimanya. Sungai kerja alirkan air, lautan menerimanya.
Lelaki mengalirkan energi kepada wanita melalui energi seks dan nafkah.
Lelaki yang bekerja mengalirkan energi seks karena tampak dari sistem air maninya yang mengalir dan memuncrat seperti sinar matahari dan air hujan.
Energi nafkah juga demikian. Lelaki mengalirkan energi nafkahnya kepada wanita.
Memang bumi bekerja menerima energi air hujan, namun tidak serta merta menerima saja, di bumi air hujan yang diturunkan langit diolah sedemikian rupa sehingga kembali lagi bermuara ke laut. Di laut, air hujan kiriman langit tersebut diserap lagi oleh laut untuk suplay energi ke langit agar langit terus bisa menyediakan air hujan. Dan terus berputar begitu.
Sinar matahari dan energi-energi lainnya juga begitu. Satu sisi ada yang curahkan energi, sisi lain ada yang terima sekaligus sebagai penyuplay energinya.
Wanita pun begitu, ia menerima curahan air mani dan nafkah dari pria, namun wanita lah penyuplay energi seks dan rezeki.
Dimana pun wanita lah yang dipajang sebagai media eksotisme. Wanita didandani, diberi perhiasan, dan dimodelling tata busana sedemikian rupa, karena wanita adalah penyuplay energi seks. Bahkan simbol seks juga pada wanita, adegan film panas yang difigurkan selalu tubuh wanita. Wanita penyuplay energi seks karenanya perannya adalah "merangsang".
Demikian pula dalam rezeki, peran wanita adalah merangsang energi rezeki karena wanita lah penerima nafkah sekaligus penyuplay energi rezekinya.
Nah ketika istri setelah menikah dan bangun rumah tangga kok dia kelihatan lebih banyak lelahnya saking penatnya selesaikan urusan rumah tangga, itu artinya sistem perangsang rezeki suami telah rusak. Makanya bisa diamati, para istri yang setelah menikah kok terlihat lusuh karena kelelahan, rezeki suaminya juga makin belangsakan.
Jadi ya saya sendiri sebagai suami, kalau tidak ingin belangsakan rezekinya, mau tidak mau harus berani mengencangkan daya upaya agar istri bukan makin lelah dan sumpek sampai hilang kecantikannya setelah menikah dengan kita.
Anda jahat ke kaca rumah orang saja, Anda yang rugi. Kerugian itu kemiskinan. Sehingga berhati jahat kepada sesama itu sama saja searching kemiskinan.
Dan masih banyak lagi searching kemiskinan laiannya, cuma ini bukan buku, jadi tak perlu diperpanjang lagi.
- MUHAMMAD NURUL BANAN
- Gus Banan
MENGOLAH ENERGI KAYA DI DEPAN ORANG KAYA
Anda tentu ingin seperti dalam khutbah Imam Ali bin Abi Thalib ini kan?
أَرَادَتْهُمُ الدُّنْيَا فَلَمْ يُرِيدُوهَا
"Dunia selalu mengarah kepada mereka, tetapi mereka tidak tertarik kepada dunia."
وَ أَسَرَتْهُمْ فَفَدَوْا أَنْفُسَهُمْ مِنْهَا
"Dunia terpikat kepada mereka tetapi mereka melepaskan diri darinya."
Nah salah satunya trik mencapai kesana adalah cara Anda mengolah hati, rasa dan sikap saat bertemu ataupun berinteraksi dengan orang kaya.
Kalau Anda bertemu atau berinteraksi dengan orang kaya, Anda dapat mengolah energi perasaaan Anda agar uang merunduk dan mengejar Anda, tentu dengan melakukan transmutasi energi perasaan Anda.
Kalau bertemu ataupun berinteraksi dengan orang kaya, cobalah bicara di dalam hati dan benar-benar sadari sesadar-sadarnya, "Saya dengan hartamu itu mulia saya, karena saya makhluk tercipta paling mulia, sementara harta hanya tercipta ghurur saja. Saya sangat mulia. Saya tak akan pernah merendahkan diriku yang mulia ini dengan harta. Aku tak akan meminta, aku tak akan pernah bertangan di bawah, aku tak berkepentingan apapun. Bukan levelku merendah kepada hartamu."
Ucapkan itu dalam hati dan sadari mendalam maknanya. Lalu teguhkan hati untuk tidak berkepentingan apa-apa.
Namun ingat! Anda merasa lebih mulia itu dengan hartanya, bukan dengan orang kayanya. Persoalannya jelas, Anda dengan harta itu tercipta jauh lebih mulia diri Anda, hanya saja Anda justru kerap merendahkan diri kepada harta, dengan meminta-minta, merasa miskin, merasa layak diberi, dan lainnya.
Yang tidak boleh itu merasa lebih mulia dari orang kayanya, karena Anda dan orang kaya itu sederajat, sama-sama manusia.
Kalau bisa konsisten transmutasikan energi hati di deoan orang kaya seperti itu, lama-lama harta akan datang merunduk dan selalu mengarah ke arah Anda. Silakan coba saja. Namun jelas harus istiqamah.
Intinya kalau ingin menarik energi kaya dari orang kaya, Anda jangan pernah memanfaatkan dirinya, apalagi menjilatnya. Biasa saja. Kalau muncul rasa berkepentingan dengan hartanya, yakinkan di hati kalau yang kasih rezeki kepada Anda itu bukan harta orang kaya, tapi Allah. Punya kebutuhan harta sebesar apapun jangan sampaikan kepada orang kaya, dia tidak bisa bantu apa-apa enggak kepada Anda. Kalaupun dia bisa, ya dia malas karena dia juga punya kebutuhan yang jauh lebih besar.
Lalu tetap kontrol dan kuasai pengendalian diri Anda, jangan terlalu respect dan segan berlebihan.
Terlalu segan dan respect jangan, kalau menghargai ya tetap beri penghormatan dan penghargaan tinggi.
Orang kaya suka mentraktir, nah kalau Anda ditraktir Anda jangan merasa nyaman ditrakrir, tapi traktir balik, cobalah bersikap kaya.
Demikian pula kalau Anda diberi sesuatu olehnya, beri balik juga walaupun nilainya tidak sama, yang tentu semampunya Anda, namun setidaknya Anda terlihat teguh hati sebagai orang yang tidak merepotkan orang kaya.
Kalau diberi ataupun ditraktir orang kaya, diterima dengan riang hati, ucapkan terima kasih dan rayakan kegembiraanya, tapi jangan pernah meminta-minta, dan jangan bertumpang tangan tidak lakukan imbal balik apa-apa.
Lakukan itu dengan konsisten, dan amati ujung-ujungnya harta akan menghormati Anda. Kalau harta sudah hormat kepada Anda, ya harta tak ada pilihan lain selain merunduk dan mengikut dengan tendah hati.
- MUHAMMAD NURUL BANAN
- Gus Banan
TINDAKAN MEMBODOHKAN UANG KEPADA ANAK
Saya kerap menyaksikan anak ingusan di usia SD dididik ketat kelola uang. Jatah pesangon sekolah 5 ribu, dia masih dituntut agar sisa untuk ditabung. Setiap hari harus bisa sisa, tidak boleh tidak. Si anak diatur sebegitu ketat agar jangan boros, tetap hemat, jajan harus sekreatif mungkin agar tetap dapat menabung.
Sudah begitu setiap hari mental anak diskak, "Uang susah dicari, jangan boros! Ayah ibu ga punya duit, jangan minta jajan terus." Dan lainnya.
Warga Korea Utara itu satu ras dan satu gen dengan warga Korea Selatan, artinya kualitas SDM warganya sebenarnya setara. Korea Selatan muncul sebagai negara maju dengan kualitas warga yang punya daya saing tinggi, Korea Utara muncul sebagai negara yang tidak bertumbuh dan tidak siap bersaing, padahal kualitas SDM warganya setara dengan Korea Selatan, itu karena warga Korea Utara terlalu diatur ketat.
Ya aturan itu untuk menertibkan, namun bila terlalu ketat, aturan justru akan berdampak membodohkan. Jadi kalau Anda ingin punya anak bodoh, atur mereka dengan ketat, jangan beri kesempatan mereka membantah dan melanggar, tuntut sekuat-kuatnya agar mereka menurut dan taat.
Anak didik, umat beragama, warga masyarakat pun sama, kalau Anda ingin mereka bodoh, beri aturan ketat dan jangan beri kesempatan membantah.
Nah model didik anak sejak dini diatur ketat uang juga demikian, justru akan jadikan anak bodoh kepada uang.
Uang saku dibatasi 5 ribu, tidak boleh lebih, tidak boleh kurang, itu sama saja sedang tanamkan belief kepada anak bahwa uang itu sangat sedikit dan sangat terbatas aksesnya. Sudah begitu dituntut harus sisa agar tetap bisa menabung, itu sama saja tanamkan belief kepada anak kalau uang itu jika mau terkumpul berarti harus prihatin hebat, bahwa uang sangat berharga dan susah didapatkan.
Karena tertanam uang itu sedikit, uang terbatas, uang berharga, uang susah didapatkan, akhirnya di masa dewasa si anak tumbuh sebagai anak yang penuh ketakutan kepada uang. Rasa takut pakai uang, rasa takut happy dengan uang, rasa kikir dan rakus. Dia pun tumbuh menjadi sangat bodoh kepada uang, persis seperti warga Korea Utara, dimana potensi cerdas mereka dibunuh karena ketakutan-ketakutan kepada aturan-aturan.
Kalau anak Anda mau cerdas uang, merdekakan perasaan mereka kepada uang. Tumbuhkan rasa hingga menjadi belief bahwa uang itu mudah didapat, uang itu banyak dan melimpah, uang itu enteng diraih, uang itu menyenangkan.
Tanamkan belief tersebut kepada anak, jalannya beri akses rasa melimpah ke uang. Diatur ya diatur, tapi tak perlu ketat-ketat, karena hanya akan membodohkannya. Atur sekedarnya, sekedar menertibkan.
Kalau tak ada yang perlu ditertibkan, ya beri saja mereka rasa melimpah uang, seperti jangan kasih tahu kalau uang itu susah dicari, jangan kasih tahu ada harga mahal, jangan kasih tahu uang tinggal sedikit. Caranya bagaimana? Misalkan kalau Anda dimintai jajan anak, pas tidak punya uang, itu jangan beralasan tidak punya uang, pakai alassn lain selain uang, misal, "Jangan kebanyakan jajan, kasihan perutnya tidak sehat," dan lainnya.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
POLA PEMILIK REZEKI HOKI DAN POLA AMBLAS MELARAT
Dokter Richard Lee heboh dengan angka penjualannya di Titktok, dalam hitungan jam, duit milyaran diraup. Hokinya luar biasa.
Dalam proses pembentukan energi hoki tersebut, dr. Rechard yang dengan tulus menolong anak tak mampu malah digigit dengan bisa beracun dan dicakar oleh si anak. Namanya dijelek-jelekan di depan publik oleh si anak di medsos.
Hasilnya dr. Rechard makin kaya, hoki rezekinya membeludak, si anak malah sekarang boro-boro makin tambah beruntung, punya akun Tiktok saja hilang.
Jadi bertumbuh hokinya itu polanya jelas, kebaikan dan kebaikan, lalu digigit dengan racun berbisa dan dicakar.
Ya begitu polanya, sudah berbuat baik malah kena gigitan berbisa dan cakaran, itu pola orang hoki kaya.
Pola amblas melarat itu juga jelas, keburukan dan keburukan, hingga ditolong dengan tulus oleh orang lain pun lalu dia malah mengigitkan bisa beracun dan mencakar.
Dan si anak remaja yang yang mengigit dan mencakar itu dia hanya punya aset akun tiktok saja apes, akunnya lenyap. Apes banget, kan?
Seorang teman baik saya bercerita, "Dulu pernah nagih hutang ke tetangga yang sudah ditolong terus terusan oleh Mamah. Dikasih tumpangan gratis di rumah sampai bisa punya tempat tinggal sendiri, dipinjemin uang buat modal usaha. Pas ditagih, dia mengamuk, bukan kita yang melaberak malah dia yang melaberak, tidak mau bayar. Tiap saya lewat pura-pura bersin, meludah, di belakang. Kalau Mamah saya lewat, dia ngacungin kepalan tangan gaya jotos. Walau tidak kena, itu sangat menyayat hati.
Mamah cuma bilang, "Sudah biarkan saja, jangan dibuat ribut, kalau Ayah dengar, takut makin ramai."
Nggak lama sesudah itu dia sakit-sakitan, usahanya bermasalah, ditipu buyer, hutangnya dimana-mana dan nggak bisa bayar, mobil habis, rumah habis. Sekarang numpang di rumah orangtuanya, buat makan saja mengkis-mengkis. Kami diam-diam tersenyum sambil membatin, kapokmu kapan!?"
Jadi hoki kaya dan amblas melarat memang polanya selalu begitu. Yang hoki kaya sudah selalu berusaha baik, eeh dicakar dan digigit melulu. Yang amblas melarat sudah dibaiki dengan pertolongan dan kebaikan, eeh malah menggigit dan mencakar.
Lah kok begitu? Karena kesadaran itupun membentuk circle seperti halnya pergaulan. Orang yang berhati baik, selalu berpikir dan berbuat apik, selanjutnya akan menarik bisikan-bisikan perbuatan baik lainnya. Terus makin baik hingga membentuk circle kesadaran baik dalam dirinya.
Sementara kebaikan itu pasti hasilkan keberuntungan karena apapun bisanya eksis kalau peroleh kebaikan. Tumbuhan tak akan tumbuh subur kalau tak peroleh kebaikan sinar matahari, hara, dan air. Rezeki pun begitu, dipupuk dengan kebaikan ya makin subur.
Nah orang yang berhati jahat itupun kesadarannnya membentuk circle. Orang yang berhati jahat akan menarik bisikan-bisikan kejahatan lainnya. Lalu membentuk circle kejahatan dalam kesadarannya.
Bukankah Anda pernah temukan orang yang sudah melarat lagi sombong? Dengan tetangga memusuhi, dengan orang lain merendahkan, dengan kerabat memeras, dengan yang tua durhaka, dengan yang lebih kecil, arogan, cari rezeki pun nerjang yang haram, dengan yang menolong menggigit, kalau salah malah playing victim, punya karya kecil wow narsisnya, kalau hutang melupakan.
Nah orang-orang begitu biasanya melaratnya hingga amblas-amblas, keluarganya sakit-sakitan, dan moralitas keluarganya bejat.
Nah kalau Anda menemukan orang begitu, mau dia seburuk apapun sebaiknya menolongnya hanya dengan uang saja, dan jangan pernah melibatkan diri dalam urusan hidupnya sedikitpun karena ujung-ujungnya menggigit dan mencakar penolongnya.
Menolongnya cukup pakai uang saja, karena menolong dengan uang itu ayam juga bisa terima pertolongan uang yakni dedak. Tapi kalau menolongnya dengan melibatkan diri dalam urusan hidupnya, bisa berabe, bisa-bisa Anda dicakar.
TASAWUF "PURA-PURA TAK BUTUH"
Dagang itu wilayah self-benefit, area dimana Anda memberi kesempatan kepada diri Anda untuk mengisi energi, sebagaimana handphone berkesempatan men-charge baterainya, tubuh berkesempatan makan, pohon berkesempatan melakukan fotosintetis.
Semua makhluk hidup punya wilayah self benefit; area dimana dia berkesempatan untuk ambil energi dari luar dirinya untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Salah satu sistem self benefit yang disediakan alam semesta adalah sistem perdagangan; entah bisnis, entah jual beli, entah perburuhan, entah kepegawaian, entah barang ataupun jasa.
Jadi etika dagang itu Anda ambil untung untuk diri Anda sendiri dari orang lain. Egois kan? Iya. Egois.
Karenanya dagang itu sebenarnya memanfaatkan kelemahan yang ada pada orang lain. Orang lapar, itu kelemahan diri, dimanfaatkan dengan dijuali makanan. Orang kedinginan, itu kelemahan, dimanfaatkan dengan dijuali jaket. Orang berpenyakitan, itu kelemahan, dijuali obat. Di titik kelemahan orang lain lah, self benefit itu ada.
Hidup itu saling lempar dan saling terima kotoran, dari lempar-terima kotoran itulah sistem self benefit berlangsung. Anda membuang kotoran Karbon Dioksida sebagai racun, justru racun itulah yang dihargai oleh tumbuhan, karena itu self benefitnya. Tumbuhan membuang kotoran Oksigen sebagai racun, justru racun itulah yang dihargai oleh Anda, dan itulah self benefit Anda.
Anda membuang kotoran penjahat, justru penjahat itulah yang dihargai oleh polisi, karena itu self benefitnya. Anda membuang kotoran penyakit, justru itu yang dihargai para dokter, karena itu self benefitnya. Anda membuang kotoran kebodohan, justru kebodohan itulah yang dihargai para guru, karena itu self benefitnya.
Bagi sebagian makhluk adalah racun dan penyakit yang harus dibuang, bagi sebagian lainnya itu adalah self benefitnya. Karena itu Anda semua diciptakan punya titik lemah, karena dari kelemahan itulah Anda disiapkan Tuhan untuk menjadi penyedia energi makhluk lainnya.
وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS An-Nisâ: 28)
Semakin Anda punya banyak titik lemah, semakin besar pula emergi Anda untuk sediakan benefit kepada makhluk lain. Contoh, Anda banyak penyakit, ya Anda makin banyak kasih benefit ke para dokter, kan? Beda dengan Anda yang tetap sehat. Anda jago makan atau dalam bahasa Jawa disebut RB (rai badog), ya Anda makin banyak kasih benefit ke para pengusaha kuliner, kan? Setiap kali Anda punya titik lemah, itulah self benefit bagi orang lain.
Maka dalam dagang itu ada etika yang sangat menyakitkan, dimana yang sedang terdesak kebutuhan, justru dia yang merugi banyak. Contoh, hutang sedang banyak sekali, sudah jatuh tempo belum ada uang, yang ada hanya motor satu-satunya. Lantas motornya mendesak dijual. Si calon pembeli motor tahu dia orang sedang terdesak butuh uang, lantas keadaan tersebut dimanfaatkan untuk menguntungkannya. Motornya pun ditawar semurah-murahnya dengan dibanting harga.
Jadi begitulah isi dunia, yang lemah akan makin lemah, karena makin Anda punya banyak titik lemah, itu artinya Anda harus siap menjadi asupan energi benefit besar bagi orang lain. Di titik itu potensi miskin Anda makin menjadi.
Kesimpulannya, yang butuh itulah yang menjadi lemah.
Kenapa lemah? Karena butuh. Kenapa butuh? Bisa karena nafsu, bisa karena keadaan.
Kalau butuh karena keadaan, misal Anda sakit-sakitan, kecelakaan, musibah, kebutuhan primer hidup, itu hal yang tidak bisa Anda kendalikan, satu-satunya jalan adalah harus menjalaninya.
Butuh karena nafsu, ini yang bisa Anda kendalikan lalu Anda gunakan untuk melemahkan uang.
Karenanya Anda yang kuat dengan kekayaan sejati adalah Anda yang "sudah tidak butuh lagi". Di situ Anda jadi menangan dengan uang.
Seperti contoh di atas terdesak jual motor karena kepepet hutang, maka butuh itulah yang jadikan nilai tawar Anda atas uang melemah.
Karenanya, ketika Anda transaksi, pura-pura tak butuh itu penting. Kuncinya sabar. Sabar. Pura-pura lah tak butuh amat. Sebenarnya butuh ya butuh, pingin ya pingin, tapi tahan dulu dengan sabar.
INGAT! ANAK-ANAK BUKAN ASET CRYPTON
Maaf konten ini bukan untuk mengajak anak-anak merasa kecewa, bukan itu. Konten ini lebih ditujukan bagaimana kita sebagai parent melihat kehadiran seorang anak sehingga mampu menempatkan anak-anak sesuai hak-hak istimewanya.
Anak-anak terlahir ke dunia itu karena mereka berkehendak dilahirkan atau kehendak orang tuanya agar dia lahir?
Anak tak punya kehendak apapun untuk lahir, punya kepentingan menjadi anak Anda juga tidak ada. Andalah yang punya kehendak melahirkan mereka, menghadirkan mereka di alam dunia ini. Mereka juga tak ada kepentingan agar jadi anak Anda karena mereka tak pernah diberi hak memilih untuk lahir dari orang tua mana.
Kalau Anda mengundang pembicara, resikonya Anda harus mengganti biaya transportasi, biaya pesangon, dan lainnya. Beda kalau si pembicara datang sendiri, menyuguh seadanya tidak apa.
Anak hadir di dunia ini karena Anda yang menghendakinya, bukan kehendak mereka sendiri, lalu kenapa saat mereka ingin sekolah, mereka harus ketakutan tidak ada biaya, padahal si anak lahir karena dikehendaki oleh Anda, ibarat pembicara diundang speaking, namun saat si pembicara kehabisan BBM, dia harus berpikir dan bertanggung jawab sendiri. Adab sopannya dimana?
Dengan tamu tak diundang saja, Anda kewajiban menyuguhnya, apalagi dengan tamu undangan? Anak dilahirkan karena diundang oleh Anda, lah kok mau makan enak saja dihadang, "Kamu anaknya orang tak punya. Jangan banyak minta-minta ke ayah. Ayah ga punya."
Sudah begitu anak dianggap modal investasi mirip Crypton yang suatu saat harus balik modal dan menguntungkan, seolah yang tidak bisa menguntungkan dirinya dilabeli durhaka.
Kadang miris, sudah pendidikan mereka harus kreatif biayai sendiri, sesudah lulus dibebani agar kerja lalu bantu beban keluarga. Lah, emang mereka semacam aset Crypton?
Nabi SAW menugaskan kepada kita,
أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ
"Muliakan anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka". (H.R. Ibn Majah)
Pilihan kata yang dipakai Nabi SAW adalah "akrimû" artinya muliakanlah, itu kan persis tamu yang Anda undang sebagai pembicara, ya karena anak-anak itu lahir bukan kehendak mereka, tapi kehendak orang tua.
Orang tua yang berkehendak lahirkan anak-anak, mau tidak mau sepenuh hati memuliakan tamu undangannnya, sedikit pun jangan sampai membebani mereka.
Orang tua bermental miskin cirinya mereka membebani anak-anaknya dengan sekeranjang beban. Alasan paling klasik ya karena orang tua merasa tidak mampu.
Makanya terserah! Kalau Anda sudah punya kehendak mengundang anak-anak lahir, ya harus sadar itu tanggung jawabnya, cari solusinya, jangan pengecut beralasan lalu membebankan kesulitannya kepada anak-anak supaya ikut menanggung dan menyelesaikan tanggung jawab Anda. Ingat! Mereka tamu yang Anda undang.
Ya Anda hadirkan tamu undangan, Anda berkewajiban memuliakannya, bukan berarti Anda tidak boleh berkepentingan dengan mereka. Sesudah Anda memuliakan tamu undangan, kewajiban-kewajiban dibayarkan semuanya, sah-sah saja tamu undangan disuruh naik panggung lalu mengisi pengajian. Dengan anak pun begitu, Anda boleh berkepentingan dengan mereka, misal meminta anaknya jadi anak berilmu, meminta mereka lanjutkan misi Anda, entah misi apapun, dan lainnya. Itu hak.
Kalau mereka ugal-ugalan, selalu bikin masalah, tidak bisa diarahkan? Lah itu kan urusan mereka, itu dosa dan resiko mereka. Point terpenting kewajibn Anda untuk memuliakan dan memperbagus adab anak-anak sudah dilaksanakan dengan baik, dan Anda telah sesuai fitrah melahirkan mereka dengan tanpa membebani masalah apapun.
Dan bagi Anda anak-anak yang merasa jalan hidupnya diperlakukan seperti aset Crypton oleh orang tuanya, tulisan ini bukan supaya Anda merasa kecewa atau Anda tidak memberontak dari keadaan.
Saya sendiri berubah kaya justru setelah saya dengan sadar berniat penuh memgkayakan orang tua saya. Ya tiap bulan saya menggaji rutin kedua orang tua saya.
AGAR SUSAH JUALAN MURAH, SUSAH JUALAN CUAN KECIL
Banyak orang yang merasa, "Saya jual murah malah ga laku. Sepi. Saya jual mahal, eeh dijubeli pembeli." Anda merasa begitu, atau sebaliknya?
Alkisah, dia seorang trainer spiritual. Kelas publiknya dia banderol harga 750 ribu per peserta, di waktu itu tarif segitu jauh lebih murah dari umumnya tarif training sejenis. Ia tidak ada niat menjatuhkan harga pasar, hanya berpikir menolong agar masyarakat kecil mampu membelinya, dan juga merasa tarif terlalu mahal, dia merasa belum layak.
Berjalan beberapa tahun, pembelinya landai saja. Justru pada waktu itu lapak sebelah yang menjual harga lebih mahal dengan kualitas ilmu dan layanan yang sama malah lebih laris. Dia alami kebimbangan.
Di sisi lain ada satu hal yang harus ia beli dengan harga sangat mahal, yakni memuliakan orang tua. Sejak lulus sarjana, ia sudah konsisten kuat ingin berbakti sepenuhnya kepada orang tua dengan terus memberi gaji bulanan, dia tidak mau melihat orang tuanya di usia senjanya kesulitan uang. Untuk loloskan komitmen ini, ia benar-benar telah melakukan banyak resiko kesulitan. Kadang untuk hidupnya sendiri saja masih kekurangan, dia tetap mempriorotaskan orang tuanya, dia menilai kalau orang tuanya adalah azimat hidupnya yang harus dimuliakan seutuhnya.
Harga kelas trainingnya sudah jauh lebih murah, kualitas layanan sudah baik sekali, berbakti kepada orang tua sudah dilakukan sekonsisten mungkin bahkan dari kelima saudara kandungnya, hanya dirinya yang terlihat konsistensinya memakmurkan orang tua. Namun bertahun-tahun ia buka kelas training spiritual, tetap sepi lapakanya.
Sampai akhirnya dia merasa agak putus asa, lalu main ugal-ugalan saja kasih tarif harga. Ia jual 1,5 juta, tarif harga di atas harga umum. Lah sejak saat itu kelas trainingnya malah berkembang, laku keras. Dia pun kaget, "Lah dijual murah tidak laku, dijual mahal malah laku keras?"
Sejak saat itu kehidupan finansialnya pun mulai berubah.
Dan sejak taraf hidupnya naik, dia pun ingin meningkatkan lagi kebaikannya. Dia ingat seorang gurunya di pondok pesantren dulu selalu menghargainya tinggi, selalu mendukungnya penuh kasih. Dalam keadaan seburuk apapun, kyainya tersebut selalu menghargai dan mengasihinya. Disitulah dia berkomitmen untuk ngalap berkah dan memuliakam kyai yang sangat ikhlas mendukung dirinya. Kemudian dia pun menggaji gurunya setiap bulan sama seperti orang tuanya.
Suatu ketika ia ingin berbagi kelas training gratis di bulan suci Ramadhan. Mumpung bulan suci. Anehnya peserta yang datang tetap sama dengan kelas training yang berbayar. Dia jadi terkaget-kaget. Disitu dia sadar, dijual gratis dan dijual mahal ternyata tidak ada beda.
Satu ketika pula dia jualan kelas lain yang lebih murah, durasinya tidak full day, hanya 3 jam. Lah jumlah pesertanya malah lebih sedikit. Yang mahal dibeludaki orang, yang murah malah tidak begitu laku. Dia kesulitan jualan harga murah.
Fenomena apa itu? Anda yang sudah kaya pasti merasakan hal-hal seperti itu, jualan murah terasa susah. Dan justru kalau jualan yang nilai cuannnya besar artinya lebih mahal malahan laris. Wkkkk. Iya kan?
Begini. Kalau Anda sudah beli harga emas, Anda berkemampuan menjual emas dengan harga selevel. Artinya harga yang sudah bisa Anda beli, itu juga kualitas penjualan yang bisa Anda capai.
Mungkin Anda bisa saja belum pernah beli harga emas, lalu Anda bisa menjualnya, tapi level energi Anda cuma energi salles, reseller, ataupun karyawan.
Antara owner dan reseller, antara pemilik usaha dan karyawan, itu jualan barang yang sama, namun level rezekinya beda. Itu karena keduanya dibedakan oleh kemampuan mereka membeli apa yang dia jual. Owner dan pemilik usaha, menjual barang yang sudah dibelinya melalui modal usaha, sementara reseller dan karyawan menjual barang yang belum pernah dia beli.
Hukum alamnya, apa yang sudah bisa Anda beli dengan harga, disitu Anda berkemampuan menjual dengan harga selevel. Anda sudah beli emas, ya berkemampuan menjual emas dengan harga selevel.
JANGAN MANJAKAN MISKINMU
Orang yang sangat sakit hati dengan uang ya orang miskin, karena yang paling banyak disakiti oleh uang ya mereka. Butuh ini, tidak ada uang, munculkan sakit. Butuh itu, tidak ada uang, munculkan pusing. Kesulitan terbesarnya selalu karena uang.
Sering sakit hati, lalu benci, dan sisakan traumatik karena tak punya memori menyenangkan atas uang. Benci dan trauma selalu sisakan luka-luka.
Padahal syarat bertumbuhnya nikmat adalah kegembiraan. Makanya kadung terjebak miskin ya makin miskin karena kebencian dan traumatiknya menumpuk-numpuk. Energi mereka untuk bersensasi gembira uang, kecil sekali. Seperti apa kondisi Anda hidup di tengah bullying, sumpek dan penuh derita kan? Dan Anda bisa bayangkan, ini alam material uang, lah kok disakiti terus menerus oleh uang? Luka mereka menganga berdarah-darah.
Punya luka menganga pasti akan menghindari resiko-resiko rasa makin perih. Kena air, kena garam, bergerak ekstrem, dan lainnya.
Miskin itu luka menganga kepada uang, makanya mereka pun sangat menghindari hal-hal yang jadikan luka terasa makin perih. Lalu mereka menghindari belanjakan uang, dan mengajarkan irit. Mereka menghindari harga mahal lalu mengajarkan cari yang murah meriah. Mereka menghindari huppy uang, lalu mengajarkan prihatin. Mereka menghindari kedermawanan, lalu mengajarkan pelit.
Padahal salah satu penyembuhan luka dan trauma itu justru luka jangan dimanjakan. Luka menganga, oleh air bawang dicampur garam justru lukanya layu. Cidera otot dipijat sekalian justru sembuh. Patah tulang dilatih jalan pelan-pelan justru itu metode pemulihan.
Miskin itu luka pada uang. Maka ini semakin Anda irit, pelit, hitung-hitung, cari yang murah-murah, cari yang prihatin-prihatin, justru luka uang Anda makin dimanjakan.
Latih pelan-pelan untuk sembuh dari luka dan trauma. Latih jajan di sturback, jangan kopi sasetan 500-an terus. Latih jajan di restoran mahal, jangan di warung pinggiran terus. Latih beli sandal, baju, celana yang bermerk, jangan di 35-an terus. Latih sedekah sedikit berani, jangan konsisten 2 ribu terus kalau infak Jumat. Latih makan yang enak-enak jangan yang prihatin terus. Rokoknya latih yang segar, jangan murah-murah terus. Sering-sering jalan-jalan di tempat-tempat mewah seperti mall dan tempat wisata. Kalau naik transportasi latih yang eksekutif.
Intinya berlatih untuk happy uang, biar luka dan traumanya tidak manja. Sudah miskin kerjaannya irit, konsumsi barang murah meriah, kerjaannya pelit, ya makin miskin sekalian karena luka dan traumanya dimanjakan.
Beda dengan orang kaya. Memorinya selalu mencatat, duit gampang, duit banyak, duit nikmat. Dalam hitungan menit mereka biasa peroleh puluhan, ratusan bahkan ada yang milyaran, memori mereka dengan duit itu penuh nikmat dan gembira.
Merasakan uang itu nikmat, makanya mereka akan terus seperti cacing yakni mencari kenikmatan materi. Beli yang murahan, malas. Makan tidak enak, malas. Tidur tidak di kamar presidensial, malas. Cari enak terus maunya. Mereka trauma kepada resiko rasa prihatin.
Padahal prihatin itu unsur mati, dan semua makhluk harus mati. Mati itu ditangisi, karena mati itu duka prihatin.
Sebab ini luka dan traumanya orang kaya itu justru kepada rasa mati, karena enggan berdamai dengan duka prihatin. Kalau mati diantipati, lah emang siapa sih yang bisa abadi di alam materi ini? Artinya menghindari prihatin itu hal mustahil.
Karenaya orang kaya yang punya luka dan trauma kepada rasa kematian yakni rasa prihatin, dia maunya senang-senang saja, sampai yang haram pun akan diterjang. Dugem, main perempuan, narkoba, judi, itu traumanya orang berduit.
Luka dan trauma pada rasa prihatin dimanjakan, juga makin menganga lukanya. Maka paksa sekalian untuk puasa, kenalkan luka dan traumanya untuk kenal prihatin dengan puasa.
Kalau Anda orang berduit maunya kok dugem dan main perempuan, sering-sering puasa ya, karena Anda ada trauma kematian.
Begini, Anda buka baju lalu Anda berjalan ke kebun, itu potensi kulit Anda tersayat duri dan digigit nyamuk dan seranggga lebih besar ketimbang Anda masuk kebun dengan berpakaian rapat. Segala hal yang terbuka lebih mudah tergores dan terluka.
Anda sedang mencintai cewek, kalau tidak sedang jatuh cinta, si cewek chat WA dengan cowok lain tak masalah, kalau sudah dicintai menjadi sangat melukai.
Mencintai lekat kepada uang itu Anda sedang membuka hati, resikonya mudah digores dan dilukai uang.
Alami kerugian materi terus menerus itu tanda Anda sedang digigit buaya uang, luka Anda pun menganga dan berdarah-darah.
Ini siksa uang terberat dan terparah karena dua hal sebelumnya hanya menghantam sisi hati, yakni rasa sedih dan rasa keletihan, namun yang ketiga ini sudah menghantam resiko materi, biasanya resiko hutang menumpuk tak ada yang digunakan membayar.
Kalau sudah hutang, penyelesainnya tidak cukup dengan Tahajud dan istighfar, dengan sedekah dan shilaturrahim, tapi hutang ya jalan keluar satu-satunya harus dibayar lunas.
Caranya biar bisa bayar lunas bagaimana? Ya bayar hingga lunas. Terserah dengan cara apa, karena saya juga tidak tahu, sebab itu resiko Anda.
Serasa mati? Ya iya. Karena itu siksa terdahsyat cinta lekat kepada uang.
Namun di saat dilukai uang dengan kerugian begitu, hanya satu Zat yang bisa selesaikan, yakni Dia. Banyak istighfar, banyak shalat Taubat, banyak berbuat baik, dan terus taqarrub kepada-Nya, sambil terus berusaha dan berupaya bayar hutang, kuatkan niatnya dan jangan pernah coba-coba melarikan diri dari tanggung jawab. Perhatikan hadits Qudsi ini;
يَا ابْنَ آدَمَ ! تَـفَـرَّغْ لِـعِـبَـادَتِـيْ أَمْـلَأْ صَدْرَكَ غِـنًـى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ ، وَإِنْ لَـمْ تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَـمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
“Wahai anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu.“ (H.R. Ahmad)
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
ENERGI MISKIN ENERGI BIKIN PEGEL
Energi miskin itu energi bikin pegel orang lain, dan energi kaya itu energi yang bikin suportif orang lain.
Anda datang ke rumah orang dengan bawa oleh-oleh mahal, yang punya rumah pasti energinya tersupport, ia jadi gembira selanjutnya hormat dan menghargai Anda. Itu disebabkan kedatangan Anda bawa energi kaya dengan memberi.
Sebaliknya kalau Anda bertamu ke rumah orang, tetapi Anda mau hutang duit, kira-kira yang punya rumah loyo, tidak? Dia loyo dan pegel-pegel karena kedatangan Anda itu bawa energi miskin dengan meminta hutangan duit.
Tidak ada orang merasa gembira lalu tersupport energinya ketika bertemu pengemis, rata-rata merasa terbebani, karena pengemis energinya meminta. Meminta tanda tidak punya. Tidak punya tanda miskin.
Anda kadang membersamai orang namun Anda merasa seperti loyo, tidak semangat, tidak gembira, mau ngomong saja lidah kaku dan malas, itu tanda orang yang bersama Anda berenergi miskin, unsur-unsur di dalam kesadarannya masih dominan meminta-minta.
Dan kalau Anda bertemu seseorang lantas diri Anda merasa tambah semangat, berenergi, ceria, gembira, itu tanda Anda bertemu dengan orang yang berenergi kaya. Ya seperti tamu yang bawa oleh-oleh besar, orang yang berenergi kaya itu berkemampuan membuat orang lain gembira.
Maka mari cek hidup kita. Masihkah diri kita menjadi masalah bagi orang lain? Masihkah menjadi beban bagi orang lain? Kalau masih begitu, dijamin rezeki Anda macet-macet seret.
Dan kalau sampai diri Anda adalah fitnah bagi orang lain, artinya kerjaan Anda memusuhi orang, mengfitnah, berbuat mudharat bagi orang lain, itu rezeki Anda yang datang bukan duit, tapi azab, kualat dan melarat.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan