MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN) Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker - 1 Day Spiritual Prosperity Class - Servo Prosperity Online Class Facebook, Fanspage, Youtube, Telegram, Ig: Muhammad Nurul Banan Website : www.gusbanan.com
JIKA ANDA KUALAT DARI SESEORANG
"Ngualati" itu bahasa Jawa Banyumasan artinya bikin kualat. Orang yang "ngualati" artinya orang yang kalau diremehkan bikin kualat pelakunya.
Anda amati bagaimana pelanggan rumah makan tidak menjadi raja. Butuh air minum, tinggal suruh, butuh makan, tinggal suruh, butuh asbak, tinggal suruh, piring dan meja kotor, bodoh amat, mereka jadi ratu yang dilayani sebaik-baiknya. Kenapa itu terjadi? Karena pembeli sanggup membayar lebih.
Pemilik rumah makan atau penjual sebenarnya telah membayar kepada pembeli. Dia sediakan nasi dan lauknya, tempat makan, alat makan, layanan, itu semua harga yang dibayarkan penjual kepada pembeli. Namun pembeli ada kesanggupan membayar lebih karena setiap pembeli tentu membayar dengan memberi keuntungan kepada penjual.
Sama-sama membayar, namun pembeli sanggup bayar lebih berupa keuntungan untuk penjual itu yang jadikan pembeli punya aura kemuliaan. Karena beraura mulia, dia dilayani, dihormati, diperhatikan kebutuhannya, dicari-cari, dan bentuk pemuliaan lainnya.
Anda ingin beraura mulia? Ya ini kuncinya, secara sosial Anda gemarlah membayar lebih kepada kehidupan.
Umpama Anda jadi pegawai negeri sipil, Anda dibayar oleh negara, tapi kalau ingin beraura mulia, Anda harus bayar lebih kepada negara, bayar dengan pengabdian dan pelayanan. Umpama Anda seorang istri sudah dibayar nafkah oleh suami, ya bayar lebih dengan kebaikan dan ketaatan kepada suami. Umpama Anda seorang suami, sudah dibayar ketaatan oleh istri, ya bayar lebih dengan nafkah dan kasih sayang. Umpama Anda pedagang, sudah banyak dibayar cuan oleh pembeli, ya bayar lebih dengan sedekah di luar dagang. Membayar lebih secara sosial itu kunci beraura mulia.
Lebih mulia lagi, misalkan Anda masuk warung mie ayam, harga 11 ribu per mangkok lantas Anda bayar 15 ribu tanpa pengembaliaan, disitu Anda tidak sekedar dilayani tapi Anda akan super dimuliakan dan dihormati.
Waktu saya ke Eropa, saya belum kenal semua peserta. Nah ada seorang peserta yang punya energi dihormati dan dimuliakan kuat sekali. Dari hati ke hati energinya menarik kami untuk menghormati dan segan, padahal saya sendiri sama sekali belum kenal.
Ketika saya simak pembicaraan beliau, selalu bertema ilmu fisika dan elektro, ya intelektualitasnya tinggi. Nah lisannya untuk bicara itu tidak jelas sehingga kami banyak tidak paham apa maksudnya, iya saya dan teman-teman tidak paham karena antara satu ucapan dengan ucapan lainnya saling bertubrukan tidak jelas. Namun aneh, ketika beluau bicara kami dengan hormat menyimak dan mendengarkannya dengan khidmat.
Seharusnya respons dan reaksi untuk pembicara yang bertumpuk ucapannya ya, "Ngapain didengerin. Ga jelas," tapi kami serombongan Eurotrip justru khidmat sekali mendengarkan, kami seperti ditarik magnet kuat untuk mendengarkan ceramah Zainudin MZ yang fasih.
Nah orang seperti beliau ini pasti orang yang energi membayarnya telah besar. Dari bayaran jerih payah dan pengabdian dalam karir tentu beliau telah membayar besar dan lebih. Dan konsistensinya bayar lebih terbukti juga di Eropa. Biaya roaming internet di Eropa itu mahal. Saya saja pakai roaming Telkomsel Halo 650 ribu untuk paketan 30 hari, dan ternyata boro-boro kuat 30 hari, 3 hari sudah ludes kuotanya. Tiap 3 hari sekali 650 ribu ludes. Nah beliau malah mengumumkan agar teman-teman yang tidak punya kuota, bebas tethering ke handphone beliau. Padahal kalau di-tethering, kuota yang harusnya habis 3 hari, bisa sejam dua jam ludes. Dan saya tidak tahu sepulang dari Eropa berapa belas juta beliau bayar roamingnya.
Beliau gemar bayar lebih kehidupan, itu yang kenapa setiap orang yang bertemu beliau seperti menangkap energi kemuliaan beliau sebab mekanisme di atas dimana pembeli beraura mulia ya karena pembeli sanggup bayar lebih.
Anda searching di Youtube sosok Habib Syaikhon bin Musthofa Al-Bahar atau Wan Sehan, beliau sosok waliyullah yang terkenal majdzub, dimana prilaku beliau sehari-hari seperti orang gila.
Power energi mertua dalam persoalan karma baik dan buruk tidak sedahsyat power energi ortu kandung, sebab di masa lalu pun mertua tidak ada budi apapun dengan memantu. Ya nyebokin di waktu kecil, tidak. Membiayai sekolah, tidak. Dan seterusnya. Beda dengan ortu kandung yang sejak orok Anda sudah diberi budi olehnya.
Begitu pula power energi menantu pada mertua, karma baik buruknya juga tidak sedahsyat anak sendiri, sebab sebelum menikahi anaknya, si menantu juga tidak berjasa apa-apa untuk mertuanya.
Sebab itu, menantu versus mertua itu siapa yang kurang ajar dia yang kualat, dan siapa yang banyak baiknya, dia yang menang dan kuasa.
- Muhsmmad Nurul Banan
- Gus Banan
——————————————
Pendaftaran SCC PRO-E Class
Klik : http://bit.ly/gusmnbanan
ENERGI MERTUA VS ORTU KANDUNG
Nabi Muhammad SAW itu menantu Abu Bakar. Posisi Nabi SAW adalah anak dan Abu Bakar adalah orang tua. Kalau keduanya bertemu, kira-kira siapa yang cium tangan dengan penuh hormat? Nabi SAW sebagai anak yang cium tangan Abu Bakar, atau Abu Bakar sebagai orang tua yang cium tangan anak menantunya?
Sekarang andai Abdullah bin Abdul Muthalib; ayah kandung Nabi SAW masih hidup hingga masa kenabian Muhammad, ketika Nabi SAW sekalipun telah menjadi manusia agung ketika bertemu Abdullah, siapa yang cium tangan? Nabi SAW yang cium tangan ayah kandungnya, atau Abdullah yang cium tangan Nabi SAW sama seperti Abu Bakar sebagai ayah mertua?
Mertua dan orang tua kandung keduanya didudukan sebagai orang tua bagi anak, bedanya orang tua kandung itu orang tua sebab nasab (pertalian darah) sementara mertua itu orang tua sebab pernikahan (mushaharah).
Mertua diikatkan kepada menantu sebagai orang tua dan menantu diikatkan sebagai anak kepada mertua dikarenakan untuk menjaga ketertiban nasab. Iya masa sudah kawini anak putrinya kemudian si menantu kawini juga ibu dari istrinya? Kalau lahir anak kan jadi membingungkan mana anak mana cucu, mana istri mana orang tua. Rancu.
Karenanya hubungan menantu dan mertua diikatkan melalui sistem mahram seperti orang tua kandung sendiri atau seperti anak kandung sendiri dimana mertua tidak boleh dinikahi oleh menantu, dan sebaliknya, persis sama seperti ketidakbolehan menikahi anak kandung atau ortu kandung sendiri. Selanjutnya model hubungan mahram ini disebut mahram mushaharah.
وَأُمَّهَاتُ نِسَآئِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللاَّتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ اللاَّتِي دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ تَكُونُواْ دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلاَئِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلاَبِكُمْ
"(dan haram menikahi) ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, istri-istri anakmu dari sulbimu." (Q.S. An-Nisa’ : 23)
Jadi kenapa menantu Anda menjadi anak Anda dan mertua Anda menjadi orang tua Anda? Itu untuk menjaga sistem darah agar tertib.
Sama-sama orang tua, antara orang tua kandung dan mertua itu beda sekali energinya bahkan karma-karmanya. Seperti saya jelaskan di atas, sekalipun Abu Bakar adalah orang tua bagi Nabi SAW namun di depan Nabi SAW energi Abu Bakar berbeda dengan Abdullah sebagai ayah kandung. Setinggi-tingginya derajat Nabi SAW tetap beliau harus merunduk kepada ayah kandung beliau, ibarat saling cium tangan saat bersalaman, Nabi SAW tetap harus mencium tangan Abdullah, power energin orang tua kandung tetap tidak bisa dilampoi oleh anak. Beda dengan Abu Bakar sebagai orang tua karena mertua, power energinya bisa dilampoi.
Makanya di Jawa yang penggunaan bahasa Jawa menggunakan strata sosial, ketika seorang mertua punya menantu orang besar itu banyak mertua di Jawa yang pakai bahasa Krama Inggil kepada menantunya, seolah seperti tidak sedang bicara dengan anak sendiri namun sedang bicara dengan guru agung.
Orang tua kandung itu orang yang mengasihi anak melampoi kasihnya kepada diri sendiri. Saya sendiri merasakan ketika anak kandung saya direndahkan oleh orang lain maka saya yang paling tersinggung, tidak rela. Begitu pula ketika anak saya punya prestasi maka yang paling bangga adalah saya. Anak kandung itu karena ada aliran darah sendiri maka kemudian ia bukan siapa-siapa tapi ia adalah diri Anda sendiri.
Maka ini benar yang kemarin disampaikan Mas Arif Rahutomo satu-satunya orang di muka bumi yang berharap diri Anda agar lebih hebat darinya adalah orang tua kandung Anda.
Berbeda dengan mertua. Banyak mertua keberatan menantunya lebih hebat darinya, banyak mertua keberatan untuk membanggakan menantunya sendiri, itu karena hakikatnya secara energi mertua itu sama seperti tetangga, dia adalah orang lain dalam diri Anda, hanya saja karena ikatan mahram untuk jaga ketertiban perkawinan dan nasab, maka mertua diikatkan sebagai orang tua dan Anda adalah anak.
Saya mengamati dalam kasus sehari-hari, di lingkungan ataupun di keluarga saya, orang-orang yang tidak dapat menerima orang tuanya setulus hati mereka cenderung terpuruk hidupnya, jika tidak terpuruk, kehidupan mereka stagnan di tempat. Walaupun mereka sudah bekerja keras, kreatif, dan penuh dedikasi, tetap kehidupan mereka tidak mendapat perubahan.
Pada kasus anak yang hidupnya stagnan dan tidak temukan perubahan hidup, si anak memiliki dendam pada orang tuanya. Di belakang, dia suka menjelekkan orang tuanya sendiri, walaupun tidak sampai berani menjelekan di depannya. Memang kalau diamati, si anak benar, dia sangat tidak menerima orang tuanya bermental kere, sering buat malu dan merepotkan dirinya. Tapi itu, di alam semesta ini orang tua punya hak otoriter pada anaknya, sehingga si anak tidak bisa berkembang hidupnya.
Di kasus lain, ada yang hidupnya makin hari makin ruwet, makin hari makin terpuruk, ternyata level dendamnya pada orang tua sangat tinggi. Ketika dia berselisih masalah dengan orang tua, dia akan mengkritik orang tuanya seperti mengkritik musuh bebuyutannya. Bolak-balik azab Tuhan turun, hartanya habis untuk membiayai berbagai azab yang turun, mulai dari istrinya yang bolak-balik masuk rumah sakit selama bertahun-tahun, sampai dia sendiri yang akhirnya menerima berbagai musibah.
Itulah keputusan Tuhan, hukum paten alam semesta, sebaik apapun anak, bukan derajatnya mengkritik orang tuanya, hak anak hanya mengajak sharing orang tua, dan mendoakannya.
Apapun keadaannya, Anda harus mampu menerima orang tua Anda, menerima dengan tulus setulus-tulusnya, tanpa sedikitpun menyisakan dendam, dan walaupun orang tua Anda adalah orang terburuk di muka bumi. Kenapa demikian? Karena Anda tidak dapat memilih dari orang tua mana Anda dilahirkan. Kalau bisa memilih, Anda tentu akan memilih lahir dari pasangan orang tua Muhammad S.A.W dan Khadijah Al-Kubra, atau dari pasangan Daud A.S dan Baseba yang kaya raya, berkuasa, dan saleh.
Tapi Anda tidak dapat memilih dari orang tua mana Anda lahir, mau tidak mau, terima tidak terima, Anda lahir dari orang tua yang sudah dituliskan oleh alam semesta. Kelahiran Anda itu otoritas kuasa yang sangat otoriter. Karena Anda dipaksa alam semesta untuk menerima dari orang tua mana Anda dilahirkan, maka ini Anda pun dipaksa untuk menerima seluruh keadaan orang tua Anda seutuhnya, tanpa tawar. Seburuk apapun orang tua Anda—tanpa tawar—Anda harus menerimanya seutuhnya, sama seperti Anda menerima ketika harus lahir dari orang tua A atau B.
Setelah menerima orang tua Anda seutuhnya, Anda harus berbakti, memuliakan dan menyejahterakan hidupnya.
Menerima orang tua seutuhnya itu takdir yang eksak dari alam semesta. Menerima orang tua sama artinya menerima seutuhnya Tuhan yang Anda sembah. Demikian ini karena hanya Tuhan saja yang terlibat dalam menentukan siapa orang tua Anda, jadi menerima orang tua sama saja menerima Tuhan, ridha pada orang tua itu segaris lurus dengan ridha Anda pada Tuhan. Sebab ini,
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
“Ridha Tuhan tergantung pada ridha orang tua dan murka Tuhan tergantung pada murka orang tua” (H.R. At-Tirmidzi, Al-Hakim, Ath-Thabrani).
Petuah Jawa menyampaikan, "Wong tua kui Gusti Allah kang katon," artinya orang tua itu Tuhan yang tampak.
Tuhan dan orang tua itu satu rangkaian spiritual, Anda yang dapat menerima orang tua seutuhnya itu artinya Anda telah ridha padanya. Getaran ridha Anda pada orang tua itulah ukuran ridha orang tua Anda pada diri Anda. Dan ridha orang tua pada Anda itulah ukuran ridha Tuhan pada Anda.
Sebab rangkaian spiritual ini, Anda tidak akan pernah sukses, tidak akan pernah harmoni hidupnya, tidak akan pernah mulia, tidak akan pernah berkah rezekinya, sebelum Anda mampu menerima seutuhnya orang tua Anda.
Info & Registrasi
Klik: http://bit.ly/gusmnbanan
MEKANISME TAGIHAN ULANG MUSIBAH
Anda punya hutang berjibun, lalu Anda lari dari tanggung jawab bayar hutang, apa yang terjadi? Tentu Anda tetap akan dipaksa untuk bayar, ya terima musibah masuk penjara, terdampak masalah ruwet dan lainnya.
Karena itu musibah sebenarnya energi pembayaran, mekanisme bagaimana Anda melunasi sebuah kewajiban.
Jadi musibah ada kalanya menjadi energi pelunasan namun ada kalanya menjadi energi simpanan kekayaan yang nanti saya jelaskan satu-satu.
Pertama, musibah sebagai energi pelunasan itu mekanismenya sama seperti bayar hutang. Inj jenus musibah pasca bayar. Anda kalau hutang ambil energi dulu lalu bayarnya belakangan.
Hidup tentu tidak bisa lepas dari dosa dan kesalahan, nah dosa dan kesalahan ini yang selanjutnya harus dibayar dengan mekanisme paksa yakni musibah.
Orang yang mata hatinya terbuka ia akan dengan sadar melihat kesalahannya setiap ia mengalami musibah. Nah yang mata hatinya tertutup itu yang jadinya bingung, ia merasa hidup kok diamuk musibah bertubi-tubi, merasa bernasib sial, namun karena mata hatinya tertutup ia tidak bisa melihat kesalahannya sendiri, lantas menyalahkan keadaan, menyalahkan nasib, mengeluh, menggerutu, dan mungkin menyalahkan Tuhan.
Ada kisah seorang istri menikahi suami sukses yang telah mapan kehidupannya. Setelah 10 tahun menikah, keluarganya terkena musibah, suaminya alami kecelakaan tunggal, patah tulang kaki dan tulang pinggul.
Di situ dia mulai kelihatan cuci tangannya. Liontin dan perhiasan-perhiasannnya tidak boleh tersentuh untuk biayai pengobatan suami. Malahan ketika biaya rumah sakitnya tidak cukup dibiayai pakai Askes, dia memilih melimpahkannya kepada orang tua suami.
Bahkan dia mencoba cari untung diri dari musibah kecelakaan tunggal tersebut. Biaya pengobatan kan keluar dari Askes, eeh dia mencoba ajukan jasa raharja, kalau dana jasa raharja keluar kan jadi asa uang sisa. Cuma oleh pihak kepolisian lakalantas setempat ditolak. Niatnya cari untung sudah terlihat.
Selepas keluar dari rumah sakit, suami pesakitan di kursi roda, ia malah menuntut cerai, ia menganggap itu musibah suami, resikonya. Benar-benar ingin cuci tangan bersih.
Model hadapi musibah begitu yang nantinya akan ditagih ulang lagi dengan musibah lain yang mungkin lebih tragis dan memprihatinkan.
Apalagi sikap si istri yang seperti di atas termasuk sikap al-baghyu (pengecut) dimana ketika suami enak dia numpang enak, suami menderita disuruh tanggung sendiri.
Dan sikap al-baghyu (pengecut) itu salah satu kategori perbuatan yang hukumannya tidak ada penundaan, eksekusi dari-Nya turun segera tanpa tunda.
كُلُّ ذُنُوبٍ يُؤَخِّرُ اللَّهُ مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، إِلاَّ الْبَغْيَ، وَعُقُوقَ الْوَالِدَيْنِ، أَوْ قَطِيعَةَ الرَّحِمِ، يُعَجِّلُ لِصَاحِبِهَا فِي الدُّنْيَا قَبْلَ الْمَوْتِ
"Setiap dosa akan diakhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah hingga hari kiamat, kecuali al-baghyu (pengecut), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim. Allah akan menyegerakannya di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim).
Kenapa ada tagihan ulang musibah? Karena musibah sebagai energi pelunasan adalah metode pembayaran hutang atas dosa dan kesalahan. Anda punya hutang lantas belum dibayar lunas, ya ditagih lagi kan?
Karenanya bersikap pengecut (al-baghyu) dalam hadapi tanggung jawab musibah itu justru akan memanggil terjadinya musibah lain yang lebih sadis dan mengerikan karena tagihan yang dulu belum lunas dibayarkan. Belum lunas ya pasti ditagih lagi.
Kalau Anda menyaksikan orang yang hidupnya kok beruntun terus didatangi musibah sebenarnya yang terjadi adalah mekanisme tagihan ulang. Ia tidak bertanggung jawab dengan resiko musibah pertama, tidak pula mohon ampunan dengan total kepada-Nya, ia malah berusaha cuci tangan. Hasilnya hutang belum lunas dibayar, ya ditagih lagi.
Lalu bagaimana agar musibah itu lunas sebagai energi pembayaran yang tidak menagih ulang?
Dari bisnis warnet itulah ia mulai kenal digital marketing. Ia merambah ke pasar online. Ya modal bikin website, lalu ia dropship dagangan orang. Prinsip sedekah 35%-nya tetap istiqamah.
Pada saat itu rata-rata bisnis warnet sudah gulung tikar termakan tehnologi mobile, namun ia sudah jalan di pasar online.
Dari bisnis onlinenya inilah dia mulai kenal penghasilan puluhan juta, lalu ratusan juta, dan sekarang mobil mewahnya sudah berjejer beberapa ekor di garasi.
Dan di titik sekarang, tiap tahun ia harus umrahkan minimal 3 orang tiap tahun, dimulai dari keluarga dan karyawan-karyawannya. Dan terus saja ia makin kaya raya, rezekinya makin banjir.
Nah kenapa ia terjebak kekayaan? Karena energi kayanya power full yang ia bangun sejak ia miskin. Dari cita-cita, keuletan usaha, komitmen dan dedikasinya dalam bisnis, dari jerih payah, ia besar pembayarannya. Ditambah istiqamahnya untuk selalu dermawan, minimal 35% dari penghasilannya disedekahkan. Itu ia jalani sejak miskin dan istiqamah hingga ia kaya raya. Energi kayanya terhimpun kuat.
Dan siapapun yang besar bayarnya, ia pasti kaya, sebab energi kaya selalu terhimpun dari daya bayar yang besar, entah bayar dengan jerih payah maupun dengan harta.
Sudah cita-citanya rendah, komitmennya rendah, akhlaknya buruk, ditambah irit dan pelit, suka gratisan lagi, lah dari mana bisa menghimpun energi kaya? Zonk.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
GA JADI PEWARIS GA USAH SAKIT HATI, JADILAH PERINTIS
https://fb.watch/jh9cdHsTiu/
ANAK; RESIKO AUTO WARIS
https://fb.watch/jeS0FkB8ro/
Belum lagi karena dia keponakan sendiri, si keponakan diberi akses berbeda dengan karyawan biasa. Ia dilatih menyetir mobil pakai mobilnya, dilatih editing video dan desain grafis agar bisa jadi asisten digital video-video dangdutnya. Dan jelas, ketika si keponakan terlihat habis duitnya ya dikasih pesangon untuk menyambung rokoknya, kalau si pakde dari manapun ya si keponakan dikasih oleh-oleh spesial, dari baju, sandal, kaos, dan lainnya.
Nah ketika dilatih shoting dan editing video ini, pakdenya menugaskan untuk bikin channel youtube dan agar diurus oleh keponakannya agar nantinya kalau sudah mahir bisa jadi asisten digitalnya sehingga duitnya tidak hanya mengalir sebagai karyawan toko tapi juga ada sampingan asisten. Perjanjiannya nanti bagi hasil 40% dari hasil monetisasi youtube.
Jelang satu tahun, si keponakan mulai terlihat watak aslinya, malam hari suka begadang sehingga masuk kerja di toko kerap telat-telat. Awalnya ditegur biasa, tapi tidak ada itikad berubah. Sebulan kemudian diakali dengan potong gaji karena telat, tidak juga berubah. Masuk bulan ke-3 pakdenya bersikap tegas. Ia menegur langsung dengan tegas.
Di sini justru si keponakan melawan dengan diam-diam. Ia tidak berani membantah langsung, tapi ia tetap tidak mau disiplin masuk kerja.
Di bulan berikutnya si keponakan memang sudah tidak berniat ikut pakdenya lagi. Ia mengundurkan diri.
Dan yang kacau, orang tua si keponakan melabrak si pakde via telepon, menuduh pakdenya tidak mau bayar tenaga editing video youtubenya dan tidak rela anaknya disikapi tegas karena melawan diam-diam ketika ditegur suka tidur pagi dan telat masuk kerja. Padahal sudah jelas, channel youtube belum lama monetisasi, duit belum ada, dibayar dengan bagi hasil 40% belum puas. Karena itu ortunya melabrak. Dalam labrakan si pakde diposisikan sebagai rentenir yang dituduh mengzalimi karyawan.
Dan lagi dilabrakannya, si pakde dituntut bagaimana nanti kalau ada konten youtube yang viral, dia tidak kebagian apa-apa, duitnya hanya dimakan si pakde.
Untung si pakdenya ini orang tegas, ia merasa membantu sebaik mungkin, dilabrak begitu, ia langsung ia langsung mengerti, "Ini anak dan bapaknya tidak punya malu, tidak punya harga diri. Tahunya cuma hukum buruh. Iya, makan tiap hari di rumah orang, menempat gratis di rumah orang, difasilitasi hidup seperti anak sendiri, dibelajari komputer, setir mobil, eeh yang punya rumah nyuruh cucikan piring malah, yang punya rumah disuruh bayar sebagaimana bayar ART," begitu batin pakdenya.
Pakdenya hanya suruh editing video youtube, dan si pakde sudah mempertimbangkan pertukaran energinya. Dia sudah difasilitasi sebagaimana anak ya layak lah kalau dia disuruh bantu-bantu cuci piring di rumahnya, dalam artian bantu editing video youtube, toh sekali editing paling makan waktu 2 jaman. Dan lagi walaupun kecil tapi ada bagi hasilnya.
Dan memang begitu faktanya, karena di rumah pakdenya sudah ada yang cucikan piring, si keponakan disuruh editkan video. Tidak diprosentase hasil youtube pun sudah etis karena begitu kan etika numpang kos dan makan gtatis di rumah orang?
Si pakde lalu paham, kalau si keponakannya itu anak tidak punya malu, tidak punya harga diri di depan uang. Kalau dia punya malu dan punya harga diri, andai dibayar saja seharusnya menolak karena besarnya jasa yang sudah diberikan oleh pakdenya. Pikiran bawah sadarnya hanya berisi "mental buruh" sehingga tidak memahami etika-etika kefamilian.
Begitu dilabrak, si pakde langsung mendata biaya makan, biaya kos, biaya kursus setir mobil, biaya kursus komputer, biaya wifi, biaya pesangon dan oleh-oleh sebagaimana anak, dan lainnya. Lalu si pakde hitung juga berapa video yang sudah dibuat dan dihitung dengan bayaran buruh normal. Hasilnya bayaran buruh normal tidak ada separuhnya biaya yang dikeluarkan untuk biayai dia sebagai keponakan yang numpang hidup di rumah saudara.
RESIKO YANG SELALU KAYA
Syarat kepemilikan itu karena Anda bisa membayar. Anda memiliki mobil karena Anda telah sanggup membayar harganya. Sesuatu yang belum Anda bayar harganya tidak bisa dimiliki.
Kekayaan itu status kepemilikan, berarti syarat kaya adalah memiliki, sementara untuk memiliki harus sudah membayar. Yang kaya tanah tentu ia yang banyak bayar tanah, dan seterusnya.
Citra orang kaya tentu citra kekuatan daya beli, dan membeli itu artinya membayar, sehingga ujung-ujungnya yang paling banyak membayar adalah orang kaya. Sebentar-sebentar bayar mobil, sebentar-sebentar bayar tanah, sebentar-sebentar belanjaan. Yang kaya itu yang banyak membayar.
Karenanya kalau Anda ingin dibeludaki kekayaan rezeki, Anda gemarlah membayar.
Anda amati, seorang bos masuk warung dengan karyawan-karyawannya, si bos yang pasti terjebak bayar, tapi dia yang paling kaya, kan? Seorang bos di hari raya Idul Fitri, dia yang paling habis-habisan, tapi dia juga yang paling kaya. Ya begitulah resiko berani bayar adalah kaya.
Seorang pria berperan pemberi nafkah keluarga, resikonya di keluarganya ia yang paling kaya. Kalau si pria pengecut, lalu istri yang harus kerja cari dan memberi nafkah, maka yang paling kaya juga si istri.
Itulah resiko membayar, resikonya selalu kaya. Sebab itu sedekah selalu akan menarik kekayaan karena sedekah itu hakikatnya membayar.
Salah satu energi alam yang kerap digunakan untuk membayar adalah uang, namun itu cuma salah satu energi alat bayar. Energi lainnya bisa dengan otot, dengan jasa, dengan pikiran, dengan jerih payah, dan lain sebagainya.
Anda yang bekerja siang malam, Anda yang mengabdi siang malam, Anda yang bersabar hati, Anda yang berusaha tanpa putus asa, Anda yang jungkir balik berjuang itu semua Anda yang sedang berproses membayar. Yang membayar dan selalu lunas itu yang beresiko kaya.
Di depan para santri di pesantren saya, kemarin pagi baru saya sampaikan, dan kebetulan santri yang mengaji kepada saya adalah para santri senior yang sudah memasuki masa khidmah kepada guru. Mereka semua diangkat menjadi pengurus pesantren yang sibuk mengurusi adik-adik santrinya. Mereka tentu sangat capek.
Secapek itu, mereka tidak ada yang dibayar. Bukan kyainya tidak mampu bayar atau tidak mau bikin manajemen bayaran, tapi karena mereka para santri yang ingin mulia dan kaya hidupnya. Karena itu para santri perlu ditraining untuk konsisten membayar harga. Mereka khidmah siang dan malam ke pondok pesantren dengan jerih payah dan pengabdian sebagai bentuk membayar energi telah diajari ilmu oleh guru. Dengan membayar seperti itulah mereka dimudahkan untuk kaya dan mulia, sebab hukum terkonsisten kekayaan adalah membayar.
Sudah berapa tahun saya menulis di media sosial dan membuat konten spiritual pemberdayaan diri? Sejak 2016 hingga kini. Tulisan dan konten tersebut saya bagikan cuma-cuma. Kenapa saya sekonsisten itu berbagi ilmu? Padahal yang bayar tidak ada, bahkan kerap dibully dan diasu-asukan orang? Jawabannya karena saya sedang membayar.
Ya berbagi ilmu itu energi yang saya keluarkan untuk proses membayar di kehidupan ini. Dan dengan membayar melalui sharing ilmu ke publik, efek kayanya nyata sekali. Bikin kelas training ya walaupun mahal, tapi laris manis. Dagangan saya jadi laris, orang belanja di toko saya tanpa putus silih ganti.
Jadi bayar! Bayar! Bayar! Lunasi! Itu resiko terkonsisten untuk kaya, baik bayar dengan harta maupun jerih payah.
Pingin rezeki lancar kok gemarnya yang gratisan, gemarnya dibayari orang, kerja sukanya telat mintanya gaji naik, tangan sukanya ngedeng di bawah, tanggungan hutang sukanya dilupakan, sukanya ditraktir, sukanya nebeng gratisan, sukanya minta-minta, lah mau kaya dari mana?
Tidak ada rumusnya kaya itu karena banyak dibayar, justru rumus kaya itu banyak membayar.
Tuhan Maha Kaya, kapan Anda membayar Tuhan? Justru Tuhanlah yang selalu membayar Anda, Dia selalu tempatkan Zat-Nya sebagai Zat Pembagi rezeki, Dia selalu membayar.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
SEGERA BAYAR! SISTEM PELANCAR SIRKULASI UANG
Sistem sirkulasi uang adalah mengalir. Akan menjadi masalah besar ketika aliran uang dihambat. Anda menimbun beras, akan terjadi kelangkaan beras, selanjutnya harganya akan melambung, sistem ekonomi pun goncang. Karenanya para penimbun itu terlaknat karena sistem timbun itu sangat menyumbat sirkulasi peredaran rezeki.
الْجَالِبُ مَرْزُوقٌ وَالْمُحْتَكِرُ مَلْعُونٌ
"Orang yang mendatangkan barang akan diberi rezeki, dan yang menimbun barang akan dilaknat”. (HR Ahmad & Hakim)
Allah sebagai Al-Ghani (Maha Kaya) juga Dia mencapainya dengan manajemen "alirkan" rezeki. Seluruh rezeki milik-Nya dialirkan semua untuk menghidupi makhluk-Nya, hingga di sisi-Nya tidak pernah tersisa saldo. Namun di titik itu justru Dia menjadi Al-Ghani.
Sering saya sampaikan, wirausaha adalah profesi yang paling banyak menarik uang ketimbang profesi lainnya, karena di wirausaha kerap terseret di situasi "alirkan uang". Sebentar-sebentar kulakan, sebentar-sebentar bayar, sebentar-sebentar investasi, sebentar-sebentar modal ini dan itu, para pengusaha sebenarnya kerap tak pegang uang saking kuatnya tarikan energi alirkan uang. Namun ternyata rekor orang-orang terkaya selalu dipegang para wirausahawan. Dunia wirausaha persis manajemen rezeki Allah yang mencapai Al-Ghani dengan mengalirkan.
Dalam transaksi pembayaran sehari-hari kadang ada saja pembayaran tertunda.
Di hari ini saja saya ada pembayaran yang tertunda. Memang bukan karena saya menunda bayar, tapi orangnya minta uang cash fisik sehingga saya harus ambil dulu di ATM. Dan penundaan begitu kerap Anda alami kan?
Nah sistem pembayaran yang tertunda begitu merupakan salah satu pelambat sirkulasi uang beredar dalam diri Anda. Memang masih sehat, hanya saja sebenarnya kelancaran sirkulasi uang sedikit terhambat ketika ada penundaan bayaran.
Penundaan pembayaran itu sebab awal penghentian peredaran sirkulasi uang, makin lama tertunda, gangguan sistem sirkulasi uang makin menjadi. Akibatnya sirkulasi rezeki Anda pun terganggu.
Karenanya, segera (bahasa Jawa "ceket-ceket") bayar dan segera selesaikan pembayaran itu salah satu password kelancaran rezeki.
Yang memperparah gangguan pada peredaran sirkulasi uang adalah sengaja menunda bayar, entah dengan alasan apapun. Ditunda, ditunda, ditunda, ditunda, ditunda, terus makin lama menunda bayar sistem sirkulasi makin error terganggu, karena mengalir adalah kerangka sistem sirkulasi uang.
Ketika sudah di level sengaja menunda-nunda bayar, efek seret rezeki sudah mulai terjadi. Kadang sudah ngos-ngosan cari uang, rezeki yang dicari tidak ketemu juga, karena sebenarnya di balik riwayat transaksi ekonominya banyak pembayaran yang tertunda.
Dan menunda-nunda bayar akan menjadi penyakit akut rezeki yang parah bila sudah menjadi habit, dimana telah menjadi pembiasaan. Penyakitnya telah kronis ya jelas melarat rezeki menjadi hasilnya.
Di level ini menunda bayar yang telah jadi habit sudah menjadi catatan hutang.
Hutang itu hakikatnya menghentikan aliran uang bersikulasi. Iya, seharusnya uang sudah mengalir ke banyak orang, namun aliran uang tersebut berhenti di dalam diri Anda, menyumbat. Sumbatan aliran darah itu penyakit akut, sumbatan aliran uang juga begitu.
Maka ini jangan pernah bermimpi jadi orang berkelimpahan uang kalau kerjaannya mengemplang hutang. Jangan mimpi!
Menunda bayar akan menjadi habit, dan selanjutnya menjadi servo. Hari kemarin saya telat datang di jam ngajar ngaji jam 16.00 WIB. Saya datang telat pukul 16.15 WIB. Dan hari ini ternyata terulang lagi, itu disebut servo. Maka menunda bayar, entah apapun alasannya, itu juga lama-lama menjadi sistem servo.
Dan kalau sudah menjadi servo, makin hari akan makin tidak ada uangnya untuk bayar karena telah menjadi sistem servo.
Sebaliknya, kalau disiplin bayar dengan bangun mental "segera bayar" juga akan menjadi habit lalu menjadi servo. Ketika servonya disiplin bayar justru sekalipun uangnya tidak diusahakan ada untuk membayar, uang itu hadir sendiri untuk ada. Iya, ada sendiri.
NIKMAT DAN DERITA ITU SETARA
Ada orang yang sakit-sakitan berbagai komplikasi sudah belasan tahun, ditambah dengan tekanan ekonomi yang juga sedemikian berat. Sudah terbiasa sakit, mentalitasnya sudah terbiasa hadapi paniknya sakit dengan ketenangan.
Satu ketika ada rekannya yang baru saja sakit jantung parah. Karena baru terserang penyakit parah ya tentu ribut sana-sini, tidak bisa tenang. Lalu ia berkomentar dengan nada mencibir rekannya, "Lah penyakit saja dibikin panik dan ribut."
Ada orang yang rezekinya membeludak karena ia memang kreatif dan penuh inspirasi. Karena dedikasinya, tak ada lagi kata "susah duit" dalam hidupnya.
Satu ketika ada saudara yang kehidupan finansialnya runyam sekali. Usaha ini dan itu selalu cuma jalan antara 3 bulan, setelah itu berhenti, tidak ada yang istiqamah, lalu bikin alasan ini dan itu untuk membenarkannya.
Ia pun mengomentari dengan cibiran merendahkan, "Mental miskin. Alasan terus."
Anda amati, yang satu miskin dan sakit-sakitan yang konsekuensinya berhadapan dengan kesabaran tinggi, ujung-ujungnya kesombongan diri juga, kan? Ia merasa berprestasi dalam ketabahan diri hingga merendahkan orang lain yang seumur hidupnya baru kena sakit parah.
Satunya lagi orang penuh prestasi kekayaan, ia bergelut sekian lama dalam keuletan, pekerja disiplin pantang menyerah, ujung-ujungnya muncul kesombongan diri juga, kan? Melihat orang miskin dengan dedikasi rendah ia mencibir.
Jadi dalam perjalanan spiritual, semua setara. Yang sabar dalam kemiskinan ujung-ujungnya sombongkan diri, banggakan diri merasa berprestasi dalam ketangguhan hadapi kesulitan. Yang berlimpah kekayaan ujung-ujungnya juga sombongkan diri, banggakan diri merasa berprestasi hadirkan harta. Keduanya setara.
Yang miskin, yang kaya, yang rajin, yang malas, yang menderita, yang senang,, yang menyucikan hati, yang bekerja, dan seterusnya masing-masing ada kesombongannya.
Dalam kebaikan dan keikhlasan keduanya juga setara.
Ada orang menggenjot sepeda ontel seharian dengan bawa kayu bakar, di hatinya muncul prinsip kuat demi nafkahi dan cukupi keluarga, hatinya rela berpayah-payah demi keluarga, di situ ia tercatat ikhlas sebagai orang sabar.
Ada orang kemana-mana naiki toyota Alphard dengan layanan mewahnya. Naik turun mobil, pintunya dibukakan asisten. Di hatinya selalu merasa kalau ia hanya sedang ungkapkan nikmat dari-Nya atas kemudahan rezeki dan kesehatannya, di situ ia tercatat ikhlas sebagai orang yang bersyukur.
Ya setara. Yang miskin setara ikhlas dengan yang kaya.
Nabi pun menyebutkan kesetaraan ini di mana orang yang menikmati makanan dengan rasa syukur penuh itu pahalanya menyamai orang yang sabar dalam puasa.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعِمُ الشَّاكِرُ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الصَّائِمِ الصَّابِرِ
Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang makan lagi bersyukur akan mendapat pahala seperti seorang yang berpuasa lagi bersabar. " (HR Ibn Majah)
Demikian pula syukurnya orang sehat dan sabarnya orang yang menderita itu disebutkan sederajat;
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: " كُنْتُ جَالِسًا بَيْنَ يَدَيِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَذْكُرُ الْعَافِيَةَ ، وَمَا أَعَدَّ اللَّهُ لِصَاحِبِهَا مِنْ عَظِيمِ الثَّوَابِ إِذَا هُوَ شَكَرَ، وَيَذْكُرُ الْبَلَاءَ ، وَمَا أَعَدَّ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ مِنْ عَظِيمِ الثَّوَابِ إِذَا هُوَ صَبَرَ، فَقُلْتُ : بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَأَنْ أُعَافَى فَأَشْكُرَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُبْتَلَى فَأَصْبِرَ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( وَرَسُولُ الِلَّهِ يُحِبُّ مَعَكَ الْعَافِيَةَ )
"Dari Abi Darda, ia bercerita, "Saya sedang duduk di hadapan Nabi SAW, beliau menyebutkan kesehatan. Dan hal yang Allah janjikan besarnya pahala kesehatan ketika ia bersyukur. Dan Nabi SAW menyebutkan bencana. Dan hal yang Allah janjikan besarnya pahala ketika ia bersabar.
KEBERLIMPAHAN HATI SEDANG PANAS
Anda tenang hatinya kalau sedang mendengki ataupun didengki orang? Tentu hati jadi panas. Hati sedang dengki yang muncul rasa benci, bagaimana mau tenang? Atau sedang didengki, bagaimana hati tidak risih? Hati jadi benci juga, munculkan gelisah karena saling hasud. Yang Anda harapkan tentu peroleh hati tenang.
Hati tenang itu energi surga. Di surga semua kedengkian telah dicabut dari hati.
وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ اِخْوَانًا عَلٰى سُرُرٍ مُّتَقٰبِلِيْنَ
"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan." (QS Al-Hijr: 47)
Cuma surga itu alam akhirat, Anda mencarinya di sini ya tidak ada. Artinya totalitas ketenangan hati di sini ya tidak ada. Mau gunakan tehnik meditasi manapun, tehnik zikir manapun, selagi Anda hidup di alam dunia ini, yang namanya ketenangan dan keresahan hati itu karakternya timbul tenggelam, silih berganti.
Alam semesta ini wujud utuh alam material yang unsur masterplan-nya adalah unsur energi surga sekaligus energi neraka. Satu sisi, tubuh Anda butuh dingin dan beningnya air, sisi lain tubuh Anda harus dialiri unsur plasma dalam darah. Energi surga dan energi neraka utuh terwujud dalam diri Anda.
Saya pernah dirawat di rumah sakit karena kekurangan plasma darah. Sekali transfusi itu harga darah per kantongnya Rp 2.250.000. Saya jadi membatin, "Energi neraka mahal juga. Saya kekurangan plasma dalam darah, dimana plasma itu unsur panas neraka, per kantong saja 2 juta lebih. Hahaha neraka ternyata mahal juga untuk sokong keseimbangan hidup di dunia."
Sama seperti unsur energi neraka dalam tubuh Anda, dalam kesehatan spiritual pun, Anda butuh unsur energi neraka yang panas-panas itu. Anda bisa mati konyol kalau hati Anda hanya disisi ketenangan, kebahagiaan, berdamai, memaafkan, dan energi surga lainnya. Kesadaran hati Anda bisa gagal tumbuh lantaran kurang energi panas. Tumbuhan saja bisa layu kalau hanya disirami air tapi kurang energi hara tanah dan energi panas sinar matahari, demikian pula hati Anda.
Anda amati riuhnya Word Cup 2022 di Qatar kemarin. Betapa gesekan panasnya hati dalam kompetisi sepak bola tidak menarik trilyunan uang?
Anda sebagai manusia itu gendeng. Hanya untuk bikin menangis milyaran manusia dan hanya bikin segelintir manusia gembira, manusia dengan bangga keluarkan uang trilyunan dollar USA. Iya, Word Cup itu gendeng. Itu agenda dunia untuk bikin nangis pilu dan melukai 37 negara dari 38 peserta Piala Dunia 2022, dan hanya bikin 1 negara yang gembira yakni sang juaranya.
Belum lagi negara anggota FIFA ada 210 negara, dan semuanya sudah ikuti kualifikasi masuk Piala Dunia Qatar, yang artinya sudah ada ratusan negara yang gagal masuk sebagai peserta Piala Dunia Qatar telah menangis sedih lebih dulu.
Sudah begitu, dimodali lagi dengan uang yang tak tanggung-tanggung. Qatar kucurkan modal kurang lebuh Rp 3.142 triliun untuk sukseskan ajang bikin nangis mayoritas isi bumi tersebut.
Gendeng, kan? Hanya untuk bikin 1 negara bangga dan pesta gembira, yakni sang juara Argentina, Piala Dunia Qatar telah bikin ratusan negara lain merasakan kekecewaan dan kesedihan, dan gendengnya lagi dimodali dengan nominal uang tidak main-main. Ya sebenarnya Anda itu orang gila semua.
Dan gebleknya, baik Qatar maupun FIFA, mereka semua untung. Duitnya makin berlimpah.
Berdasarkan laporan dari Aljazeera, baru-baru ini lembaga sepak bola dunia FIFA menyampaikan laporan bahwa Piala Dunia Qatar mendatangkan keuntungan capai US$ 7,5 miliar atau sekitar Rp 117,75 triliun. Nah?
Coba andai cukup selenggarakan pertandingan persahabatan saja yang lebih damaikan situasi hati, apakah akan menarik uang sebesar itu?
Jadi itulah realitas wujud alam material ini, utuh terdiri dari energi surga dan energi neraka. Hati Anda ketika terlalu dingin, tenang, damai, juga rezeki bisa macet.
Sebab itu salah satu nikmat Tuhan terbesar adalah diturunkannya pendengki untuk menyinyiri hidup Anda supaya hati Anda panas. Karena kalau sudah tidak panas, rezeki kurang seru.
UNTUK PUNYA UANG HARUS AKTIFKAN MENTAL MISKIN
Ketika Anda diberi uang oleh orang lain, lalu Anda menerimanya, di situ martabat kemerdekaan Anda telah terkontrol oleh si pemberi sebab terikat rasa terima kasih. Kenapa Anda menerimanya? Tentu karena Anda butuh.
Anda rela jam 7 pagi sudah berangkat kerja, karena Anda merasa butuh uang sehingga mau tidak mau harus merelakan diri Anda dijajah keadaan, sampai-sampai jam 7 pagi sudah harus berada dalam kontrol orang lain yakni mulai kerja untuk orang lain.
Di dunia perdagangan ada slogan universal "pembeli adalah raja", dimana slogan ini adalah hukum baku alam semesta seperti halnya hukum gravitasi. Di daerah dan budaya manapun di penjuru dunia, slogan "pembeli adalah raja" merupakan hukum paten perdagangan.
Mungkin aksi memperlakukan pembeli sebagai raja berbeda-beda antara satu budaya dengan budaya lainnya, seperti di negara-negara Eropa Barat yang kemarin saya kunjungi. Di sana makan di restoran ya meja dan piring yang telah kotor dan berantakan harus diberesi sendiri oleh pembeli sehingga pembeli tinggalkan meja makan restoran sudah bersih dan beres seperti semula. Kan beda dengan di sini, kalau di sini ada pelanggan restoran lantas disuruh harus beres-beres piring sendiri dan lap-lap meja kotor sendiri ya tersinggung pembelinya karena merasa tidak diperlakukan sebagai raja.
Namun di sini dan Eropa Barat intinya sama saja, bagaimanapun aksi adatnya tetap berlaku hukum paten universal bahwa pembeli adalah raja, pembeli punya kuasa untuk minta dilayani ini dan itu.
Sama saja, di sini Anda julurkan lidah ketika bertemu orang, ya Anda disebut asu, kalau di Tibet justru itu salam hormat terhangat.
Pembeli oleh alam semesta ditempatkan sebagai raja karena seorang penjual hakikatnya adalah orang yang berkepentingan dengan pembeli sehingga harus merasa butuh kepada pembeli.
Apa sih kepentingan penjual sehingga ia harus tunduk kepada pembeli dan menempatkan pembeli harus sebagai raja? Ya karena penjual ada kepentingan ngakalin duit pembeli, dia butuh duitnya si pembeli, konsekuensinya pembeli ditempatkan sebagai raja, harus dilayani dan Anda harus merendahkan diri di depannya.
Karena itu Imam Jafar Ash-Shodîq atau dalam sanad hadits sering disebut Abâ 'Abdillah berkata,
عَنْ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ أَعْيَنَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ (عليه السلام) يَقُولُ طَلَبُ الْحَوَائِجِ إِلَى النَّاسِ اسْتِلَابٌ لِلْعِزِّ وَ مَذْهَبَةٌ لِلْحَيَاءِ وَ الْيَأْسُ مِمَّا فِي أَيْدِي النَّاسِ عِزٌّ لِلْمُؤْمِنِ فِي دِينِهِ وَ الطَّمَعُ هُوَ الْفَقْرُ الْحَاضِرُ
"Dari Abdil A'lâ bin A'yan, dia berkata, aku mendengar Abâ 'Abdillah–'alaihs salâm–berkata, "Meminta kebutuhan kepada manusia itu adalah pencopetan harga diri dan menghilangkan rasa malu. Dan terputus–dari rasa butuh–dari apa yang ada di tangan manusia itu adalah kemuliaan martabat bagi seorang mukmin dalam agamanya. Dan thoma' (berharap dibantu orang) itu adalah kefakiran yang hadir."
Jadi kepentingan dirilah yang kemudian menarik diri Anda untuk butuh kepada orang lain, dan saat Anda butuh itulah Anda harus merendah kepada orang lain sehingga Imam Ja'far Ash-Shodiq menyatakan kalau rasa butuh kepada orang lain adalah penghapus kemuliaan harga dirinya.
Fakir itu sendiri disadap dari kosakata bahasa Arab yakni "faqir" artinya orang yang butuh.
Jika Anda dagang, Anda bersikap "tidak butuh" uang pembeli yakni Anda bersikap kaya, kira-kira Anda bangkrut, tidak? Ada pembeli datang ke toko Anda, lalu Anda bersikap kaya, "Aku nggak butuh duitmu, bodo amat! Aku orang kaya kok," kira-kira ancur-ancuran tidak dagangan Anda? Tidak usah lama-lama, 3 bulan saja Anda pakai mental kaya dalam transaksi, dijamin ludes dagangannya, Anda pun jadi tidak punya duit.
Orang dagang ya harus bermental fakir, bermental butuh uang orang lain, bagaimana duit milik orang lain kemudian jadi milik Anda.
Karena rasa butuh uang orang lain agar jadi milik Anda, maka penjual harus merendahkan diri kepada pembeli, dia harus melayani, harus memperlakukan pembeli sebagai raja.
SCC PRO-E Class
Hoki di rezeki, pemenang mulia di hati.
Materi lahir karena adanya energi. Anda merasa sangat susah rezekinya? Atau sangat asor hidupnya? Ya karena Anda tidak punya energi kaya. Kalau energi kayanya kosong, bagaimana materinya terwujud?
Energi bisa dicipta, bisa diubah, bisa juga diperbesar. Di kelas training ini Anda tidak bisa lagi berkata, "Kaya dan miskin, mulia dan hina itu nasib", karena di kelas training ini menjadi kaya, menang dan mulia bisa dipelajari setransparan Anda belajar tehnik multimedia di sekolah.
Pendaftaran:
http://bit.ly/gusmnbanan
Namun ikatan ortu-anak tersebut hanya mengikat secara darah tidak mengikat secara energi.
Sudah menjadi ungkapan umum, "Umah mertua kui nerakane dunya," artinya rumah mertua itu nerakanya dunia. Atau ungkapan umum lainnya, "Mertua kui maru," artinya mertua itu seperti istri madu, maksudnya hubungan mertua dengan menantu itu seperti hubungan antara para istri dalam satu pernikahan poligami. Tentu tidak semua mengalami ketidakharmonisan hubungan dengan mertua, namun yang alami rumah mertua adalah "nerakane dunya" juga banyak.
Itu kerap terjadi karena hakikatnya ketika seorang menantu masuk ke rumah mertua sekalipun itu disebut rumah orang tua sendiri tetapi energi yang tersebar dan tertangkap itu berbeda sekali dengan rumah orang tua sendiri. Di rumah mertua bangun tidur agak kesiangan saja sudah makan hati, beda sekali dengan rumah orang tua sendiri, bangun jam 12 siang lalu minta uang ya enak-enak saja, sebab secara energi menantu itu tetap tetangga mertua, dan mertua tetangga si menantu. Kalau tetangga masuk rumah orang lalu menetap sekian lama, ya banyak makan hatinya.
Karena energi orang tua kandung dan orang tua mertua itu beda, karma-karmanya juga berbeda.
Karma anak kepada orang tua kandungnya itu karma mutlak, dimana ridha orang tua adalah ridha Tuhan, sebab hanya otoritas Tuhan yang terlibat dalam menentukan Anda terlahir dari orang tua mana. Mungkin Anda akan ridha kepada Tuhan ketika Tuhan tentukan Anda terlahir dari orang tua yang baik dan memuliakan Anda, namun Anda belum tentu ridha pada-Nya ketika Anda ditetapkan terlahir dari orang tua yang buruk dan menyia-nyiakan anaknya.
Demikian pula hanya Tuhan yang tentukan Anda mau punya anak siapa. Barangkali Anda ridha kalau Anda ditentukan lahirkan anak shalih, namun ketika Dia tentukan Anda lahirkan anak bejat, apa Anda bisa ridha? Hanya Tuhan yang terlibat tentukan Anda lahir dari orang tua mana dan Anda akan melahirkan siapa.
Berbeda dengan mertua. Anda mau punya mertua siapa dan punya anak menantu siapa, disitu tidak hanya Tuhan yang menentukan, namun diri Anda juga ikut terlibat. Mau jadi menantunya Raja Charles bisa, mau jadi mertuanya Maria Ozawa juga bisa. Anda bisa memilihnya.
Energi karma mertua itu beda sekali dengan karma orang tua kandung. Karma dengan orang tua kandung itu mutlak, sebab seburuk-buruknya orang tua kepada Anda, dia tetap punya jasa besar telah lahirkan Anda dan mengfasilitasi Anda hidup gratis di kandungannya.
Sebab itu menghadapi orang tua kandung yang durhaka kepada anak, si anak tetap harus utamakan sikap ma'ruf yang tinggi. Ketika si anak mencaci maki prilaku buruk orang tuanya kepadanya ya si anak sama saja mencaci maki Tuhannya, ketika si anak durhaka kepada orang tuanya, ya dia durhaka langsung kepada Tuhannya, karena yang tentukan siapa orang tuanya hanya Tuhannya.
Demikian pula orang tua yang mencaci maki anaknya sendiri, berbuat buruk kepada anaknya sendiri, hakikatnya dia sedang mencaci maki dan berbuat buruk kepada Tuhannya sendiri, sebab hanya otoritas Tuhan yang tentukan Anda lahirkan anak siapa.
Dan ketika ada anak durhaka kepada orang tua, dan atau orang tua durhaka kepada anaknya, maka mereka berhadapan langsung dengan murka dan kutukan Tuhan sebab masalah otoritas penentuan siapa ortu Anda dan siapa anak Anda yang Tuhan tidak pernah melibatkan siapapun.
Berbeda dengan mertua. Ketika ada menantu berseteru dengan mertua—dan itu banyak wkkk—itu energinya sama seperti perseteruan Anda dengan tetangga sebelah. Siapa yang kurang ajar ya dia yang kualat.
Ada menantu, bikin rumah dimodali mertua, tinggal di rumah mertua begitu dihargai, lah kok mertua menyuruh mengecatkan rumah saja mertua dimintai bayaran, itu namanya menantu kurang ajar. Energi menantu begitu bertarung dengan energi mertua ya si menantu kualat. Itu contoh kecilnya.
Ada mertua, si menantu tiap hari bantu kerja bisnisnya, selesaikan tugas dan kerjaannya, tapi si menantu tidak pernah dihargai, bahkan makan saja harus jerih payah sendiri. Energi mertua begitu berseteru dengan menantu ya si mertua yang kualat.
Kenapa Suriah hancur? Karena getaran amarah dalam emosi masyarakat Suriah. Itulah dendam dan marah bisa meluluhlantakkan satu negara. Sekarang jika marah dan dendam Anda mengarah pada orang tua Anda, dimana mereka pemegang level spiritual Anda pada Tuhan, tentu marah dan dendam Anda pada mereka jadikan resonansi hidup Anda ruwet semrawut, luluh-lantak.
Maka itu letakkan orang tua Anda sebagai azimat hidup Anda. Anda mampu menerima dan memuliakannya, seburuk apapun dia, Anda akan mulia, harmoni dan berlimpah.
Saya sendiri mengalami perubahan besar dalam hidup, terjadi perubahan di segala renik hidup saya, itu setelah saya melihat diri saya sebagai hamba sahaya dari orang tua yang harus konsekuen mengabdi dan berbakti.
Hubungan anak dan orang tua itu tidak ada tawar-menawar antara benar dan salah di saat berselisih, yang ada anak harus menerima dan berbakti seutuhnya pada orang tua, karena otoritas orang tua di depan anak itu sama saja otoritas Tuhan kepada makhluk-Nya.
Ingin mulia? Ingin berubah hidupnya? Ingin berkah rezekinya? Ingin harmoni dunia akhirat? Cek rasa ridha Anda pada orang tua.
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana keduanya mendidikku di waktu kecil.” (Q.S Al-Isra : 24). []
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Registrasi SCC PRO-E Class (Spiritual Charging + Convert Prosperity Energy) http://bit.ly/gusmnbanan
MEMENDAM BENCI KEPADA ORANG TUA SENDIRI
Satu ketika saya bermasalah dengan orang tua, bukan masalah sepele, yang jelas sudah menyangkut benar dan salah. Namun di tulisan ini tidak saya ceritakan kronologi masalahnya.
Di masalah tersebut jelas sekali saya di posisi benar, dan orang tua saya di posisi salah. Saya pun mengkritik orang tua dengan rasa marah, layaknya saya sedang mengkritik tetangga sebelah yang berbuat salah.
Pagi hari saya mengkritik dengan nada jengkel, sore harinya saya dituruni azab oleh Tuhan, saya kecelakaan motor hingga mengalami cidera berat di tulang pundak kanan, butuh waktu rawat 3 bulan untuk pulih.
Orang tua punya hak otoriter pada anak, salah jelas beliau salah, tapi tidak bisa dikritik oleh anak-anaknya, apalagi dikritik dan dijelek-jelekkan dengan kemarahan dan dendam. Kenapa demikian? Sebab tingginya derajat orang tua di depan anaknya, Tuhan memberi hak istimewa pada mereka.
Anak tidak punya hak mendidik, maka ini saya tidak diperkenankan mengkritik orang tua sendiri. Walaupun anak di posisi benar, lalu sok-sokan mendidik orang tuanya agar kembali ke jalan yang lurus, Tuhan akan tetap menimpakan murka-Nya kepada anak.
Lah iya, jangan dulu melihat budi orang tua pada anak, melihat kedudukan di alam semesta saja, orang tua berada di level sangat tinggi dari anak, di mana level ini paten, eksak dan permanen, tidak bisa digeser lagi. Apakah Anda sanggup melahirkan orang tua Anda? Kalau sanggup, berarti Anda bisa menggeser patennya kedudukan tinggi orang tua.
Tidak ada hak didik dari anak pada orang tua. Mau mendidik orang tua? Kurang ajar amat.
Hak anak pada orang tua ketika mereka menyakiti hati anak yang pertama adalah mengajak sharing, itupun harus disampaikan dengan adab tinggi. Umpama orang tua Anda terlalu memeras diri Anda, jatah bulanan sudah diberikan, tapi orang tua minta dibuatkan rumah yang sangat memberatkan Anda. Di keadaan demikian, umpama Anda merasa berat melaksanakan permintaan orang tua, Anda tidak boleh menolak dengan kasar, tapi ajaklah orang tua Anda untuk sharing, ajak bicara baik-baik dengan rasa keberatan Anda.
Kalau masih belum mengerti juga, Anda harus mengalah dan diam. Permintaannya untuk buatkan rumah tetap tidak Anda turuti karena Anda memang belum mampu, tapi mereka jangan sampai Anda cela, dan pesangon bulanan yang memang sudah Anda niatkan sebagai rasa bakti tetap Anda jalankan.
Harus ajak orang tua untuk sharing ketika Anda mengalami hal-hal yang tidak Anda setujui atas orang tua Anda. Umpama lagi, Anda melihat orang tua Anda bermental kere, ajak mereka sharing dengan adab tinggi, kalau tetap tidak berubah, Anda tidak dibolehkan mengkritik tajam, namun harus dapat menerimanya dengan sabar.
Tips terakhir, paling hak Anda mendoakan orang tua agar diampuni kesalahannya, itu saja.
Cara-cara itu adalah cara-cara Nabi Ibrahim A.S. ketika berselisih paham dalam ideoligi bertuhan. Pertama Ibrahim mengajak sharing dengan adab tinggi dan santun. Ketika orang tuanya menolak dengan kasar, Ibrahim tidak membalas dengan kekasaran, Ibrahim memaksakan dirinya untuk menerima orang tuanya apa adanya.
Yang pada akhirnya Ibrahim hanya bisa mendoakan orang tuanya agar tetap diampunkan kesalahannya;
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
“Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan orang-orang mukmin pada hari ditegakkannya hisab.” (Q.S. Ibrahim : 41)
Pada ayat lain, doa Ibrahim untuk orang tuanya;
وَاغْفِرْ لأبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ
“… dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat.” (Q.S. Asy-Syu’ara : 86)
Walaupun akhirnya doa Ibrahim ditolak Tuhan, tetapi yang terpenting adalah mendoakan yang terbaik untuk orang tuanya, diijabah ataupun ditolak, itu urusan Tuhan, bukan urusan Anda.
Harus hadapi musibah dengan sikap total menyerahkan diri. Umpama ada resiko kehilangan harta, sekalipun habis-habisan ya harus dengan kuat hati dibayarkan. Umpama ada resiko sakit ya harus dengan sabar dijalani dengan segala konsekuensinya mulai dari biaya berobat, rasa sakit dan sumpek, semua harus dijalani dengan kuat hati. Umpama ada resiko dihukum, diadili, dipenjarakan, ya harus dijalani. Umpama ada resiko harus minta maaf ya harus minta maaf, tanggalkan gengsi diri. Dan seterusnya.
Dan istighfar dan taubat kepada-Nya juga harus benar-benar konsekuen, tidak main-main, harus banyak-banyak istighfar.
Barada Eliezer paling berbeda vonis hukumannya dengan Ferdy Sambo dan cs-nya, itu karena totalitasnya Eliezer dalam hadapi resiko hukum juga sangat berbeda, ia total berada di pihak korban yakni pihak Brigadir Josua. Eliezer total membela Josua, total juga meminta maaf kepada keluarga korban.
Kedua, musibah sebagai simpanan kekayaan. Ini musibah yang sistemnya prabayar.
Ada kisah seorang yang dengan rasa tanggung jawab menghidupi keluarganya. Ia puluhan tahun jadi TKA di luar negeri, kerja di perkebunan nanas di Malaysia. Dengan keluarga penuh kasih dan tanggung jawab. Ibadah juga dia sangat taat, bahkan shalat malam dan Dhuha tidak pernah putus.
Satu ketika ia pulang kampung, lah pulang kondangan dengan istri, ia dan istri alami kecelakaan, tabrakan motor vs motor. Dia patah tulang kaki, istrinya patah tulang kanan dan wajahnya luka-luka parah. Untung pihak lawan kecelakaan tidak luka parah.
Dan setelah dengan tabah dan ikhlas hadapi musibah kecelakaan tragis, anehnya 3 tahun kemudian sesudah patah kakinya pulih, dia jadi kaya raya. Warung kelontongan kecilnya dipinggir jalan berkembang pesat. Lalu ia terkenal juragan beras karena bisnis termenonjolnya itu jual beli beras.
Dia tercatat orang yang berbuat baik, lah kok alami musibah setragis itu? Yang demikian itu model musibah sebagai simpanan kekayaan, sistemnya prabayar.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Mental miskin kadang itu kebutuhan kok
https://fb.watch/jmD1IcmrQX/
ENERGI KAYA ITU KEKUATAN DAYA BAYAR
Secara materi orang yang menrakrir orang lain itu orang yang kehilangan uang, ia rugi. Ya uang di dompet teman-temannya utuh, uang di dompetnya berkurang, secara materi menraktir itu merugi. Namun berbeda ketika ditakar secara energi. Secara energi, orang yang menraktir itu orang yang membayar. Anda tidak punya kekayaan berupa motor, namun karena Anda mampu membayar harganya, Anda jadi memiliki kekayaan berupa motor.
Nah orang menraktir itu orang yang membayar secara sosial, siapa yang membayar, ia yang memiliki. Yang memiliki, ia yang kaya. Karena itu orang yang menraktir karena ia telah membayar, maka secara energi ia orang yang diuntungkan, walaupun secara materi dirugikan.
Terbalik yah keuntungan secara nilai materi dan energi?
Materi lahir karena adanya energi, karenanya kalau energi Anda di dalam membayar itu besar, Anda pun berenergi kaya, maka energi tersebut yang lalu mendorong wujudkan kekayaan di dunia materi.
Anda merasa sangat susah rezekinya? Ya karena Anda tidak punya energi kayanya. Kalau energi kayanya kosong, bagaimana materinya terwujud?
Menghimpun energi kaya itu identik dengan membayar, yang di keterangan di atas saya gambarkan dengan menraktir. Makin Anda kuat pembayarannya, energi kaya Anda makin terhimpun kuat.
Sebab itu sedekah disebut tidak lah mengurangi harta, justru menambah harta, sebab sedekah itu membayar. Kapan membayar, Anda sedang update energi kaya.
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
"Sedekah tidak mengurangi harta". (H.R. Muslim)
Miskin itu disebabkan daya bayarnya lemah. Anda tidak punya harta ini dan harta itu karena Anda tidak mampu beli, kan? Tidak mampu beli karena Anda tidak mampu bayar.
Orang jadi miskin memang karena sejak awal daya bayarnya lemah. Saya bolak balik kasih bantuan modal kepada orang miskin yang sedang bingung usaha, ya saya hutangi tapi bayar hutangnya silakan seenaknya, yang penting usahanya jalan dulu. Ada yang gabung dengan satu MLM, terlihat jalan sebulan dua bulan, selanjutnya seperti kena sirep, tidak ada beritanya lagi.
Artinya dia ingin kaya tapi daya bayarnya dari segi cita-cita, kemauan, eksekusi kerja, keistiqamahan, sudah sangat lemah. Gabung MLM belum ada 3 bulan, sudah senyap. Bayarannya untuk mencapai kaya sangat lemah. Dari sisi jerih payah sudah lemah bayarannya.
Berawal dari bayaran dari jerih payah yang lemah, energi kaya tentu tidak terhimpun. Karena lemah energi kayanya, duitnya–sebagai wujud materi kaya–pun seret. Duitnya seret, mau membayar pakai uang, entah mau sedekah, mau belanja, mau menraktir, ya tidak bisa karena tidak punya uang.
Diawali daya bayar jerih payah yang lemah selanjutnya wujud material uangnya seret. Uangnya seret dia tidak bayar apa-apa, tidak bisa sedekah, tidak bisa beli ini dan itu, dan seterusnya. Dan selanjutnya dia terus menerus terjebak pola kemiskinan makin dalam. Makin belangsak, miskin dan makin miskin.
Saya ada cerita bagaimana seorang crazy rich muda menghimpun energi kaya. Benar-benar dari nol.
Usai nikah ia memulai usaha rental play station, karena ia memang lulusan SMK jurusan multimedia sehingga kecenderunganya pada dunia digital lumayan besar.
Dalam kurun 3 tahunan, penghasilan hariannya sekitar 20 - 30 ribu per hari. Sudah begitu, ia punya prinsip gila dimana 35% hasilnya harus ia sedekahkan.
Tentu yang paling kerap jadi oposisi dalam hal sedekah 35% adalah istrinya. Apalagi setelah si istri melahirkan anak, kebutuhan makin bertambah, malahan duitnya yang 35% terus saja disedekahkan tiap hari.
Ditambah keluarganya rata-rata agamis, tidak sedikit yang mencibir usaha rental PS kurang berkah karena melayani hiburan anak-anak yang suka anggur-angguran.
Ganti usaha tidak semudah balik telapak tangan, butuh skill dan modal. Dicibir sebagian keluarganya, apa daya ganti usaha tidak semudah balik telapak tangan. Ia tetap uleti rental PS-nya. Hingga akhirnya perlahan ia bergeser ke bisnis warnet, dan rental PS-nya pelan-pelan ditutup.
TIDAK PUNYA RASA MALU DI DEPAN UANG JADIKAN ASOR HODUPNYA
https://fb.watch/jfLlypyeOa/
Biar kapok dan tahu malu, lantas rincian data keuangan tersebut dishare ke keponakan dan orang tuanya dengan ditambahi keterangan, "Akan saya bayar lunas hargamu sebagai buruh editing video tapi dengan catatan kembalikan kerugian saya biayai keponakan di sini."
Dan hasil akhirnya justru si keponakan dan ortunya punya hutang banyak pada pakdenya karena selisih besarnya biayai keponakan hidup di rumahnya dengan nominal bayaran buruh editing video.
Biar tidak timbulkan masalah di masa depan karena si pakde sadar sedang berhadapan dengan orang-orang tidak punya malu di depan uang, si pakde pun pilih menghapus semua video karya keponakannya di channel youtube, toh rekaman ulang juga mudah.
Di cerita panjang ini bisa diambil hikmah, kenapa si keponakan dan keluarganya hidupnya asor, banyak masalah ruwet, musibah bertubi-tubi, rezeki seret sekali, kelas sosialnya pun rendah? Karena ternyata mereka orang yang tidak punya malu, kerap lupa dengan harga dirinya ketika berhadapan dengan uang. Mungkin di luar peristiwa dengan pakdenya, mereka gemar gratisan, gemar memeras orang, gemar dibantu orang, gemar mengkhianati amanah orang, dan hal-hal lain yang merupakan prilaku tidak punya malu di depan uang.
Bukankah pengemis asor hidupnya karena tidak punya malu? Harga dirinya tidak dipedulikan asal dia dapatkan uang dengan mudah?
- Muhammmad Nurul Banan
- Gus Banan
KELAS SOSIAL RENDAH KERAP KARENA TAK PUNYA MALU
Siapa yang punya keberanian cantumkan kolom pekerjaan tetap sebagai "pengemis atau pelacur" di kartu identitas diri? Siapa coba yang berani?
Mengemis itu pekerjaan mapan. Pegawai kantor, apalagi di NTT sekarang ini, jam 05.00 pagi sudah harus masuk kantor, lah pengemis jam 10.00 pagi bisa jadi baru bangun tidur, dua jam kemudian baru "jalan".
Melacurkan diri juga pekerjaan mapan, tak perlu ada skill khusus sudah bisa jualan. Lah Anda jualan keripik tempe, sudah repot kuasai skill produksi masih harus kuasai skill penjualan. Enakan melacur, kan?
Mengemis dan pelacuran sebenarnya profesi mapan, tapi kenapa tidak ada yang berani cantumkan sebagai data diri? Karena memalukan.
Pengemis dan pelacur punya kelas sosial rendah di tengah masyarakat karena mereka tidak punya kapasitas menjaga kehormatan diri di depan uang. Ketika melihat uang, mata mereka hijau, selanjutnya urat malunya sendiri diputus demi peroleh uang.
Jadi kenapa seseorang berstatus sosial rendah? Karena mereka tidak punya rasa malu ketika melihat uang. Ya barangkali mereka punya duit karena bagaimanapun mengemis dan melacurkan diri itu juga usaha, itu profesi, cuma sama sekali tidak berharga, statusnya "asor".
إِنَّ الْحَيَاءَ وَالإِيمَانَ قُرِنَا جَمِيعًا، فَإِذَا رُفِعَ أَحَدُهُمَا رُفِعَ الآخَرُ
"Sungguh rasa malu dan iman adalah dua hal yang berbarengan. Ketika salah satunya dihapus, yang lainnya pun terhapus." (H.R. Baihaqi & Hakim)
Sehingga kalau ditarik ke ranah spiritual religius, kalau Anda ingin melihat orang yang tidak ada imannya, di antaranya mereka yang profesinya mengemis dan melacurkan diri, sebab rasa malu dan iman itu dua hal yang menjadi satu kesatuan, rasa malu hilang, maka iman hilang, atau iman hilang maka rasa malu pun hilang.
Jadi tidak punya rasa malu di depan uang itu vibrasikan energi "asor" hidup. Coba pengemis, dia tidak punya nilai tawar sosial saking rendahnya nilai dirinya, dia sudah meminta-minta dengan capek dan memelas hanya untuk peroleh 2 ribu perak, lalu ada orang yang menolak memberi tak mau berbelas kasih, apa si pengemis pantas menawar seperti sales? Mau tidak mau si pengemis harus bersikap "neriman dan asor". Coba pelacur harus terima jadi bualan omongan jorok, semacam tok3t dan lainnya, kehormatan dan kemuliannya tidak ada.
Tidak punya rasa malu di depan uang itu vibrasikan energi "asor", karena itu nyaman cari gratisan, nyamam terima bantuan sosial, nyaman tangan di bawah, gemar meminta-minta, itu semua bila menjadi kegemaran akan jadikan nilai tawar sosial Anda rendah. Hidupnya berposisi asor, dan selanjutnya disebut dhuafa (orang-orang lemah).
Alkisah ada pemuda dari keluarga tak mampu yang keluarganya punya banyak sekali masalah hidup. Karena terlihat menganggur, ia ditawari kerja oleh pakdenya sendiri sebagai pelayan tokonya.
Si pakde tidak begitu butuh ambil karyawan keponakannya, namun rasa ingin membantu sangat besar, sehingga walaupun pembiayaan lebih besar tetap dieksekusi.
Biaya pakai tenaga keponakan lebih besar ketimbang pakai karyawan biasa karena tempat tinggal si keponakan jauh, kemudian dia punya 3 anak cewek sehingga tidak ada sisa kamar di rumahnya. Ia pun berinisiatif ambilkan kos kamar untuk keponakannya. Sebab takut jadikan hati keponakannya tidak nyaman karena disewakan kos spesial, si pakde pura-pura sewa kos untuk untuk studio musiknya sebab ia musisi dangdut juga. Disewa untuk studio musik, lalu si keponakan disuruh menunggui studionya. Itu judul yang dipakai.
Di pedesaan sekedar jadi pelayan toko tentu tidak pakai UMR, tidak seperti di perkotaan, karena itu gajinya tidak cukup kalau dipakai juga untuk makan sehari-hari. Karena itu pakai keponakan sendiri, si pakde harus menanggung makan di rumahnya. Padahal pakai karyawan biasa, di desanya tidak perlu uang makan, cukup gaji bulanan, pakai keponakan si pakde harus menjamin makannya. Namun karena rasa ingin menolong saudara, walaupun resiko pembiayaan lebih besar, tetap dijalani.
Saya ingat dulu bagaimana dulu saya membentuk habit disiplin segera bayar. Satu ketika saya ada hutang yang diperkirakan bisa saya bayar bulan depannya. Namun di bulan depannya penghasilan saya malah menurun.
Memang orang yang saya hutangi tidak butuh uangnya segera dikembalikan, bahkan dikembalikan tahun depan juga aman-aman saja. Namun di situ saya sadar sepenuhnya, hal ini kalau dibiarkan akan jadi habit lalu jadi servo.
Satu-satunya harta yang tersimpan itu kalung dan cincin emas istri saya, dan itupun bukan kalung dan cincin simpanan, itu kalung dan cincin pernikahan yang sebenarnya sangat sakral.
Tapi karena untuk antisipasi terbentuknya servomechanism menunda bayar, akhirnya saya dan istri sepakat untuk gadaikan emas dan cincin tersebut kepada orang yang hutangi. Saya bilang begini kepadanya, "Saya bayar hutang saya dengan emas ini dulu, nanti bulan depan kalau saya ada uang, emas ini saya ambil lagi. Tolong jangan dijual dulu ya karena ini perhiasan sakral."
Memang benar, orang yang saya hutangi itu menolak saya bayarkan dulu dengan emas karena merasa belum butuh, ditambah dia punya rasa hormat kepada saya, ditunda pun tidak masalah, namun kemudian saya jelaskan bahwa saya ambil keputusan ini untuk menutup terjadinya servo tunda bayar hutang. Dengan saya bayar dulu dengan emas perhiasan, servo saya terbentuk menjadi orang yang lancar bayar hutang.
Sampai akhirnya 2 bulan kemudian emas tersebut bisa saya tebus lagi.
Segera bayar! Bayar segera! Kalau inginkan sirkulasi rezeki Anda lancar dan sehat.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Aku berkata, "Demi ayah dan ibuku, Ya Rasulullah, saya diberikan kesehatan kemudian bisa bersyukur itu lebih saya senangi daripada saya dicoba bencana kemudian bisa bersabar." Rasulullah SAW bersabda padaku dan beliau mencintai kesehatan besertamu." (H.R. Thabrani)
Kalau kesetaraan nikmat dan derita, kaya dan miskin sebagai ujian, itu sudah jelas;
وَنَبۡلُوۡكُمۡ بِالشَّرِّ وَالۡخَيۡرِ فِتۡنَةً
"Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan." (QS Al-Anbiyâ : 35)
Bangsa Eropa mayoritas bangsa maju dan kaya. Duitnya gede-gede. Masyarakatnya juga tertib. Namun mereka sangat liberal. Di jalanan kota-kota Eropa, laki-laki dengan laki-laki, wanita dengan wanita, biasa saja unjuk kemesraan pacaran. Agama ditempatkan di ruang hati sendiri-sendiri, urusan publik baik sosial, politik, negara, kemasyarakatan diurus oleh pendapat mereka sendiri.
Di Amsterdam misalkan. Ganja bebas, alkohol bebas, seks bebas, judi bebas, kawin–mau dengan lawan jenis, dengan sejenis, dengan anjing, asal suka sama suka dan tidak mengganggu orang lain–bebas, mau telanjang, mau rapat berpakaian, bebas. Kehidupan liberal begitu, tapi tertib tertata, elegan dan maju.
Sudah begitu bebas sesenang sendiri, duit disana gede-gede, karena negara maju dan kaya. Orang-orangnya juga jenius-jenius.
Sebaliknya mayoritas negara-negara Afrika. Di sana tidak ada negara maju, masih banyak korupsi, banyak peperangan antar suku, ekonomi susah, kotor dan kumuh, banyak kriminalitas, banyak kebodohan, dan ketertinggalan lainnya.
Lalu apa orang Eropa lebih bahagia dari orang Afrika? Tidak. Keduanya setara.
Kesenangan di dunia itu hasilnya apa sih? Apa bahagia? Hasilnya jenuh. Tipe kesenangan dunia itu nagih, selesai cicipi ini, ingin cicipi itu. Ini dan itu sudah diraih semua, tinggal jenuh karena yang ini dan itu sudah membosankan. Puncaknya stres. Jenuh itu penderitaan tinggi.
Nah bangsa Eropa mereka bukan orang bahagia, mereka orang dalam penderitaan jenuh. Akhirnya mereka sebenarnya setara dengan bangsa Afrika, sama-sama menderita.
Bahagia itu ditemukan kalau kita sudah bisa keluar dari tekanan derita, ada kepuasan batin di sana. Bila deritanya orang Afrika adalah kemiskinan, maka mereka yang bahagia adalah yang konsisten berjuang untuk kaya. Bila deritanya orang Eropa adalah kejenuhan karena kebebasan, maka mereka yang bahagia adalah yang berjuang untuk kendalikan diri.
Biasanya tuduhan sombong dan bangga diri dialamatkan ke orang kaya. Tidak. Yang miskin dan menderita pun punya kesombongan dan kebanggaannya sendiri.
Biasanya tuduhan tidak konsisten dialamatkan ke orang miskin. Tidak. Yang kaya pun punya ketidakkonsistensinya sendiri.
Sama-sama begonya, Anda pilih mana?
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Rumusnya "setiap nikmat pasti ada yang dengki";
استعينُوا على إنْجَاحِ الحَوَائِجِ بالكتمَانِ ، فإنَّ كلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُودٌ
“Sukseskanlah penyelesaian hajat kalian dengan menyembunyikan (hajat tersebut), karena setiap orang yang memiliki nikmat pasti akan mendapatkan sikap hasad (dari orang lain)”. (HR Thabrani)
Maka dengan dosis yang terukur, Anda perlu marah kok, perlu dendam, perlu ambisi, perlu nyinyir, perlu mencela, perlu mendengki dan energi panas lainnya. Justru kalau Anda terlalu tenggelam dalam rasa damai, malahan hidup Anda, termasuk spiritual Anda, jadi terhambat bertumbuh. Tapi ingat ya catatannya "dengan dosis yang terukur".
Banyak orang mengira bahwa marah tidak suci, konflik tidak suci, pertengkaran tidak suci, tidak juga. Anda lihat tabel Asmâ-ul Husnâ, Zat Allah hadir sempurna dengan 2 unsur energi panas dan dingin. Satu sisi Allah Maha Penyayang, sisi lain Maha Pemurka. Satu sisi Maha Pemaaf, sisi lain Maha Penghukum. Satu sisi Maha Pemberi karunia, sisi lain Maha Pengazab.
Jadi marah, tersinggung, jengkel, itu pun spiritual suci yang kesuciannya menyamai memaafkan, santun, kasih, dan seterusnya, namun catatannya dengan dosis yang terukur dengan kebijaksanaan.
Karena itu kalau Anda merasa hatinya masih kotor, kadang suka mendengki, masih kadang nyinyiri orang, ya sebenarnya itu bagian energi hidup yang menyeimbangkan amal kebaikan Anda. Kalau energi panas hati itu sudah redup, Anda tak lagi bisa hidup harmoni stabil.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Jadi siapa bilang mental miskin itu buruk, tidak kok, pada tempat-tempat tertentu yang jadikan Anda punya duit justru mental miskin yakni rasa fakir.
Setiap orang ditempat tertentu harus aktifkan mental miskin, khususnya pada bidang-bidang yang hasilkan uang. Karyawan harus aktifkan mental miskinnya saat kerja karena ia butuh dapat gaji. Bos harus aktifkan mental miskinnya di depan karyawan karena ia butuh pekerjaannya diselesaikan karyawan. Penjual harus aktifkan mental miskinnya ketika ia bertransaksi karena ia butuh dapatkan cuan dari pembeli. Pembeli harus aktifkan mental miskinnya di depan penjual karena ia butuh dilayani. Raja harus aktifkan mental miskinnya di depan rakyat karena ia butuh diberi kekuasaan. Rakyat harus aktifkan mental miskinnya karena ia butuh dilindungi oleh raja. Ulama harus mengaktifkan rasa miskinnya di depan umatnya karena ia berpentingan didengarkan ilmu dan diikuti petuahnya. Umat butuh aktifkan mental miskinnya di depan ulama karena ia butuh ilmu dan bimbingan ulama. Dan seterusnya.
Nah sekarang siapa bilang mental kaya selamanya baik? Tidak. Hidup stabil dan harmoni itu tengah-tengah antara mental miskin dan mental kaya, tengah-tengah antara iblis dan malaikat, tengah-tengah antara surga dan neraka.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, para malaikat juga tidak dimuliakan-Nya?" Rasulullah SAW menjawab melalui sabdanya: Malaikat pun tidak, mereka adalah makhluk yang dipaksa, kedudukannya sama dengan matahari dan bulan."
Sedemikian cantik desainnya, kenapa di dunia ini malahan begitu banyak yang belangsak jadi budak materialisme uang?
Gambarannya seperti Shizuka Minamoto artis porno jepang, rekan Maria Ozawa. Minamoto lahir dengan IQ 130. IQ-nya super tinggi. Namun kecerdasan IQ bawaan lahirnya hanya gratisan hidup, ia masih harus memperjuangkan agar IQ tingginya menjadi karakter ilmu bermanfaat. Namun di situ ia tidak memperjuangkannya, malahan ia ngacir membintangi film-film JAV.
Demikian pula desain Anda sebagai raja diraja sistem materialisme uang, bekal penciptaannya sudah ada, tinggal Anda mau memperjuangkannya atau tidak untuk menemukannya.
Nah agar Anda tidak belangsak jadi budak uang, Anda perlu diproses agar jiwa Anda tidak mengabdi kepada uang. Anda pun diproses kerja untuk uang atau untuk apa?
Dengan kerja capek tahunan namun tidak ada uangnya, di situ Anda teruji, karena tidak ada uangnya tidak apa, kok tetap kerja? Berarti kerja Anda konsisten bukan untuk uang.
Derajat Anda jauh lebih mulia dari uang, sudah seharusnya Anda bekerja untuk value yang lebih tinggi dari uang. Kerja untuk sebuah makna.
Karena sistem kemaharajaan Anda di alam semesta inilah, kalau Anda kerjanya untuk uang, Anda tidak akan dapat apa-apa, selain capek dan putus asa, dan malahan uangnya enggan-engganan mendatangi, sebab uangnya sendiri bingung dan stres, uang merasa diciptakan sebagai pembantu dan pelayan Anda, eeh malah Anda tidak bermental majikan tapi bermental pembantu dan pelayan. Ibaratnya sudah hadirkan ART, eeh malahan Anda yang cucikan baju si ART, kan error?
Kerja untuk uang itu contohnya, bagaimana? Kerja 4 bulan keluar, katanya bayarannya kecil. Buka lapak dagangan 5 bulan tutup, katanya hasilnya kecil. Mau buka usaha tidak jalan-jalan katanya tidak punya modal. Mau nikah asal calon suami kasih mahar gede. Dan seterusnya.
Anda masih belangsakan duitnya? Coba cek ke dalam diri, barangkali atensi kerja dan aktifitas Anda masih untuk uang. Bakat melarat itu karena kerjanya masih untuk uang.
Cara merubahnya, bagaimana? Ya dengan Anda bekerja untuk sebuah komitmen. Komitmen untuk dakwah, komitmen untuk cukupi keluarga, komitmen untuk sukses, komitmen untuk sebuah pengabdian negara, dan seterusnya. Bekerjalah untuk sebuah komitmen.
Jadi siapa bilang menjadi kaya itu hubbud dunyâ? Justru semangat untuk kaya jalan melepaskan diri dari cinta dunia, khususnya melekat pada uang, sebab dalam proses menjadi kaya itu Anda akan diuji dulu untuk melewati masa-masa kerja yang bukan untuk uang, namun untuk sebuah komitmen.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan