MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN) Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker - 1 Day Spiritual Prosperity Class - Servo Prosperity Online Class Facebook, Fanspage, Youtube, Telegram, Ig: Muhammad Nurul Banan Website : www.gusbanan.com
Karena itu ketika Anda punya tujuan mencapai alamat, alam semesta tidak peduli jalan apa yang Anda ambil, asal ada tujuan, ada niat, lalu Anda berusaha mencapai alamat tersebut, alam semesta akan merespons dengan tunjukan jalannya tanpa peduli jalan apa yang Anda ambil.
Geng Yakuza Jepang ingin capai alamat "berpengaruh" dengan jalan kekerasan dan penindasan, tercapai. Dan capaian pengaruhnya menyamai capaian Jenderal Besar Soedirman yang pengaruhi orang dengan aksi heroisme militernya memerdekakan Indonesia.
Maria Ozawa ingin capai alamat popularitas dengan pornografi, tercapai. Dan capaian popularitasnya menyamai Susi Susanti yang populer menjadi atlet Badminton profesional.
Hanya saja apapun alamat yang Anda tuju, tercapai atau tidak, hasil maksimal atau tidak, itu tergantung kesungguhan Anda. Jangan dikira menjadi sosok pornstar yang populer tidak butuh kesungguhan konsisten, itu kesungguhannya menyamai kesungguhan dakwah para nabi yang membawa risalah suci. Lah iya, Maria Ozawa mau ke Bali saja didemo ratusan ribu orang, shootting film nasional di Indonesia juga begitu. Kalau dia bukan orang yang sungguh-sungguh dalam karir pornografinya, sudah sejak awal dia terjungkal.
Anda mau kaya dengan irit dan pelit, tercapai kok, asal sungguh-sungguh. Anda amati saja masyarakat di sekitar Anda, banyak kan orang kaya yang pelit dan irit? Tapi itu syaratnya sungguh-sungguh. Jadi kalau Anda sudah irit dan pelit tapi tidak kaya-kaya, itu artinya pelit dan irit Anda kurang kesungguhan.
Cuma itu, kalau saya malas bangun kekayaan kok dengan pelit dan irit. Pelit dibenci orang, irit menyiksa diri sendiri dengan harta. Juga dibenci Tuhan. Kalau saya emoh.
Lah wong kaya dengan dermawan pada diri sendiri dan orang lain juga ada kok, lebih happy dan lebih elegan, ngapain kaya dengan irit dan pelit?
Raja Sulaiman bin Daud jelas berpesan, "Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan."
Masih mau kaya dengan irit? Amit-amit! Kerja capek-capek dan ujung-ujungnya juga mati, pingin bakso saja ditahan-tahan demi pingin kaya. Rakus amat sih?
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Itu karena uang itu mau tidak mau berefek melipatgandakan perasaan Anda. Ketika Tuhan masih cinta kepada Anda, Tuhan akan sangat merawat diri Anda dari penyakit obesitas rasa. Sebab Tuhan sendiri paling sebal dan sangat tidak menyukai keangkuhan.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ
اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Q.S. Luqman ayat : 18)
Nah agar terpelihara dari obesitas rasa, Tuhan pun turunkan kesumpekan-kesumpekan yang kadang sangat ruwet terhadap orang-orang sukses yang telah berusaha konsisten berbuat baik.
Bahkan di antara mereka tidak sedikit yang sampai dilemahkan dari orang zalim yang jahat. Iya banyak orang sukses yang sangat baik tidak berdaya hadapi persekongkolan orang dengki, persekongkolan penipu, persekongkolan pemeras dan lainnya.
Nah sekarang, Anda yang sudah sukses, brrduit dan konsisten berbuat baik, lantas masih istiqamah diberi keruwetan, masihkah tidak merasa beruntung? Anda beruntung besar karena masih dijaga dari obesitas rasa, sebab uang Anda itu melipatgandakan rasa.
Cuma cirinya Anda yang ditimpa keruwetan tetapi Anda dalam proses penjagaan dari obesitas rasa itu sekalipun di satu sisi Anda punya keruwetan, namun sisi lain Anda punya kehidupan yang terus berkembang maju dengan baik.
Beda dengan yang ditimpa keruwetan tetapi dia memang orang jahat dan buruk. Kalau model ini cirinya semua sisi kehidupannya ambruk hancur-hancuran, artinya dia tidak punya kehidupan yang berkembang maju.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
"Cukuplah dengan ridha Allah bagimu, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang tak kan pernah tergapai."
وَرِضَا اللّٰهُ غَايَةٌ لاَ تُتْرَك ، فَاتْرُكْ مَا لاَ يُدْرَكْ ، وَاَدْرِكْ مَا لاَ يُتْرَكْ
"Sedangkan Ridha Allah, capaian yang pasti sampai, maka tinggalkan segala apa yang tak pernah bisa tercapai, dan gapailah apa yang tak pernah tertinggal."
Begini, saat bertanding, pemain badminton itu bodo amat dengan penonton, mereka tidak mau peduli lagi dengan hiruk-pikuk supporter sendiri juga supporter lawan, mereka hanya fokus dengan permainan badmintonnya, namun saat itulah justru pemain badminton menjadi sangat menarik di hati para penonton.
Hanya fokus dengan permainannya sendiri sehingga bodoh amat dengan penonton, itu kunci bagaimana pemain badminton menarik di hati manusia. Fokus itu artinya "nyawiji" atau manunggal. Dan Maha Tunggal itu adalah sifat khas Tuhan; Esa tidak ada yang menyekutukan.
Andai pemain badminton urus dengan dengan hiruk-pikuk penonton smhingga tidak fokus lagi dengan permainannya, ya malah penonton bubar.
Sehingga ketika Anda hanya fokus kepada permainan Anda, dan menjadi bodo amat dengan manusia itulah yang disebut mencukupi diri hanya untuk menggapai ridha Tuhan.
Tinja saja diciptakan ada fans dan hatters-nya, artinya ada pecinta dan pembencinya. Tinja sangat dicintai lalat dan sangat dibenci oleh Anda. Begitu pula diri Anda, diberi jatah peroleh orang-orang yang mencintai Anda sekaligus diberi jatah orang-orang yang benci.
Keberuntungan dan penghargaan juga begitu. Ada wilayah dimana Anda dihargai sehingga Anda diperkenankan berkembang, namun ada wilayah dimana Anda direndahkan sehingga Anda dipersilakan buntung-buntung.
Ada yang buka toko dia bangkrut, dia buka dagangan online laris manis. Ada yang di desa ilmunya ditolak masyarakat, di perkotaan diterima baik. Ada yang posting satu konten medsos saja tidak ada yang like, namun dimudahkan diangkat PNS. Ada yang ditolak mentah-mentah lamaran pekerjaannya, dimudahkan peroleh jodoh orang shalih. Ada yang sekolahnya bodoh dan bebal, dia gilang-gemilang di karir olah raga. Ada yang berkiprah di ilmu, dia tidak laku, berkiprah di politik, dia laris manis.
Setiap diri Anda punya wilayah dimana Anda dihargai sehingga Anda bisa berkembang disana, namun setiap Anda juga punya wilayah dimana Anda disia-sia sehingga Anda disampahkan disana.
Nah untuk berkecukupan di dalam menggapai ridha Tuhan, fokus dan nyawiji lah di wilayah dimana Anda dihargai, itulah wilayah dimana Anda diberi peluang untuk berkembang, itulah titik dimana Anda untuk hanya fokus dalam permainan Anda sendiri tanpa pedulikan orang lain.[]
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
RAHASIA EFESIENKAN UANG YANG TIDAK MEMISKINKAN
Karena masalah lemot, saya naikan wi-fi saya dari 20 Mbps menjadi 50 Mbps. Setelah pakai 50 Mbps ternyata tetap masih lemot.
Nah saat tetap lemot, saya bilang pada istri, "Wah IndiHome di sini belum layak dihargai mahal, belum layak dibeli sampai 50 Mbps. Bunda, turunkan speednya ke 20 Mbps lagi," perintah saya pada istri.
Tapi istri tidak segera merespons turunkan speed wi-fi.
Hingga 1 bulan kemudian, e-banking saya sedang error, tidak bisa bayar wi-fi pakai e-banking, istri pun bayar wi-fi di Alfamart. Dia kaget dengan tarifnya, naik drastis. Sampai rumah, istri dengan antusias setujui usulan saya turunkan speed wi-fi.
Di situ saya nyeletuk, "Gak jadi turunkan speed wi-fi. Kemarin saat alasan saya karena kualitas layanan IndiHome belum sepadan dengan harga yang kita bayar, Bunda anteng-anteng saja responsnya, sekarang giliran rasakan tarifnya naik, Bunda dengan antusias turunkan speed. Gak jadi turun!" tegas saya.
Kenapa ketika istri merasakan berat dengan kenaikan tarif wi-fi justru saya batalkan untuk turun speed? Karena kalau alasannya "rasakan berat" dengan tarif, itu artinya alasan mundurnya karena kita kalah mental pada uang. Beda kalau alasannya tidak puas dengan layanan wi-finya, itu bukan soal kalah mental, namun soal lain yang lebih bermartabat.
Harimau buas, ular beracun ganas, ketinggian awan, kedalaman lautan, semua yang ada di alam semesta ini punya fitrah tunduk pada manusia. Harimau buas dan ular ganas jadi jinak pada kepiawaian pawang. Ketinggian awan dan kedalaman lautan, semua tunduk pada tehnologi buatan akal manusia.
Alam semesta punya bawaan fitrah tunduk kepada manusia, apalagi rezeki?
Kenapa kita hanya memerintah kepada rezeki agar lancar dan jangan ruwet, kok rezekinya tidak nurut? Rezeki tetap "mbalelo" bikin masalah?
Sebenarnya hal itu karena kita kerap pasang mental di bawah uang. Contohnya seperti kejadian istri saya turunkan speed wi-fi di atas.
Nah kalau Anda berhadapan dengan uang, lalu mental Anda kerap "turun mental" pada uang, ya selamanya Anda jadi obyek bualan uang.
Kalau Anda kerap efesienkan uang dengan alasan-alasan "beban finansial berat" ini yang jadikan uang enggan untuk Anda kendalikan. Anda yang mentalnya kerap gerogi hadapi situasi finansial, lalu pilih mundur dari beban berat tersebut itu Anda yang terbaca oleh uang sebagai mental kerupuk uang. Di situ Anda akan terus dikerjai uang, uang jadi enggan nurut dan tunduk kepada Anda. Di mata uang Anda tidak punya martabat.
Karena itu jangan pernah mundur dari tanggungan finansial dengan alasan "beban finansial", boleh mundur atau turunkan beban tapi harus dengan alasan selain alasan "beban berat finansial".
Sebaliknya Anda yang mudah melempem digertak situasi berat finansial, ya di situ Anda dianggap sampah oleh uang, efeknya hati Anda menyuruh agar rezeki lancar malah seret sekalian, jualan barang ingin laris-manis malah tidak laku sekalian, giliran Anda membeli sudah dapat harga mahal, kualitass barangnya jelek lagi.
Jadi bagaimana agar di saat survive keuangan lantas kita harus efesienkan uang namun tidak jadikan kita ruwet rezekinya? Caranya ya pastikan diri kalau kita mengefesienkan uangnya bukan dengan alasan "beban berat finansial yang dirasakan", tetapi ada alasan selain itu, misal seperti kasus saya turunkan speed wifi bukan karena alasan beratnya bayar tarif indihome, namun karena tidak puas dengan layanan indihome.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
IPCN
SERVO PROSPERITY
in House Training | Jakarta 8 Juli 2023
KAYA ITU TAHU BATAS DIRI DALAM MENUNTUT
Kalau Anda menuntut, diri Anda auto dituntut sehingga setiap tuntutan kepada orang lain itu adalah tuntutan kepada diri sendiri.
Anda menuntut karyawan untuk selesaikan kerjaan bisnis, di situ Anda dituntut untuk bayar si karyawan. Demikian pula karyawan menuntut uang Anda, dia pun dituntut untuk serahkan jerih payah kerjanya untuk keuntungan Anda.
Hasilnya adalah ketika Anda menuntut kepada orang lain, hakikatnya Anda sedang menuntut diri Anda sendiri, setiap tuntutan kepada orang lain itu sebenarnya tuntutan kepada diri sendiri.
Ketika seorang bos menuntut karyawanya untuk disiplin kerja, untuk wujudkan semua prioritasnya, di situ si bos sedang menuntut dirinya sendiri untuk konsisten membayar sebuah konsekuensi. Bila lengah dangan tuntutan konsekuensi yang harus dibayarkan kepada karyawan yang terlahir adalah kemiskinan.
Demikian pula karyawan yang menuntut bayaran kepada bos, karena ketika menuntut orang lain hakikatnya sedang menuntut dirinya sendiri untuk ambil suatu konsekuensi. Bila si karyawan lengah, di situlah awal mula lahirnya kemiskinan.
Ingat! Anda menuntut orang lain, diri Anda sendiri yang sedang dituntut.
Suami menuntut ini dan itu kepada istri. Lah istri mau belanja beras saja suami tidak dapat penuhi, kok menuntut istrinya qurratu 'ain (penentram hati suami), apa ketemu logika? Karena itu menuntut istri agar shalihah butuh konsekuensi bayaran tinggi. Modal apa-apa enggak, anak istri kelaparan, kok mencak-mencak agar anak istrinya taat, itu kan error.
Demikian pula istri, kerjaannya kalau dikasih nafkah duitnya disimpan sendiri, nanti ada kebutuhan keluarga tidak ada tenggang rasanya dengan suami, apa-apa suami yang harus berkorban dan terambil, istri begitu kok menunut suaminya shalih, ya error kuadrat lagi.
Jadi segala hal yang Anda tuntut dari orang lain, di situ Anda sedang menuntut kepada diri sendiri untuk keluarkan energi konsekuensi yang sama besar. Ketika Anda tidak sanggup membayar konsekuensinya, di situlah awal mula kemiskinan.
Karena itu kaya adalah kualitas Anda terputus dari kepentingan kepada orang lain, seperti nasehat Imam Ali bin Abi Thalib;
اَلْغِنَى اَلْأَكْبَرُ اَلْيَأْسُ عَمَّا فِي أَيْدِي اَلنَّاسِ
"Kekayaan besar adalah keterputusan dari sesuatu yang ada di tangan manusia."
Anda menuntut sesuatu, mau tidak mau Anda harus tunduk dan terikat. Anda menuntut gaji, mau tidak mau Anda harus terikat dan tunduk kepada aturan main profesi kerja.
Ingat! Segala hal yang Anda tuntut dari orang lain, di situ Anda sedang menuntut kepada diri sendiri untuk keluarkan energi konsekuensi yang sama besar. Ketika Anda tidak sanggup membayar konsekuensinya, di situlah awal mula kemiskinan. Jadi kalau mau menuntut agar istri shalihah supaya tidak menarik kemiskinan suami maka penuhi dulu apa yang jadi kewajiban suami kepada istri yakni kecukupan lahir batinnya.
Nah kaya itu adalah kemampuan tahu batas diri dalam menuntut. Munculanya sikap menuntut tentu karena ada kepentingan, kebutuhan dan keinginan. Namun segala tuntutan akan menuntut tagihan bayaran yang sebanding nilainya, bila Anda tidak tahu batas kemampuan membayarnya, maka tuntutan Anda atas kepentingan, kebutuhan dan keinginan akan menjadi kemiskinan.
Tidak semua yang Anda ingini harus Anda kejar dan raih, banyak yang harus Anda tanggalkan. Cukup raih dan perjuangkan apa yang diprioritaskan.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
KESULITAN ITU NILAI BELI TINGGI
Orang mendaki dan menuruni itu energinya sebanding dengan menapaki jalan rata. Naik turun sama dengan rata. Iya Anda susah-susah keluarkan energi kuat untuk naik, nanti pasti akan dibayar dengan ringannya energi menuruni. Ketika naik jalan gunung, motor Anda mesinnya mengerang keras begitu berat, tetapi nanti akan dibayar lunas saat menuruni, mesin motor dimatikan pun tidak masalah, tetap jalan lancar saat menuruni.
Beratnya energi naik itu dibayar lunas dengan energi ringannya turun, kan itu sama rata dengan orang yang tidak naik dan tidak turun yang tetap jalan di jalan rata? Berjalan di jalan rata tidak pernah membayar dengan energi berat saat naik, dia pun tidak pernah menerima hadiah energi ringannya menuruni. Naik dan turun itu sama rata.
Hanya bedanya pada sensasi dan value, orang yang mendaki lalu turun sensasi dan value perjalanannya jauh lebih mendalam, pemaknaannya akan sebuah nilai jauh lebih tinggi daripada orang yang berjalan di jalan yang rata.
Jiwa yang menerima value hidup itu tidak dapat menikmati kemudahan, maksudnya jiwa itu sangat buta rasa terhadap kemudahan, jiwa kesusahan untuk memaknai kemudahan.
Anda sering dengar, harta yang didapatkan dengan mencuri, harta tersebut tidak ada bekasnya, mudah habis, tidak tahu entah untuk apa. Ini karena mencuri itu cara mudah mendapatkan harta. Karena mudah, jiwa si pencuri tidak bisa mengenali kegunaan harta, dapatnya mudah, bubarnya juga mudah.
Uang hasil judi juga konon begitu. Itu karena dapat duit hanya modal pasang nasib undian, paling mentok bermain spekulasi, lalu menunggu nomor keberuntungan sambil duduk manis dan mengkhayal-khayal. Padahal di sawah-sawah para petani sampai menghitam kulitnya kepanasan karena kerja untuk dapat uang.
Dan banyak juga kan selebritis yang tiba-tiba viral, tiba-tiba pula menghilang? Dulu heboh ada seleb dadakan Citayam Fashion Week yang tiba-tiba moncer, lah seketika pula seleb-seleb tersebut lenyap ditelan waktu. Sekejap moncer, sekejap pula lenyap.
Beda dengan seleb yang bangun karir dengan cita-cita dan konsistensi tinggi, sebut lah Agnes Mo, Putri Ariani, Deddy Corbuzier, mereka dengan jerih payah tinggi meraih impian, dan hasilnya mereka pun awet bertahan di papan nama seleb terkenal.
Hal-hal tersebut terjadi karena ketika segala sesuatu mudah mendapatkan, jiwa tidak dapat memaknai, jiwa bingung untuk menerjemahkan ke dalam "makna atau meaning" alias "tidak ada artinya", susah menembus dimensi wisdom, sebab kemudahan itu yang bisa menikmati hanya "raga". Dapat duit, bisa beli bakso, beli ini, beli itu, hanya raganya yang kenyang, sementara jiwanya sendiri sama sekali tidak bisa menikmati.
Kenikmatan yang bisa dirasakan jiwa itu apabila segala sesuatu yang didapatkan, jiwa Anda sanggup memaknai. Seperti kisah tukang becak naik haji yang susah payah menabung sehari 10 ribu selama 59 tahun untuk bisa berangkat haji. Ketika pedih dan prihatin, jiwa itu hidup, jiwa berkembang, jiwa menemukan makna. Karena ini orang sukses juga orang yang banyak menceritakan penderitaannya di masa lalu. Namun cerita derita masa lalunya tidak Anda tertangkap sebagai "keluhan" tapi terasa "indah" didengarkan. Begitulah jiwa yang bermakna.
Surga pun hanya bisa dimodali dengan hidupnya jiwa, yakni melalui jerih payah dan konsistensi, tidak dimodali dengan hidupnya raga, yakni kemudahan dan kesenangan.
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
"Surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan, dan neraka itu diliputi hal-hal yang menyenangkan." (H.R. Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad)
Apa artinya hidup ini harus menderita untuk peroleh surga, peroleh keberlimpahan? Ya tidak. Artinya harus ada jerih payah dan kepayahan untuk membeli surga, untuk peroleh keberlimpahan. Dan hampir tidak ada jerih payah dan susah payah yang menyenangkan.
Itu karena beda muatan kesadaran di baliknya sehingga energi muatan di baliknya berbeda, dan hasilnya pun berbeda.
Belanja sadarnya hedon akhirnya seperti orang tidak punya otak apa-apa dibeli, ya bangkrut. Namun kalau belanja dengan sadar happy alirkan uang, sadar alirkan rezeki kepada orang lain, atau sadar dirinya kaya dapat banyak anugerah rezeki, ya borosnya dia belanja juga deraskan kekayaan.
Boros juga begitu, sama persis seperti belanja.
Menabung kesadarannya kikir, melekat kepada uang takut uangnya pergi, atau menabung karena turuti nafsu cepat kaya sehingga getarannya menumpuk-numpuk harta, ya disitu menabungnya jadi bencana kefakiran.
Namun kalau menabung kesadarannya agar tidak merepotkan orang lain, agar keluarganya terjamin, apalagi menabung agar jiwa dirinya dan jiwa keluarganya makin mulia seperti menabung agar bisa naik haji, menabung agar anak bisa sekolah, menabung agar punya dana investasi dan modal, itu menabungnya jadi makin deraskan kekayaan.
Irit juga demikian, sama persis seperti kesadaran menabung.
Hutang juga begitu. Hutang itu halal. Cuma hutang bermasalah atau hutang yang jadikan anugerah, tidak hanya dipicu energi kesadarannya, namun juga ditentukan oleh cara membayarnya. Kalau disiplin bayar hutanya entah dengan cash ataupun cicil, hutang jadikan rezeki makin deras. Namun kalau mengemplang, telat-telat bayar, apalagi punya hutang diikhlaskan tidak membayaemr, ya sudah remuk redam rezekinya.
Jadi banyak hal-hal halal di alam semesta ini namun halal bukan berarti kalau dipakai kemudian melancarkan segalanya, namun harus benar-benar dideteksi latar belakang energi pemicunya.
Husttt... tulisan ini sebenarnya lebih tepat diberi judul "Buku Panduan Poligami" wuakakakk.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
POLIGAMI, MENABUNG, IRIT, BOROS ITU ENERGINYA SAMA
Hal halal yang kerap hancurkan karir lelaki itu poligami. Dari pebisnis, ulama, tokoh masyarakat, hancur karena poligami.
Namun yang karirnya makin menguat juga banyak, rezekinya makin oke, kehormatan dan kemuliannya juga. Itu banyak.
Halalnya secara syariat Islam jelas poligami halal. Di tilik dari sistem kenaturalan alam, alam semesta memang mendukung sistem poligami.
Alam semesta itu saling kerja untuk alirkan energi. Tangan kerja dulangkan makanan, mulut menerimanya. Matahari kerja curahkan sinarnya, bumi menerimanya. Langit kerja curahkan hujan, bumi menerimanya. Sungai kerja alirkan air, lautan menerimanya.
Tangan kanan ketika kerja mendulang makanan itu bebas mau mendulang ke mulut sendiri ataupun mulut yang lain. Matahari ketika kerja curahkan sinar itu bebas dicurahkan ke bumi bagian mana, bahkan dicurahkan ke planet lain pun sah-sah saja. Langit kerja turunkan hujan, bebas mau diturunkan di bumi bagian mana. Sungai kerja alirkan air, bebas mau dialirkan ke lautan mana.
Bahkan dalam sistem kerja tersebut, sah-sah saja kalau mau mendua alias poligami. Sah-sah saja kan satu tangan kanan Anda mendulang makanan ke mulut sendiri juga ke mulut orang lain secara mendua? Matahari sah-sah saja dalam sekali waktu curahkan sinarnya ke bumi juga mendua ke venus? Dann seterusnya. Poligami itu sah dalam sistem alam.
Lelaki mengalirkan energi kepada wanita salah satunya melalui energi seks dan nafkah. Energi seks, alat kemaluan lelaki mau didulangkan ke mulut vagina mana, entah dengan monogami maupun poligami, ya sah-sah saja.
Lelaki yang bekerja mengalirkan energi seks karena tampak dari sistem air maninya yang mengalir dan memuncrat seperti sinar matahari dan air hujan. Mau dialirkan ke Maria Ozawa dengan mendua bersama Sora Aoi, ya sah. Sah.
Energi nafkah juga demikian. Lelaki mengalirkan energi nafkah itu sah-sah saja kepada satu wanita, atau dua wanita atau lebih, itu sah.
Poligami tidaklah merusak tatanan alam, sesuai dan sinkron-sinkron saja, karenanya Al-Qur'an mengundangkan;
فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ
"Maka nikahilah perempuan-perempuan yang kalian sukai, dua, tiga atau empat." (Q.S. An-Nisâ : 3)
Memang bumi bekerja menerima energi air hujan, namun tidak serta merta menerima saja, di bumi air hujan yang dititunkan langit diolah sedemikian rupa sehingga kembali lagi bermuara ke laut. Di laut, air hujan kiriman langit tersebut diserap lagi oleh laut untuk suplay energi ke langit agar langit terus bisa menyediakan air hujan. Dan terus berputar begitu.
Sinar matahari dan energi-energi lainnya juga begitu. Satu sisi ada yang curahkan energi, sisi lain ada yang terima sekaligus sebagai penyuplay energinya.
Wanita pun begitu, ia menerima curahan air mani dan nafkah dari pria, namun wanita lah penyuplay energi seks dan rezeki. Kalau lelaki berani merusak sistem penyuplay energinya, yakni istrinya, ya sudah sistem seks dan rezekinya hancur.
Dimana pun wanita lah yang dipajang sebagai media eksotisme. Wanita didandani, diberi perhiasan, dan dimodelling tata busana sedemikian rupa, karena wanita adalah penyuplay energi seks. Bahkan simbol seks juga pada wanita, adegan film panas yang difigurkan selalu tubuh wanita. Wanita penyuplay energi seks karenanya perannya adalah "merangsang".
Demikian pula dalam rezeki, peran wanita adalah merangsang energi rezeki karena wanita lah penerima nafkah sekaligus penyuplay enrergi rezekinya. Ada istilah, "Ganti istri, ganti rezeki. Beda istri, beda rezeki", itu benar adanya sebab tiap wanita itu punya kualitas dan kapasitas berbeda dalam menyediakan energi rezeki, kemampuan merangsang rezekinya beda-beda.
Sekarang poliandri, sah tidak sistemnya di alam semesta?
Ya kalau mulut Anda ditugasi menerima makanan lantas mengunyahnya di mulut sendiri sekaligus mengunyahkannya ke mulut yang lain, bisa tidak? Atau bumi menerima air hujan lantas air hujannnya di suplaykan pula untuk langit yang lain, bisa tidak? Langit cuma satu.
Sebab memang sudah dijaminkan oleh Nabi SAW bahwa segala hal yang diimpikan, diminati, ditekuni, diberi kesungguhan, itu akan dimudahkan jalan wujudnya.
اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ
Berbuatlah kalian! Sebab semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya. (H.R. Bukhari & Muslim).
Jadi apapun yang Anda ciptakan yakni diawali dengan impian, lalu diusahakan dengan ketekunan dan konsistensi, itu sudah pasti akan dimudahkan jalan wujudnya.
Dan haji itu persoalan minat dalam impian Anda, bukan persoalan kaya atau miskin, berduit atau kere, karena isyaratnya sudah jelas dari Allah bahwa haji itu bagi orang yang istithâ'ah (berusaha untuk mampu) laksanakan haji. Dan realitanya anak TK saja sebenarnya sudah mampu naik haji dengan menabung 5 ribu perhari, namun asal mereka minat dan mau berusaha sungguh-sungguh (istithâ'ah).
BENARKAH MENCINTAI UANG TIDAK PERLU?
Ciri sebuah cinta, hati Anda menjadi punya atensi, punya perhatian, lalu Anda jadi tunduk padanya, patuh padanya.
ما أحْبَبْتَ شَيئاً إلا كُنْتَ لَهُ عَبْداً، وَهُوَ لا يُحِبُّ أنْ تَكونَ لِغَيْرِهِ عَبْداً
"Tidaklah engkau mencintai sesuatu melainkan engkau menjadi hamba baginya, dan Allah tidak ingin engkau menjadi hamba selain-Nya." (Ibn Athaillah As-Sakandari)
Karena ini sifat kehambaan akan selalu dicirikan ketaatan dan ketertundukan.
Mencintai dunia (hubbud dun-yâ) termasuk di dalamnya mencintai uang sering dianggap tidak perlu, dianggap sebagai bentuk keburukan, padahal tanpa cinta tidak ada perhatian. Tanpa perhatian rumah kosong justru lekas rusak karena tidak diperhatikan. Uang tidak dicintai akhirnya tidak diperhatikan, tidak diperhatikan konsekwensinya lekas rusak.
Coba andai Anda tidak mencintai keluarga, artinya Anda ambil konsekwensi "selain Allah tidak penting" lalu kemudian demi cinta kepada Allah semuanya dilepaskan. Istri diambil lelaki lain, dilepaskan saja karena Anda hanya ingin mencintai Allah. Kan jadi konyol?
Tidak ada yang salah Anda mencintai dunia, bahkan di situasi tertentu Anda harus melekatinya, seperti istri Anda agar tidak diambil lelaki lain Anda harus melekatinya sebagai hanya milik Anda.
Maka "selain Allah itu tidak penting" ya tidak benar juga. Uang tidak penting, tidak begitu juga. Hubbud dun-yâ itu juga penting agar kualitas hidup Anda dapat atensi baik sehingga terprioritaskan.
Allah itu hanya ciptakan satu hati di rongga dada Anda.
مَّا جَعَلَ ٱللَّهُ لِرَجُلٍ مِّن قَلْبَيْنِ فِى جَوْفِهِۦ
"Sekali-kali Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya." (Q.S. Al-Ahzab : 41)
Hati hanya satu harus dipakai mencintai banyak hal, mencintai uang, mencintai Tuhan, mencintai keluarga, dan seterusnya.
Satu hati untuk cintai banyak hal itu tidak salah, karena hati dimampukan untuk itu; dimampukan untuk mencintai banyak hal. Bukan cuma mencintai, untuk menampung dua hal berlawanan sekaligus juga hati dimampukan yakni mencintai dan membenci sekaligus.
Anda cinta setengah mati dengan cewek, lalu si cewek bikin Anda patah hati, nah itu hati Anda dimampukan cinta sekaligus benci.
Karena itu sudah sunnatullah, hati dimampukan mencintai Allah sekaligus mencintai keluarga, mencintai harta, mencintai tanah air dan lainnya.
Yang kurang ajar itu gara-gara cinta harta dan cinta dunia lantas hati jadi lupa kepada Allah. Itu yang error.
Karena itu mencintai uang bukanlah dosa, dan Tuhan juga tidak cemburu karena memang hati dimampukan mencintai banyak hal sekaligus. Sebab uang tidak dicintai juga jadikan tidak diperhataikan. Apapun yang tidak diperhatikan jadinya rusak seperti halnya rumah kosong.
Cintai uangmu, tapi jangan lupakan Tuhanmu.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
DERAJAT HANYA BISA DIBANTU DENGAN UANG
Duit itu punya jaringan luas untuk dijadikan alat membantu sesama makhluk Tuhan. Duit dapat digunakan membantu siapapun dan apapun. Anda mau bantu penjahat dengan duit, bisa. Bantu ulama dengan duit, bisa. Bantu ayam, bisa. Bantu orang miskin, bisa. Bahkan bantu orang kaya dengan duit, juga sangat bisa.
Namun ketika Anda mau membantu sesama makhluk Tuhan dengan ilmu, Anda sangat terbatas aksesnya. Anda mau bantu ayam dengan ilmu matematika, pasti sia-sia. Anda punya ilmu BTQ (Baca Tulis Al-Qur'an) lalu Anda gunakan untuk membantu meramaikan gereja, jelas tidak berguna.
Dan maaf, Anda punya ilmu pemberdayaan diri, mau dipakai membantu orang yang SDM-nya lemah, Anda bisa stres sendiri. Tidak percaya, silakan Anda nasehati pengemis di jalanan bahwa meminta-minta itu penyebab kemiskinan, pasti Anda dijawab olehnya, "Asu," dia dibantu ilmu pemberdayaan diri bukan berterima kasih, tapi dia akan tersinggung.
Tapi coba Anda bantu si pengemis dengan recehan 2000 perak, dengan santun dia akan mendoakan Anda agar disegerakan naik haji ke Baitulllah, dimudahkan rezekinya, dipanjangkan umurnya.
Itu semua berarti jangkauan duit sangat luas dalam fastabiqul khairat (berlomba dalam kebaikan), karena siapapun dan apapun bisa Anda bantu dengan duit, semua doyan duit.
Namun demikian, yang merugi banyak justru makhluk Tuhan yang hanya bisa menerima bantuan duit, sebab duit sebenarnya sedikit sekali bisa mengubah kehidupan. Anda setiap hari memberi bantuan duit pada ayam, tiap hari Anda kasih mereka dedak, pur ayam, air minum, kandang, dan lain-lain.
Apa bantuan duit Anda itu pernah mengubah nasib ayam? Kalau bantuan duit berpengaruh besar mengubah hidup, seharusnya ayam-ayam Anda sekarang ini sudah kaya raya, sudah maju hidupnya.
Itu artinya, bantuan duit energi dayanya sangat kecil. Bantuan warisan harta, bantuan subsidi BBM, bantuan subsidi gas dan listrik, bantuan rumah DP 0%, bantuan zakat mal dan zakat fitrah, bantuan BPJS, bantuan Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Indonesia Pintar, itu semua sangat kecil membantu orang untuk berubah nasibnya, sebab ayam tidak pernah maju hidupnya walaupun setiap hari mereka dapat bantuan duit.
Kemiskinan dan keterpurukan itu disebabkan Anda hanya mampu menerima bantuan duit. Dibantu dengan diberdayakan dengan ilmu, tidak bisa, itu ciri derajat miskin. Dibantu pelatihan ketrampilan, lalu dikasih modal, tinggal check in jualan, eeh modalnya habis, barangnya entah kemana, ketrampilannya tidak diasah untuk dikembangkan.
Diajak jualan tidak mau katanya tak bakat dagang. Diajak jadi karyawan, katanya capek kerja melulu. Disuruh baca buku, katanya malas. Dikasih ilmu lewat tulisan, katanya tulisannya panjang. Dikasih ilmu lewat video, kstanya durasi panjang, enggan menyimak. Dikasih ilmu dengan durasi pendek, mendebat dan nyinyir katanya terlalu pendek tidak memahamkan.
Pokoknya semua bantuan pemberdayaan diri dengan model apapun selalu tidak bisa masuk, kecuali jika bantuannya berupa duit, baru lahap diterima.
Tapi ya disitu masalahnya, ayam tak ada yang berubah hidupnya karena ayam hanya bisa terima bantuan duit. Sebab hanya ilmu lah yang bisa berdayakan diri, lalu bisa mengubah nasib hidup.
Nah orang kaya ternyata karena mereka mampu menerima bantuan ilmu.
Sebab ini orang yang diberi bantuan motivasi malahan nyinyir, itu tanda apa ya?
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Qurban ke santri-santri saya yuk!
Konfirmasi: Gus Banan 0818 759 617
Bismillah
Malam Iftitah Servo Prosperity Online Class
2000 PERAK AGAR MENARIK KELUASAN REZEKI
Rezeki Anda itu dititipkan di perasaan hati orang lain.
Acara di sebuah stasiun televisi cukup Anda beri rasa suka, rating viewers-nya otomatis naik, du situ Anda tidak usah iuran ke stasiun televisi tersebut, alam semesta segera mengirimkan limpahan rezeki ke stasiun televisi penayangnya. Tukul Arwana pernah menjadi selebriti terkaya di Indonesia hanya karena acara Bukan Empat Mata yang dipandunya banyak disukai perasaan hati penonton.
Itulah rasa hati, bahwa rasa hati orang lain berpengaruh akurat pada rezeki Anda. Rasa hati orang lain atas diri Anda adalah energi penarik kekayaan, keberuntungan, dan segala kebaikan Anda.
Sebaliknya, toko Anda yang bangkrut itu mestinya karena tidak banyak disukai perasaan hati pelanggan.
Jadi rezeki Anda terhubung akurat dan terkait erat di dalam rasa hati orang lain. Rasa suka dari orang lain untuk Anda membawa kebaikan dan keberlimpahan, sebaliknya rasa tidak suka dari orang lain untuk Anda membawa kemelaratan dan paceklik.
Saya pemilik toko kelontongan. Pernah satu ketika ada orang beli rokok Djarum 76 sebungkus, harganya 18 ribu, dia kasih uang 20 ribuan. Saat saya mau berikan kembalian 2 ribuan, dia menolak, "Nggak usah dikembalikan. Ambil saja," katanya. Perasaan saya sebagai penjual merasa senang sekali, karena bagi pedagang, untung 100 perak saja sangat berharga, lah ini dikasih 2000 perak. Padahal 2000 perak kalau disedekahkan secara sosial, saya jelas tersinggung karena tidak menghargai.
Nah untuk menarik rezeki berlimpah itu sering-seringlah titipkan rasa suka orang lain kepada kita, di antara cara sederhana ya itu tadi, kalau beli titip seribu atau 2 ribu dari uang kembalian belanja. Bayar parkir umpama 1000 perak, beri 2 ribuan, kembaliannya jangan diambil.
Sedekah 2 ribu secara terang-terangan malahan berpotensi menyinggung karena tidak berharga, tapi dari kembalian uang belanja, itu sangat gembirakan perasaan orang lain. Gembirakan hati orang kalau dengan sedekah langsung, kecil-kecilnya 50 ribu, kalau dengan cara tidak ambil kembalian uang belanja, seribu perak sudah sangat menggembirakan.
Ingat! Rezeki Anda dititipkan di perasaan suka hati orang lain. Apapun yang banyak disukai orang itu akan menarik rezeki lebih deras.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
FRUGAL LIVING; SUNGGUH-SUNGGUH PELIT DAN IRIT BISAKAH KAYA?
"Ada yang menyebar harta tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Siapa menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat turun di atas kepala orang yang menjual gandum." (Raja Sulaiman bin Daud).
Sebenarnya cara konyol untuk kaya itu dengan jalan irit dan pelit. Saya pernah gagal lakukan live setreaming di Youtube, di antara kendalanya ternyata kurang mumpuninya kuota wi‐fi di rumah saya. Sehingga siangnya saya langsung ke kantor Indihome Purbalingga untuk naikkan kuota wi‐fi dari 20 Mbps menjadi 50 Mbps. Konon 20 Mbps sudah cepat untuk download, tapi untuk upload masih lambat, sementara untuk live streaming yang dibutuhkan kecepatan upload.
Ingin layanan wi‐fi lebih handal, harus naikan kuota, artinya harus bayar lebih banyak.
Dan hukum tersebut pun berlaku untuk semua ranah hidup, kalau Anda ingin layanan hidup lebih berkualitas, Anda pun harus bayar lebih mahal.
Sebab itu berlaku hukum,
اْلأَجْرُ عَلَى قَدْرِ النَّصَبِ
“Ganjaran sesuai dengan kadar kepayahan.” (H.R. Bukhari & Muslim)
Di sini jelas sekali kalau "biaya" yang dikeluarkan itu merupakan takaran layanan kuota yang layak Anda peroleh. Tidak lebih begitu lah hukum alamnya.
Karena itu yang namanya irit dan pelit itu selamanya akan memampuskan kualitas rezeki yang akan Anda terima, karena irit dan pelit itu artinya berhemat untuk keluarkan biaya. Biaya yang dikeluarkan sedikit, kualitas barang yang diterima juga anjlok, rezeki yang diterima juga tidak berkualitas.
Apalagi cari murah‐meriah, hahaha itu sama saja cari modar rezeki dengan konsisten.
Dan payah lagi ide dapat gratis alias tanpa biaya. Itu ide cerdas untuk makin miskin.
Nah kualitas belanja Anda, nafkah Anda, sedekah Anda, itu semakin tinggi kualitasnya akan menarik rezeki makin handal.
Beli sandal jangan di angka 150 ribu terus, bertahap dinaikkan. Isi dapur, isi kamar, isi BBM, dan belanja‐belanja lain bertahap dinaikkan, konsisten dan jangan plin‐plan.
Karena ini Biosolar versus Pertaminadex, Pertalite versus Pertamax Turbo, jelas lebih menderaskan rezeki Pertaminadex dan Pertamax Turbo. Wi‐fi 10 Mbps versus 50 Mbps jelas lebih deraskan rezeki yang 50 Mbps.
Kualitas nafkah kepada anak dan istri juga ditingkatkan, jangan malah makin disempitkan. Sedekah juga begitu, makin hari makin membengkak.
Jebakannya biasanya termakan dogma "sederhana". Beli sandal sederhana saja, iya sederhana, tapi resikonya kualitas pembiayaan Anda yang turun. Kualitas biaya turun, otomatis kualitas peroleh rezeki juga turun.
Jadi konten ini hanya untuk Anda yang berminat naikan kuota rezeki, kalau tidak minat, ya barangkali punya impian hidup sederhana, ya silakan. Itu pilihan.
Tapi kalau pilih sederhana lalu Anda mengeluh kurang duit ya itu namanya bukan lagi hidup sederhana, tapi pilih hidup miskin. Mengeluh itu level miskin.
Nah bukan cuma dengan pengeluaran biaya Anda bisa naikan kuota rezeki, dengan jerih payah juga bisa. Makin besar kapasitas keringat Anda, makin besar pula kualitas rezeki yang akan Anda peroleh.
Hai orang‐orang beriman, bertaubatlah dari irit, pelit, cari murah dan cari gratis!
Sekarang sedang viral di IG dan Tiktok tentang frugal living; yakni ingin kaya dengan irit sedemikian rupa, bisakah?
Alam semesta ini mengenali alamat; yakni titik di mana Anda sampai di titik 0 km dari tujuan Anda. Di Bumi ini, Anda mau kemana? Tidak ada yang buntu. Karena sistem "alamat" ini, GPS mampu membacanya dengan sistem satelit.
Kemana pun Anda menuju alamat, di situ ada jalan menuju kesana.
Namun satu hal yang harus Anda ingat, alam semesta ini energinya netral, getaran apapun oleh alam semesta akan direspons dengan respons energi yang sama. Anda yang bersuara merdu dengan Anda yang bersuara buruk sama-sama teriak bernyanyi di atas gunung, bukankah gaung yang digemakan alam semesta sama? Sama-sama keluarkan gaung.
UANG PENGKRISIS DAN PENGGANDA RASA
Waktu TK saya tidur bareng teman-teman cewek sebaya waktu mainan gubuk-gubukan di kebun, ya biasa saja dan tidak ada apa-apa. Sesudah dewasa andai mainan itu diulang ya betapa banyak anak yang lahir tanpa berstatus ayah kandung.
Waktu kecil, lawan jenis itu tidak ada arti kecuali rasa sebagai teman bermain karena kesadaran seksual belum ada, namun setelah dewasa, lawan jenis tersebut adalah sebuah kenikmatan seks seiring tumbuhnya rasa sadar libido.
Artinya jika Anda tidak sadar, hidup ini adalah kekosongan belaka. Hanya karena Anda sadar, Anda jadi punya rasa terhadap wujud kehidupan. Apalah arti lawan jenis bagi anak-anak? Karena mereka belum sadar rasa seksual.
Tidak bisa dimunafiki, uang itu mempengaruhi perasaan Anda sekaligus uang itu dipengaruhi rasa oleh Anda sebab Anda punya sadar materialistik di kehidupan ini. Uang bisa mengkrisiskan rasa Anda sekaligus bisa menggandakan rasa Anda.
Ya benar uang tidak bisa bahagiakan hati Anda, tapi kalau sedikit. Wuakakak. Kalau uangnya banyak, beda lagi rasanya.
Uang sedikit sudah pasti mengkrisiskan rasa hati Anda. Akar keluhan, akar merepotkan orang, akar kejahatan, bahkan akar kekufuran itu karena tidak ada uang.
كَادَ اْلفَقْرُ أَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا
“Kefakiran itu dekat kepada kekufuran.” (H.R. Abu Nu'aim)
Dulu waktu pengangguran saya pernah tidak mau shalat, ada 3 bulan, karena protes keras kepada Tuhan. Waktu itu di kondisi perut lapar, dompet kosong, pekerjaan tidak punya, ples patah hati. Itu krisis rasa akibat tidak ada uang, hati jadi kufur nikmat.
Jadi uang itu sangat membantu sekali untuk menggandakan rasa termasuk rasa-rasa spiritual seperti arti syukur, arti ikhlas, arti memaafkan.
Saya kalau sedang diundang mengisi training corporate itu kerap sakit hati. Masalahnya peserta yang datang itu bukan kehendaknya sendiri tapi kehendak perusahaan ataupun lembaga. Mereka datang karena ikuti aturan perusahaan bukan datang dengan rasa sadar belajar. Akibatnya di training corporate selalu ada peserta yang menyepelekan materi kelas. Di situ saya sakit hati. Tapi kalau ingat bayarannya ya saya jadi mudah memaafkan keadaan, mudah mengikhlaskan hal-hal yang tidak nyaman. Ya begitu uang sangat membantu untuk temukan rasa spiritual.
Jadi kata siapa ikhlas itu bila tidak dibayar? Para guru dan dosen, ikhlas dengan konsisten mengajar anak orang lain ya karena digaji. Para karyawan dan pekerja, ikhlas dengan konsisten mengerjakan pekerjaan bos (orang lain) juga karena dibayar. Para pedagang, ikhlas melayani keperluan pembeli juga karena peroleh cuan.
Uang itu sanggup mengkrisiskan rasa sekaligus menggandakan perasaan Anda.
Naik Mitsubisi Pajero Sport dengan naik Daihatsu Ayla rasanya sudah beda, kan? Rasa gagahnya berganda, rasa bangganya berganda, rasa percaya dirinya berganda. Makin besar uang yang Anda pegang, gandaan rasanya makin berlipat-lipat.
Uangnya makin kaya, makin terganda rasa hatinya. Bila terus saja diganda-ganda perasaannya, kalau tidak terkontrol, ya terjadi obesitas rasa. Saat itu terjadi, diri Anda ambruk.
Peserta training saya lebih banyak orang kaya dan berduit. Dan rata-rata mereka orang yang sangat baik, taat sekali kepada kebaikan. Disiplin bayar tanggungan hidup, disiplin bayar hutang, suka sedekah, dermawan, pekerja keras, mandiri, gemar belajar, sangat menghargai ilmu, sangat mendengarkan, sangat menghargai waktu, dan lainnya.
Dan antiknya, satu pun di antara mereka tidak ada yang mulus hidupnya, masing-masing punya kesumpekannya sendiri-sendiri, bahkan ruwetnya ya tidak jauh beda dengan penjahat. Sampai ada yang curhat, "Ya Allah, Gus, harta saya 50% saya gunakan untuk membantu fakir miskin, katanya sedekah itu menolak bencana, tapi saya kok malah dijahati sama orang yang saya bantu, ditipu, difitnah, dicaci-maki, disalahkan."
Lah kenapa itu terjadi? Seolah kebaikan tidak berfungsi untuk mengfasilitasi hidup agar mulus bahagia?
TASAWUF BODO AMAT
Siapa yang diserahi mengurus dunia? Itu adalah manusia.
Siapa manusia? Dia makhluk tersempurna penciptaanya baik fisik maupun kesadarannya sehingga disebut ahsani taqwîm (Q.S. At-Tîn : 4), juga makhluk paling unggul sehingga disebut al-a'laun (Q.S. Muhammad : 35).
Namun sisi lain manusia bisa terguling ke level terendah bisa lebih rendah dari binatang dan debu hingga disebut asfala sâfilîn (Q.S. At-Tîn : 5), makhluk zalim dan jahil (Q.S. Al-Ahzab : 72), makhluk lemah (Q.S. An-Nisa : 28), kikir dan suka mengeluh (Q.S. Al-Ma'ârij : 19 - 21). Dengan begitu boleh lah manusia disebut bagian dari makhluk jahat.
Coba saja Anda lacak kebaikan manusia yang tidak memanfaatkan keburukan. Guru itu baik dan mulia, namun mereka bermanfaat lantaran kebodohan manusia. Dokter itu baik dan mulia, namun mereka bermanfaat lantaran sakitnya manusia. Bengkel itu baik dan mulia, namun mereka bermanfaat lantaran rusaknya kendaraan Anda. Dan seterusnya.
Kemanfaatan manusia lantaran ada makhluk lain yang terima keburukan. Anda menjadi dermawan yang banyak berbagi itu pertanda banyak makhluk lain yang mendapat keburukan kemiskinan. Anda menjadi pengasuh anak yatim yang amanah itu pertanda banyak anak manusia yang dapatkan keburukan kehilangan orang tuanya.
Kalau manusia peroleh kebaikan lantaran baiknya manusia justru yang dihasilkan adalah penyakit masyarakat. Pencuri berbuat jahat lantaran Anda punya kebaikan berupa harta. Pengemis yang minta-minta merajalela lantaran Anda punya kebaikan memberi. Koruptor mencuci uang negara lantaran negara memberi kebaikan mengangkat mereka sebagai pegawai.
Kebaikan yang didapat manusia ujung-ujungnya adalah hasil memanfaatkan keburukan yang diterima orang lain. Dan keburukan yang diterima manusia adalah hasil memanfaatkan kebaikan orang lain. Ruwet, kan?
Manusia itu peroleh manfaat karena keburukan, peroleh keburukan karena kebaikan. Ibn Athaillah dalam kitab Al-Hikám menyebutkan, manusia itu bagusnya saja jelek, apalagi jeleknya. Ibn Athaillah berkata;
إِلَهِيْ مَنْ كَانَتْ مَحَاسِنُهُ مَسَاوِيَ فَكَيْفَ لَا تَكُوْنُ مَسَاوِيْهِ مَسَاوِيَ
“Tuhanku, manusia yang bagusnya saja jelek, bagaimana jeleknya tidak menjadi kejelekan?”
Silakan Anda ulik-ulik kebaikan manusia yang tidak berdimensi keburukan. Tidak ada.
Karena itu selagi mental Anda masih mau urus dengan pandangan manusia, Anda hanya akan temukan patah hati.
Lah iya, Tuhan saja selalu ada manusia yang mengkritik dan mengolok. Dengan baik hati Tuhan turunkan hujan, manusia yang sedang berkepentingan jemur padi, tidak terima dan mengolok-olok. Tuhan dengan baik hati turunkan panas, manusia yang di tengah sawah mengolok-olok kepanasan. Tuhan dengan baik hati turunkan rezeki, manusia yang merasa kekurangan mengolok-oloknya.
Itu Tuhan. Tuhan saja tidak pernah pas di mata banyak manusia. Apalagi Anda?
Sebab ini terlalu urus dengan pandangan manusia, Anda selamanya menjadi pesakitan patah hati.
Hikmah sufi berkata;
كُلُّنَا اَشْخَاصٌ عَادِيٌّ فِي نَظْرِ مَنْ لاَ يَعْرِفُنَا
"Kita semua adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yang tidak mengenal kita."
وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ رَائِعُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَفْهَمُنَا
"Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita."
وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مُمَيِّزُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يُحِبُّنَا
"Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita."
وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ مَغْرُوْرُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْسُدُنَا
"Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh kedengkian."
وَكُلُّنَا اَشْخَاصٌ سَيِّئُوْنَ فِى نَظْرِ مَنْ يَحْقِدُ عَلَيْنَا
"Kita adalah orang-orang jahat di dalam tatapan orang-orang yang iri atas kita."
لِكُلِّ شَخْصٍ نَظْرَتُهُ، فَلاَ تَتْعَبْ نَفْسَكَ لِتُحْسِنَ عِنْدَ الآخَرِيْنَ
"Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah melelahlan dirimu agar tampak baik di mata orang lain."
Nah, kan? Lelah sendiri berurusan dengan manusia. Jadi sudahlah, ayo latihan bodo amat.
Hikmah sufi di atas melanjutkan;
يَكْفِيْكَ رِضَا اللّٰهُ عَنْكَ ، رِضَا النَّاسِ غَايَةٌ لاَ تُدْرَك
Alhamdulillah servo prosperity in house training sukses, tuntas..
Читать полностью…UANG STRES KARENA NIAT ANDA
Harta itu makhluk pelayanan yang diciptakan untuk layani kepentingan Anda. Semua pelayanan diciptakan hakikatnya untuk memberikan kenyamanan.
Di setiap bandara dan stasiun kereta api disediakan layanan ruang khusus merokok, disediakan pula fasilitas untuk difabel, itu artinya agar para perokok dan penyandang disabilitas merasa nyaman.
Segala sesuatu lalu mau melayani tentu karena menghormati dan mencintai. Uang mau melayani Anda tentu karena uang hormat dan mencintai Anda.
Uang itu pelayan msnusia, nalurinya pun hormat kepada manusia.
Karena itu ketika Anda mencari uang dengan niat merendahkan manusia, di situ uang akan alami tekanan stres, dan pungkasnya Anda yang hancur lebur sebab telah bikin stres uang. Ya betapa uang tidak stres, karakternya uang melayani dengan hormat dan cinta kepada tuannya yakni manusia, malahan oleh Anda diajak untuk merendahkan manusia.
Anda akan menyingkir dari segala hal yang bikin Anda stres. Uang pun begitu, ia akan menyingkir dari hidup Anda karena tekanan stres.
Uang diajak untuk merendahkan martabat manusia itu gambarannya seperti anak yang dididik untuk durhaka kepada orang tuanya sendiri, menjadi kacau semuanya.
Peta niat mencari uang agar uangnya harmoni dan bukannya alami stres, itu sebagaimana dipetakan dalam hadits berikut ini;
"Barangsiapa mencari (kenikmatan) dunia dengan halal untuk menjaga diri dari meminta-minta; untuk memenuhi kebutuhan keluarganya; dan untuk berderma kepada tetangganya, maka di hari kiamat ia akan bertemu Allah dan wajahnya bersinar terang laksana bulan purnama. Sedangkan barangsiapa mencari (kenikmatan) dunia dengan halal untuk menumpuk-numpuknya dan pamer kepada sesama maka di hari kiamat ia akan bertemu Allah sedang Allah murka kepadanya. (H.R. Baihaqi)
Di hadits tersebut dijelaskan, sesudah Anda melewati mekanisme rezeki halal, Anda diajarkan untuk menata niat, mana niat yang bikin uang harmoni, dan mana niat yang bikin uang stres tertekan.
Pertama, niat yang bikin uang harmoni adalah getaran hati yang akan memanggil ridha Allah, bahkan dijanjikan kelak di hari kiamat wajah Anda akan bersinar terang bak rembulan purnama, yakni 1). Niat cari uang untuk menjaga diri agar tidak meminta-minta. 2). Niat cari uang untuk cukupi kebutuhan keluarga. 3). Niat cari uang agar bisa berderma kepada sesama manusia.
Anda perhatikan, ketiga niat tadi punya getaran memuliakan manusia. Niat jaga diri agar tidak meminta-minta jelas itu getaran agar harga diri Anda terjaga juga agar Anda tidak menjadi beban bagi orang lain. Demikian pula niat cukupi kebutuhan keluarga itu demi mengangkat martabat keluarga Anda agar sejahtera. Dan niat agar bisa berderma, ini jelas sekali fokusnya untuk memuliakan sesama manusia.
Kedua, niat cari uang yang bikin uang stres.
Ini adalah cari uang dengan getaran niat yang jika disimpulkan adalah getaran niat yang merendahkan martabat manusia, yakni 1). Niat untuk menumpuk-numpuk harta artinya niat memperkaya diri agar tampak paling banyak hartanya. Dalam niat ini jelas harta digunakan untuk merendahkan martabat orang lain atas diri Anda.
2). Niat pamer-pameran ya karena pamer berpotensi melukai hati orang lain yang ujung-ujungnya juga merendahkan derajat orang lain.
Tali simpulnya uang diciptakan untuk layani manusia dengan hormat dan cinta, maka itu kalau cari uang dengan niat merendahkan martabat manusia di antaranya dengan mengungguli sesama dengan harta, di situlah uang akan mengalami stres bersama Anda karena uang dilencengkan dari karakter aslinya yakni melayani manusia dengan hormat dan cinta.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Jadi begitulah arti sebuah kesulitan. Kesulitan itu dihadirkan Tuhan agar jiwa Anda hidup. Dengan kesulitan-kesulitan, jiwa Anda mencecap value atau makna. Kesulitan itu nilai beli yang tinggi. Perolehan yang diperoleh tanpa laluan kesulitan cenderung mudah lenyap. Mudah moncer, mudah sirna. Mudah peroleh, mudah lenyap.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
SELAMAT IDUL QURBAN 1444 H./2023 M.
Taqabbalallahu minnâ wa minkum.
Gus Banan & Keluarga
Atau bumi terima sinar matahari, lantas energinya diserap pula oleh matahari lain, bisa tidak? Matahari cuma satu. Demikian pula wanita, mau menduakan energi seks dan suplay energi rezeki ke banyak lelaki juga tidak bisa. Sebab itu poliandri merusak tatanan sistem alam.
Kelihatannya enak banget, satu wanita menerima banyak curahan nafkah dari banyak pria, sana-sini memberi, bisa cepat kaya. Namun itu sekalipun penerima energi, wanita juga penyuplay energi rezeki pria. Satu wanita harus menyediakan energi rezeki untuk 4 pria misalkan, ya mati lemas.
Energi seks juga begitu. Satu wanita dikeroyok terus-terusan oleh 4 pria, ya sobek-sobek kan lubang V-nya?
Sudah jelas poligami itu sah? Dua, boleh. Tiga, boleh. Empat, boleh.
Sebenarnya sistem alam bolehkan poligami lebih dari empat, hingga 1 juta wanita, boleh. Bebas saja. Karena air hujan mau diturunkan di 1 ribu tempat juga boleh, asal mampu saja energinya. Hanya saja syariat Islam membatasi 4 wanita saja agar arah curahan energinya terukur dan tertib. Empat istri yang dibolehkan itu hanya tatanan penertib bagi umat Islam saja. Nabi Muhammad sendiri dapatkan hak privillege sebagai nabi dalam soal ini, beliau tercatat menikahi 12 orang istri.
Syariat-syariat umat terdahulu juga bebas dengan jumlah wanita yang dipoligami, Nabi Daud punya 100 istri, Nabi Sulaiman punya 1000 istri. Hakikatnya bebas, namun syariat Islam menertibkannya khusus untuk umat Muhammad dengan batasan empat.
Sekarang pertanyaannya, secara syariat halal, dalam sistem alam semesta pun sah-sah saja, lah kok banyak pria hancur karir dan hidupnya karena poligami?
Sebenarnya pria poligami yang karirnya tetap eksis bahkan makin eksis juga banyak, sebanding dengan pria yang hancur karirnya karena poligami.
Itu disebabkan perbedaan muatan energi penggerak poligaminya.
Pria yang hancur karirnya, babak belur karena poligami itu karena muatan energi poligami di baliknya adalah energi selingkuh. Artinya energi muatannya adalah energi birahi dan nafsu angkara murka.
Sudah punya istri sah, malah buta cinta dengan wanita lain, ngebet. Saking maboknya dengan selakangan paha wanita lain, lantas ia menikahinya. Nah ini poligaminya berenergi selingkuh.
Ataupun poligami ada energi kualat. Misal istri pertama adalah wanita yang jasa dan pengorbanannnha sudah sangat besar. Sakit parah didampingi dan dirawat hingga sembuh. Saat bangkrut didampingi dan diperjuangkan hingga bisa bangkit. Lah saat si suami kaya malahan dia mengkhianati istrinya dengan poligami diam-diam. Menyayatnya dari belakang. Ini juga pologami namun cari kualat.
Beda kasus dengan Nabi Muhammad. Nabi itu wanita yang jasa dan pengorbanannya kepada Nabi SAW sangat besar, wanita yang menolong dan menemani Nabi sejak nol itu adalah Khadijah R.A. Dengan Khadijah ya Nabi tidak berani mempoligami karena Nabi bukan orang rendah yang cari-cari kualat.
Setelah Khadijah wafat baru kemudian Nabi lakukan poligami karena wanita-wanita pasca Khadijah itu tidak ada yang berjasa besar kepada Nabi. Istilahnya Nabi tidak punya hutang budi kepada mereka.
Lantas pria yang tetap eksis atau malah makin eksis karirnya dengan poligami itu muatan energinya bagaimana? Ya tentu muatan energi positif.
Contoh poligami karena sadar ingin mengalirkan banyak rezeki dan anugerah ke banyak wanita dan ke banyak anak. Poligami agar dapatkan banyak keturunan shalih. Poligami karena terdesak sebab istrinya tidak kunjung lahirkan anak. Dan lainnya.
Yang jelas ada niat baik, kesadaran baik, kesadaran nafsul muthmainnah di balik poligaminya sehingga muatan energi poligaminya adalah muatan energi kebaikan.
Poligami halal namun banyak menghancurkan karir pria, penyebabnya itu tadi.
Sama saja belanja itu halal, boros itu halal, irit itu halal, menabung itu halal, hutang itu halal, membayar itu halal, namun banyak juga orang yang hancur finansialnya gara-gara hal-hal di atas.
Namun sisi lain banyak juga yang gara-gara gemar belanja lantas makin kaya, gara-gara boros, gara-gara menabung, gara-gara irit, gara-gara hutang, banyak yang makin kaya.
TUKANG BELANJA DAN TUKANG SEDEKAH YANG MAKIN KAYA
Aksi hanya sebuah tindakan ikhtiar. Hasilnya tergantung visi di baliknya.
Tindakannya sama-sama diet makan, ada yang visinya untuk turunkan lemak badan, ada yang visinya titakat menguatkan jiwa. Keduanya aksinya sama, hasilnya bisa sangat beda. Yang niat turunkan lemak badan, hasilnya ya cuma tubuh ideal. Yang niat tirakat kuatkan jiwa, hasilnya ya kesadaran'-kesadaran spiritual.
Aksi lari dari kuda delman tidak bisa menarik kekayaan karena dibalik aksi larinya tidak ada visi untuk kaya.
Kuda delman ya kerja keras, namun karena tak ada visi kaya, jadinya tak ada kuda delman kaya raya.
Anda shopping, bayar ini dan itu, tindakan sebenarnya adalah mengeluarkan uang. Keluarkan uang itu tindakan mengurangi harta, namun untuk hasilnya Anda harus lihat ada visi apa di baliknya.
Kalau visi anda kokoh untuk kaya raya dalam keluarkan uang, maka shopping ataupun pengeluaran anda akan makin mengkayakan.
Nah kesalahannya itu ketika mengeluarkan uang tapi di hati punya visi kalau belanja itu mengurangi harta, membayar itu mengambil kekayaan anda. Kalau visinya dalam aksi belanja dan keluarkan uang adalah visi berkurang harta, maka hasil manifestasinya juga berkurangnya harta.
Yang kokoh hatinya dalam pegang visi kalau belanja dan membayar itu mengkayakan.
Di lingkungan anda banyak orang dermawan yang suka membantu dan menolong. Tapi aneh kedermawaannya itu boroboro kembali 10 kali lipat, namun beli rokok saja bingung duitnya dari mana lagi? Itu karena di balik tindakan dermawannya tidak ada visi kaya.
Ada visi kaya maksudnya bukan mengharap kembali berkali-kali lipat tapi punya visi kaya apa tidak dibalik kedermawanannya itu.
Ini mengapa para pengusaha besar, semakin dermawan, semakin kaya, semakin royal mereka justru makin kaya raya?
Itu karena visi hati mereka kokoh untuk kaya. Mereka bisnis dengan tekun karena ingin kaya dan mereka sedekah pun karena ingin kaya. Visi kayanya jelas dan kokoh.
Lah anda dermawan karena visi menolong, sedekah karena visi kasihan itu yang hasilkan anda dermawan, tapi beli rokok saja bingung.
Ya sedekah karena visi menolong ataupun kasihan itu tetap perbuatan ma'ruf, pahalanya besar, cuma untuk menarik manifestasi kaya itu kesulitan karena visinya menarik kaya itu lemah dan kecil.
Ada visi apa di balik aksi belanja anda? Di balik aksi dermawan anda? Di balik belanja visinya mengurangi harta, di balik sedekah visinya hanya belas kasihan, itu yang jadikan belanja dan sedekah Anda tidak menarik wujud kekayaan.
Ayo belanja, ayo sedekah tapi dengan visi kaya.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
WAJIB HAJI BAGI YANG MAMPU, NAIK HAJI BAGI YANG BERUSAHA MAMPU
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا ۚ
"Bagi Allah, wajib atas manusia, mengerjakan haji ke Baitullah, yaitu (bagi) orang yang (berusaha) mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah." (QS. Ali Imran : 97)
Haji dalam aturan fikih Islam diwajibkan bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah, mengingat haji merupakan aktifitas travelling yang tentu butuh kesiapan finansial dan kesehatan fisik serta fasilitas transportasi yang aman dan memadai, karena itu haji adalah wajib tapi dengan kriteria mampu atau istithâ'ah (استطاعة).
Dalam ayat perintah haji di atas, kata yang digunakan Allah untuk kriteria naik haji adalah istathâ'a (استطاع) yang memiliki bentuk mashdar (nomina) yakni istithâ'ah (استطاعة).
Dalam tata bahasa Arab, istithâ'ah merupakan nomina yang ditautkan pada wazan (rumus baku) istaf'ala (وزن استفعل) yang memiliki faidah li thalabil amri (memohon sesuatu). Artinya setiap kosa kata bahasa Arab jika diikutkan wazan istaf'ala akan memiliki perubahan makna tertentu, yang perubahan maknanya signifikan, di antaranya memiliki faidah memohon atau meminta sesuatu. Contoh seperti ghafara (غفر) arti dasarnya mengampuni, dikutkan wazan istaf'ala menjadi istaghfara (استغفر) jadi bermakna memohon ampunan.
Demikian pula dengan kosa kata istithâ'ah yang digunakan Allah dalam perintah haji. Lafal istithâ'ah diambil dari kosa kata dasar thâ'a (طاع) yang berarti mampu, sanggup, taat. Diikutkan wazan istaf'ala menjadi istathâ'a (استطاع) yang berarti memohon kemampuan atau kesanggupan.
Dalam fikih, kriteria istithâ'ah ini yang selanjutnya lahirkan ijtihad tentang syarat wajib haji yang di antaranya mampu secara finansial baik untuk biaya pemberangkatan haji maupun untuk biaya nafkah keluarga yang ditinggal di rumah, juga mampu kesehatannya, dan aman perjalanannya. Hal ini ketentuan menurut fikihnya bahwa wajib haji itu bagi yang mampu.
Namun secara spiritual tidak begitu, sebab begitu banyak orang kaya yang berpenghasilan besar tetapi belum juga bisa naik haji. Halangannya tentu macam-macam, misal minat naik haji yang belum ada. Sekarang ini banyak crazy rich millenial, dimana di usia belum sampai 25 tahun mereka sudah jadi milyader, artinya untuk biayai haji, mereka berkemampuan super enteng. Namun mereka belum berangkat juga karena merasa belum pantas menyandang gelar pak haji, belum siap untuk khusyuk ibadah sebagai haji, dan lain-lain. Di situ mereka mampu tapi belum terpanggil naik haji, ibaratnya mampu kondangan tapi belum dapat undangan walimahnya.
Karena itu istithâ'ah dalam haji—secara spiritual— bukan persoalan kaya dan miskin, tapi persoalan panggilan Allah, sebab itu Allah gunakan kosa kata istithâ'ah dalam memerintahkan haji.
Istithâ'ah memiliki makna memohon kemampuan atau kesanggupan yang berarti haji itu dimampukan bagi orang yang mau berusaha mampu.
Ada kisah tukang becak naik haji setelah menabung 30 tahun. Kalau biaya haji sekitar 50 juta rupiah, ditabung selama 30 tahun (10.950 hari), berarti tiap hari si tukang becak menabung sekitar 4.500 sampai 5.000 rupiah.
Sehari menabung 5 rupiah, bukankah anak TK saja sudah bisa?
Semurah itu biaya haji, lalu kenapa banyak muslim yang merasa tidak mampu untuk naik haji? Itu disebabkan faktor istithâ'ah atau upaya untuk mampu haji yang minatnya sangat kecil atau mungkin tidak ada minat sama sekali.
Sama seperti menjadi pintar (alim). Banyak orang menyangka kalau menjadi ahli ilmu itu butuh modal IQ cerdas, padahal tidak. Menjadi ahli ilmu hanya butuh minat kuat kepada ilmu. Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama besar pakar hadits. Thomas Alfa Edison, ilmuwan penemu ribuan temuan tehnologi. Mereka semua IQ-nya bebal, namun karena minat kepada ilmu yang kuat, lalu mereka jadi pintar.
Atau sama seperti meraih kesuksesan dagang. Banyak orang mengira sukses dagang itu butuh modal besar. Tidak. Dagang maju tidak butuh modal, modal dagang itu mengikuti kesungguhan seseorang dalam berdagang. Kesungguhan dipicu oleh besar kecilnya minat.
REZEKI NGE-LAG
Handphone istri saya pernah bolak-balik nge-lag atau lagging. Ternyata saking banyaknya file-file foto dan video yang tidak didelete, belum lagi chache apk yang menumpuk. Padahal foto dan video-video tersebut ya tidak berguna.
Lag sendiri artinya ketertinggalan gerakan, kemajuan atau perkembangan. Dalam hal ini yang sering dimaksudkan lag adalah program komputer atau handphone yang mengalami macet saat dijalankan.
Penyebab handphone nge-lag adalah banyaknya cache dan sampah yang menggumpal di sistem. Biasanya ini terjadi pada pengguna android yang sangat jarang memperhatikan cache atau sampah dari aplikasi yang digunakan.
Cache sendiri adalah sekumpulan data yang terkumpul dalam sistem android. Cache yang tidak dihapus bisa memperberat kinerja handphone dan membuat handphone nge-lag.
Sekarang cek almari baju Anda? Banyak tidak pakaian-pakaian sampah? Dipakai tidak, dibuang masih eman? Menumpuk saja di almari.
Cek gudang Anda, banyak apa tidak barang-barang bekasan yang tidak terpakai? Dijual rongsokan masih sayang, tapi dimanfaatkan juga tidak?
Cek tumpukan kertas, buku rusak, dus bekas, botol-botol bekas, mainan rongsok bekas milik anak, dan lainnya?
Ingat! Handphone terlalu banyak sampah dan chache jadi nge-lag. Rezeki Anda pun begitu. Terlalu banyak barang rongsokan di rumah itu salah satu penyebab rezeki Anda nge-lag.
Coba bersihkan. Pakaian bekas kalau ada yang terima ya segera berikan. Tidak ada yang terima ya buat lap atau pembersihan terakhir dibakar. Barang-barang rongsok yang bisa dijual, jualah. Tidak bisa dijual, bakar.
Pelihara barang rongsok apalagi jika ditilik dari kesadaran spiritual itu sangat buruk. Lah iya, rasa hati terlalu melekat itu salah satunya enggan dilepaskan. Anda punya emas, enggan kan dilepaskan karena begitu melekati dan berharga? Kalau melekati emas itu manfaatnya besar, juga berharga. Lah sampah dan rongsokan saja dilekati di hati? Eman-eman mau dibersihkan.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
TAK MAMPU MENIKMATI SAMA SAJA TAK BERHARTA
Sebutlah namanya Nyonya Doning. Saat yang lain tidur, ia dengan suaminya sedang menghitung uang toko. Setelah itu lembur bungkusi snack kecil pelengkap dagangan toko. Pagi harinya toko yang lain belum buka, ia paling awal buka, jam 06.00. Nanti tutupnya malam hari jam 22.00.
Sebisa mungkin hanya dikerjakan berdua, sehemat mungkin pakai karyawan agar hasilnya tak kemana.
Karena keuletan, dedikasi dan kerja keras, akhirnya ia mulai kaya. Sesudah kaya, Doning kena gagal ginjal dan harus bolak-balik rumah sakit. Ia yang bekerja keras kumpulkan harta, para dokter yang menerima hasilnya.
Doning akhirnya wafat. Suaminya menikah lagi. Karena anak kecilnya sangat dekat dengan pembantunya; sebutlah Tukiyem, suaminya menikahi Tukiyem demi anaknya.
Kini Tukiyem menjadi nyonya. Dalam benak Tukiyem berkata, "Nyonya Doning yang bekerja keras, kini aku yang menikmati semuanya".
Anda sadar, tidak? Anda meraih harta dengan susah payah sebenarnya persis monyet bego. Tahu-tahu ujung-ujungnya harus dilepaskan, Anda mau-maunya bersusah-payah meraihnya.
Betapa tidak, patah hati yang sangat disengaja? Anda yang dengan penuh dedikasi kumpulkan kekayaan, ujung-ujungnya harus Anda berikan semuanya kepada orang lain, tanpa sisa. Saat Anda mati, semua harus Anda serahkan kepada orang lain yakni ahli waris Anda.
Harta itu hanya apa yang Anda makan lalu busuk, apa yang Anda kenakan lalu usang, apa yang dengan susah payah Anda kumpulkan lalu ketika Anda mati akan diberikan pada yang lain.
Karena itu nista-nistanya diri Anda yang seumur-umur berusaha meraih harta lalu Anda tidak sempat menikmati. Seperti nasibnya Nyonya Doning.
Kadangkala ada yang sudah capek mengumpulkan, sesudah kaya, mau menikmati makan bakso saja tidak bisa karena hipertensi.
Lebih sadis lagi, Anda yang susah payah mengumpulkan, orang lain yang menikmati. Umpama, sudah irit begitu lama agar duit terkumpul, dalam sekejap raib kena tipu orang. Anda yang capek mengumpulkan, si penipu yang menikmati. Atau seperti nasib Nyonya Doning di atas.
Maka sebelum dinikmati, harta yang Anda kumpulkan itu bukanlah milik Anda. Yang namanya menikmati itu jelas dengan jalan membelanjakan, entah untuk jajan, shoping, sedekah, dan lainnya. Yang jelas kalau belum dibelanjakan, harta yang katanya milik Anda itu ternyata bukanlah milik Anda.
Abu Nawas berkata,
أنتَ للمال إذا أمسكتَه # فإذا أنفقتَه فالمالُ لَكْ
"Engkau akan menjadi budak harta jika engkau menahan harta tersebut. Namun jika engkau membelanjakannya, harta tersebut barulah jadi milikmu. (Imam Al-Ahnaf dalam Tafsirul Qur’anul ‘Azhm, 14: 443)
Eeh diam-diam Anda sudah kerja satu bulan, pingin bakso dituruti apa belum? Apa uangnya masih di celengan masa depan? Sebelum dinikmati, harta yang di tangan Anda itu entah milik siapa. Tak mampu menikmati harta itu sama saja tak memilikinya.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
HATI BISING DIJAUHI REZEKI
Hati Anda dengan seisi kesadarannya itu selalu bergerak. Dihina orang, hati Anda bergerak tersinggung. Ditipu orang, hati Anda bergerak membenci. Dipuji orang, hati Anda bergerak tersanjung. Menjadi pemenang, hati Anda bergerak bangga. Lihat bangunan rumah mewah, hati Anda bergerak mencintai. Lihat ruangan rumah kotor, hati Anda bergerak risi dan jijik. Dan seterusnya.
Hati Anda aktif bergerak merespons segala kejadian dalam hidup Anda, buruk dan baik, susah dan senang, hitam dan putih, semua direspons oleh hati Anda dengan melakukan pergerakan emosi, pergerakan kesadaran dan perasaan.
Gerak itu butuh energi, ketika pergerakan hatinya terus menerus aktif, akan berpotensi menguras energi hidup Anda.
Titik masalahnya ketika pergerakan hati Anda terlampau aktif dan agresif. Bertemu dengan pendengki, Anda membenci sehebat-hebatnya, lalu dengan rasa marah berpikir lakukan serangan balik. Bertemu haters, Anda sangat sakit hati lalu marah-marah jengkel, sangat tersinggung. Bertemu orang yang kurang etika, Anda tersinggung berat lalu menyinyirinya di belakang dengan ketus. Bertemu pesaing karir, Anda gelisah mendalam, khawatir dan ketakutan.
Nanti ketika Anda bertemu fans dan pengagum, Anda girang euforia. Bertemu dengan keberuntungan, Anda gembira bersuka ria. Bertemu dengan kemenangan, Anda bertepuk dada. Dan seterusnya.
Betapa bising dan berisiknya hati Anda? Siapa yg betah terus-terusan di situasi bising dan berisik? Dengar suara mesin gergaji kayu selama sejam dua jam saja sudah banyak yang risi.
Anda pikir sendiri, kira-kira pergerakan hati yang bising begitu menguras energi, tidak? Capek, tidak?
Energi terkuras hanya untuk membenci yang tidak disukai, terkuras hanya untuk mencintai yang disukai, terkuras hanya untuk stres dan panik untuk yang ditakuti dan dikhawatiri, terkuras hanya untuk bergembira ria dengan keberuntungan yang diperoleh, terkuras hanya untuk melayani pencaci dan pemuji Anda.
Dalam keadaan begitu, kapan Anda punya energi untuk menguatkan dan memberdayakan hidup Anda? Anda bisa mati lemas duluan sebelum Anda bergerak membangun hidup Anda.
Di titik itu hati Anda butuh didiamkan.
Nah sekarang barangkali hidup Anda sedang sunyi dari rezeki? Bisnis sepi, dagangan tidak laku, orderan sepi, pekerjaan susah didapatkan, cobalah dicek ke dalam, jangan-jangan hati Anda selama ini terlalu banyak keluarkan energi gerak sehingga terlalu gaduh dan bising di dalam. Barangkali kalau benci, kalau cinta, kalau sedih, kalau gembira terlampau bising. Apapun yang terlampau bising tidak ada yang betah mendekati. Termasuk rezeki enggan mendekat.
Saat rasakan fluktuasi kebisingan hati, usap-usap dada Anda sambil ambil nafas dalam-dalam dan keluarkan pelan-pelan, iringi dengan istighfar. Setelah itu "jangan dibeli" apapun situasi yang lewat di hati Anda dengan respons berlebih, biarkan hati lengang tanpa menilai apapun terhadap baik dan buruk situasi di luar hati. Itu salah satu trik diamkan hati dari kebisingan emosi berlebihan.
Sebab kalau terus-terusan berhati bising, apapun tidak betah mendekat, termasuk rezeki.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
REGISTRASI KELAS SERVO PROSPERITY HARI TERAKHIR
Klik: http://bit.ly/gusmnbanan
MEMPERTEGAS LEVEL KAYA PADA NEGARA DAN AGAMA
Ada salah satu teman saya yang sangat tersinggung dengan rasa berat hati kuat ketika hadapi tanggung jawab di 2 hal; 1). Bayar pajak. 2). Ditilang polisi.
Anda ingin jadi bos harus tahu resiko menjadi bos sehingga bisa menyiapkan mentalnya. Resiko bos itu membayarkan orang lain, dari menghidupi orang lain dengan penghasilan tertentu hingga harus siap terjebak menraktir. Bila mentalitas Anda tidak bisa nyaman dengan resiko jadi bos, selamanya Anda terpental dari posisi itu karena terjadi pertarungan di dalam diri, terjadi getaran saling sabotase di dalam diri. Satu getaran inginkan kaya dimana kaya berarti berposisi bos, sisi lain disabotase mental asisten yang selalu dibayari.
Mereka yang berposisi bos memang punya mentalnya, dan pula mereka memang nyaman membayarkan orang, bahkan punya rasa bangga sebagai orang yang terjebak menraktir dimana-mana.
Nah orang yang nyamannya ditraktir dan dibayari, itu mentalitas asisten. Kalau nyamannnya di situ yakni dibayari berarti kenyamanannya di level asisten, resikonya untuk bergeser ke level bos akan sangat sulit.
Segala hal ada mentalitasnya dulu, baru nyaman di posisi itu, lalu realita kehidupan baru akan mewujudkan dan menyingkronkannya.
Dimana-mana posisi orang dhuafa itu disubsidi negara. Kebijakan subsidi semuanya diturunkan untuk rakyat yang lemah. Ada BBM subsidi, kendaraan subsidi, transportasi subsidi, listrik subsidi, rumah subsidi, gas subsidi, layanan kesehatan subsidi, semua kebijakan subsidi untuk rakyat lemah.
Dimana-mana posisi orang kaya adalah bukan orang yang disubsidi negara, tapi malah menyubsidi negara, mereka aset negara yang mengkayakan negara. Orang kaya bayar pajaknya banyak. Ada pajak rumah, ada pajak kendaraan, ada pajak tanah, ada pajak perusahaan, ada pajak perdagangan, dan lain-lain semua itu sistem untuk mengkayakan negara. Itu bagian dari resiko orang kaya.
Selamanya Anda tidak nyaman menjadi bos kalau mental Anda tidak nyaman dengan resiko traktir dan hidupi orang, selamanya pula Anda tidak akan jadi orang kaya kalau mental Anda tidak nyaman dengan resiko orang kaya yang harus mengkayakan negara dengan pajak.
Saya sendiri boro-boro tertarik dengan aneka jasa subsidi yang ditawarkan negara. Untuk gas, saya anti gas hijau. Listrik, saya anti yang 450 watt. BBM, saya anti perlalite dan solar. Layanan kesehatan, saya pilih pakai biaya umum. Mobil, saya hindari jenis LCGC. Bukan bermaksud gembelengan, tapi saya harus terus siapkan mental saya di level orang kaya, saya harus mempertegas diri kepada negara. Saya bangga kalau saya bisa mengkayakan negara, bukan dibantu negara, itu yang terus saya pertegas.
Anda yang masih tersinggung dengan pajak, apa nggak malu, karena selamanya pajak itu untuk rakyat yang kaya, subsidi itu untuk rakyat lemah. Pertegas mental Anda, di posisi mana Anda akan memposisikan diri.
Demikian pula kepada agama. Kalau mau kaya ya Anda harus pertegas diri Anda kepada agama. Selayaknya orang kaya itu bayar zakat, bukan terima zakat. Selayaknya orang kaya bayar qurban. Selayaknya sembelih aqiqah. Selayaknya biayai umrah dan haji. Selayaknya wakaf, infaq dan sedekah.
Tentu memulai dari yang wajib dulu, yakni zakat. Lalu lanjut ke yang sunah tetapi yang ringan-ringan seperti infak shalat Jumat. Kemudian lanjut ke sunah yang agak berat seperti qurban dan aqiqah. Setelah dirasa mampu lanjut dengan yang berat-berat seperti daftar umrah, naik haji dan wakaf.
Kaya itu dimulai dari mental, seperti halnya menjadi bos dimulai dari mentalnya bos yang mereka bangga bila membayarkan orang lain, karena itu kepada negara dan agama, Anda pun harus pertegas diri bahwa Anda kaya dengan membangun mental, "Saya bangga bayar pajak. Saya bangga bayar wakaf, zakat dan sedekah."