MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN) Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker - 1 Day Spiritual Prosperity Class - Servo Prosperity Online Class Facebook, Fanspage, Youtube, Telegram, Ig: Muhammad Nurul Banan Website : www.gusbanan.com
Iya baru ada teman bepergian, dipalak oleh-olehnya. Ada orang beli mobil, dipalak mana syukurannya. Ada teman dagang, dipalak mana gratisannya. Ada give away dan bansos tanpa malu maju terdepan merasa dapat anugerah besar. Isi otaknya hanya berpikir terima bantuan dan diuluri tangan, menilai gratisan itu segala-galanya. Kalau membayar dirasa berat sekali, kalau gratis diimpi-impi. Tangannya gemar di bawah, entah dengan meminta-minta, memalak, numpang gratis, dan lainnya.
Malas mikir usaha, minta-minta dan mengemis-ngemis. Disuruh sekolah sibuk bolos dan pacaran, disuruh kerja 3 bulan keluar katanya gaji kecil, disuruh latihan bisnis katanya tidak ada modal, baru mulai bisnis lantas berhenti katanya pembeli sepi. Ada kewajiban bayaran entah pajak, biaya pendidikan anak, bayaran transaksi muamalah, dan lainnya banyak yang mengemplang. Hutang banyak dilupakan. Kalau sedang tidak punya uang terus mengeluh "sambat-sambat ora due duit", pas ada uang lupa diri. Dan seterusnya.
Jiwanya tidak pernah dihargai tinggi, selalu melemah di depan uang. Sudah begitu cita-cita, kewajiban-kewajiban, banyak yang tidak diperjuangkan dengan kesungguhan.
Ya itulah yang jadikan Anda tidak temukan kedudukan sesungguhnya diri Anda di depan harta, lantas Anda butuh sembako saja harus merendahkan diri. Harta yang datang kepada Anda bukan memuliakan tapi malah merendahkan.
Waktu saya ke Eropa, di negara-negara maju, orang jalankan bisnis retail seperti pertokoan, bisnis kuliner seperti restoran, bisnis jasa seperti laundry dan hotel, itu sangat terbatas karyawannya. Beda di sini, Alfamart saja tiap pojok ada pelayannya. Itu dikarenakan di negara-negara maju harga tenaga manusia sangat mahal melampoi harga tehnologi. Di Swiss misalkan, UMR karyawan sekitar CHF 6.500 atau Rp 107.250 juta per bulan (asumsi kurs Rp 16.500).
Lah kan disini gaji karyawan 3,5 juta rupiah sudah super tinggi, di Swiss 107.250 juta rupiah. Harga tenaga manusia sangat tinggi melampoi harga tehnologi. Di sini SDM masih sangat rendah harganya, sampai-sampai harga CCTV lebih mahal ketimbang harga satpam, harga komputer lebih mahal dari harga tenaga kasir.
Anda jangan menyalahkan keadaan bayaran karyawan disini. Keadaan disini petunjuk kualitas SDM disini masih sangat rendah, sampai-sampai harga tehnologi dan penciptanya masih lebih murah harga penciptanya.
Itu terjadi ya karena jiwa Anda banyak yang lemah di depan urusan dunia. Disuruh belajar, tidak sungguh-sungguh. Punya cita-cita, plin-plan memperjuangkannya. Sudah mau usaha, sedikit ada kendala, mundur. Kreatif, inovatif, uletnya dikalahkan keluhannya. Karena lemah hati, lemah jiwa, lemah ilmu, ya jadinya harga tenaga dan ilmu Anda lebih murah ketimbang harga Android China.
Berjuanglah! Jangan mudah lemah berhadapan dengan rintangan hidup agar jiwa Anda berkualitas sehingga harganya lebih tinggi dari tehnologi.
Saat jiwa Anda kokoh dan berkualitas, harta yang datang kepada Anda entah dari jalan pemberian ataupun jalan kerja dan usaha, akan datang dengan merunduk hormat. Saat harta datang dengan merunduk hormat, nominal datangnya juga gede-gede.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
BAPERAN ATAS SAKIT HATI ITU WUJUDKAN KETERPURUKAN
Lelaki ketika menikah, ditilik dari kacamata "tindakan" sebenarnya sebuah kesepakatan pemerasan. Lah iya, sesudah menikah, seks dinikmati bersama, lelaki yang harus bayar maharnya. Belum lagi kalau ikuti adat tertentu, seperti adat Jawa, lelaki harus "mbesan" yakni harta tertentu yang diserahkan kepada keluarga pengantin wanita sebagai bawaan besan, padahal ya kepentingannya sama antara 2 besan yaitu bikin resepsi nikahkan anak-anak mereka.
Sesudah bangun keluarga, lelaki makin jauh dijerat dalam kesepakatan pemerasan, karena dia dituntut kasih nafkah istri yang merupakan anak orang. Kalau kasih nafkah anak sendiri mending, karena anak itu darah daging sendiri, lah istri itu kan anak orang lain? Bayangkan coba, banting tulang hingga stres-stres cuma untuk kasih makan anak orang? Wkkkk pemerasan, kan?
Dimana pun resiko sebuah kesepakatan pemerasan adalah korban. Menjadi korban, efek getaran yang ditangkap adalah keterpurukan.
Namun pada kenyataannya, lelaki sesudah masuk dalam kesepakatan nikah, mayoritas lelaki malah temukan harga dirinya sebagai lelaki, bukan temukan dirinya sebagai korban pemerasan. Ketika bujangan rezeki lelaki sempit, sesudah menikah malah kaya. Ketika bujangan tidak punya rumah sendiri, sesudah menikah malahan bisa bangun rumah. Banyak harga diri pria yang terbangun justru setelah kasih makan anak orang dalam ikatan nikah.
Praktek tindakannya pemerasan, tapi hasilnya bukan korban, justru hasilnya adalah keberlimpahan. Kok bisa?
Itulah pengaruh penempatan kesadaran di dalam hati. Sesudah menikah laki-laki menempatkan diri sebagai pejantan yang siap bertanggung jawab beri nafkah, hasilnya alam semesta merespons apa yang disadari di hati lelaki. Sadar sebagai pejantan itulah yang lelaki rasakan sehingga energi yang dia tarik berwujud keperkasaan dan keberlimpahan.
Bahkan tidak sedikit lelaki yang merasa kurang jika hanya kasih nafkah untuk 1 anak perempuan orang lain, sehingga tambah lagi jadi 2, 3 atau 4. Kalau akses sadarnya jadi korban pemerasaan, mana mungkin ingin tambah?
Andai ketika menikah dan dalam jalani rumah tangga, lelaki mengakses kesadaran jadi korban pemerasaan, apa yang terjadi?
Dari contoh kasus hidup lelaki, artinya akses sadar hati di balik tindakan dan aktifitas itu yang akurat mempengaruhi hasil nyata yang diterima.
Hal-hal yang menyakitkan hati seperti diejek, direndahkan, disingkirkan, disalah-salahkan, dianiaya, dan lain sebagainya, itu semua bisa diolah sebagai energi yang menguatkan diri Anda, sebagai self esteem energy yang terus bekerja mengisi ulang energy untuk Anda, namun asal pas dalam mengakses rasa sadarnya.
Lalu bagaimana olah rasanya? Ya hindari rasa menjadi korban, namun gunakan kesadaran al-hikmah yakni kesadaran mengambil hikmah di balik kejadian.
Umpama Anda tersandung batu, di situ jika disadari sebagai korban musibah ya hasilnya keterpurukan, namun jika disadari, "Saya tersandung batu, alhamdulillah sangat bersyukur dosa-dosa saya sedang diampuni Tuhan," hasilnya juga sebagai orang syukur yang diampuni dosanya. Sudah syukur dan diampuni dosanya, bagaimana rezeki Anda tidak mengalir cantik?
Kenapa Anda terpuruk? Ya karena Anda baperan, mudah merasa menjadi korban. Sadari sebagai hikmah baik, itu server untuk download segala kebaikan.
Jangan baperan ya? Sebentar-sebentar merasa menjadi korban ketidakberuntungan, latihlah bijak menyadari hikmah baik di berbagai kejadian menyakitkan.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Sehingga kemiskinan orang kaya itu kerap karena frekuensi getaran hati yang berada dalam ketinggian, tidak mampu mendengar realita konkrit kehidupan di bawah. Di titik itu mereka sebenarnya kerap sakit hati dan kecewa sendiri sebab cuaca di puncak gunung tertinggi tidaklah kondusif untuk bisa membangun lingkungan hidup yang normal.
Mereka merasa sangat berharga tapi ternyata banyak yang membenci, mereka merasa sangat gemar bantu orang lain tapi sambutan orang atas kebaikannya malah cibiran.
Mereka pun kerap marah, kerap tersinggung, kerap merendahkan orang, dan lainnya. Jika sudah di situasi begitu itu tanda cuaca di hatinya tidak layak lagi dihuni sebagai lingkungan normal untuk hidup.
Mereka tidak mampu mendengar dan merasa, ada apa sebenarnya, kok banyak yang menentang dan menjauhinya? Ia tidak sadar kalau omongan tingginya, sedekah dan dermawannya yang karena rasa bangga, rasa berprestasinya sehingga merasa tidak layak dikontrol dan dikendalikan orang lain, itu penyebab mereka sakit hati dan kecewa sendiri.
Rasanya selalu geram dan ingin marah ketika temui sesuatu yang tidak berkenan di hatinya, rasanya selalu enek dan sakit hati ketika ada sedikit saja yang menyinggung prinsip-prinsipnya, rasanya selalu gelisah hati karena dimana-mana kedudukan dan prestasinya tidak bisa jadikan ia berharga, ia persis orang buta dan tuli yang tidak dapat melihat dan mendengar penyebab kegaduhan sebenarnya. Dan itu adalah kemiskinan barunya.
Saat itu sebenarnya obatnya hanya menurunkan ketinggian hatinya, harus bangun rasa sadar kalau ia hanya setitik air mani hina (nuthfah).
أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِىٍّ يُمْنَىٰ
"Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)." (Q.S. Al-Qiyamah : 37)
Turunkan hatinya sehingga ia bersedia dengan rela diinjak, bersedia dengan rela direndahkan, bersedia dengan rela tidak berharga, bersedia dengan rela untuk sadar sebagai makhluk hina dari setetes air mani hina.
Anda merasa orang kaya berkedudukan lantas bersedia dengan rela dan ridha direndahkan, disitu Anda baru akan bisa merasakan ketenangan dan ketenteraman hati.
Karena itu sebaik-baik hati orang kaya berkedudukan itu adalah orang kaya yang berkata, "Mengalah itu sebaik-baik jalan keluar."
Orang kaya susah untuk lemah, sebab itu kalau ia berprinsip mengalah pasti pemicunya bukan karena rasa lemah tapi karena ia sadar pentingnya hati berada di bawah. Hati di bawah tidak ada pilihan lain selain terangkat naik, hati di ketinggian tidak ada pilihan lain selain harus turun ke bawah.
Anda duitnya banyak? Anda kedudukannya tinggi? Anda pengaruhnya besar? Saya percaya Anda orang kaya bahagia kalau kemudian mau mengalah, bersedia dihina dan direndahkan.
Sebaliknya, Anda kaya tapi marah-marah ketika direndahkan dan dihinakan, apalagi ngamuk-ngamuk, itu tanda Anda kaya tapi setengah stres, otak kurang oksigen.
Hai orang kaya! Sadarlah Anda orang hina tak berdaya, insya Allah hati Anda tenang.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
RESEP MAKNYOS KAYA MULIA
Ada seorang teman hebat saya bercerita. Dia pernah alami satu fase dimana dia terjebak harus selalu rendah hati, ya karena lingkungan tersebut adalah lingkungan orang-orang berpengaruh, yang mau tidak mau dia harus andap asor, di situ dia merasa bukan apa-apa, bukan siapa-siapa, dan tak berdaya.
Hingga ada beberapa orang yang selalu memandang dia sebelah mata hingga waktu lama, mau tidak mau dia harus sabar. Diperlakukan apapun, dibilang yang tak enakan hati hingga tak didengar itu sudah biasa.
Di keadaan itu, dia tetap rendah hati dengan kesabaran tinggi. Dan terus dia jalani saja apa adanya, semenyakitkan apapun.
Rendah hati bukan watak asli dirinya, hanya karena keadaan saja yang akhirnya haruskan dia rendah hati.
Dan hasilnya, rezeki dirinya lalu mulai berubah, hingga di lingkungan tersebut dia jadi tampak menonjol kekayaannya. Bukan cuma rezeki yang menonjol, kemuliaan dia pun menonjol.
Sesudah dia menonjol tidak begitu saja orang-orang di lingkungan tersebut menghargainya. Tetap ada yang sepelekan dan memandang sebelah mata. Lihat dirinya sedekah besar ke komunitas mereka, ya tidak dianggap. Namun dia tetap sedekah dengan rasa rendah hati. Dia teruskan saja rasa sabar dan rendah hatinya, tak melawan tanpa menonjol-nonjolkan diri.
Dan pada akhirnya, semua takluk, mengakui kemuliaan dan kemenonjolan dirinya. Yang memandang dia sebelah mata, satu-satu mengakui. Hingga detik ini dia di posisi mulia di hati mereka dengan anugerah rezeki unggul untuk dirinya.
Namun fase lain dalam dirinya juga ada, sebagai bahan pengingat. Dimana dia di lingkungan lain bergaul di lingkungan orang-orang biasa-biasa saja. Di lingkungan tersebut dia dari awal sudah punya kuasa dan dihargai.
Ketika dia masih tidak punya, ilmunya dihargai oleh mereka. Lantas setelah dia mulai jadi orang punya, dia pun banyak membantu mereka.
Namun itu, bangunan mental dirinya karena dari awal dia menonjol dan kuasa, dia jadi arogan. Gayanya angkuh. Apalagi sesudah dia merasa dialah yang banyak membantu, di situ dia jadi merasa paling layak dihargai. Ekspektasi dirinya bahwa dia itu penting sangat tinggi.
Hasilnya, dia ditinggalkan mereka. Dia menganggap diri mereka orang-orang tak bersyukur, sudah diberi kebaikan malahan melunjak. Dia tuduh mereka iri dengki dengan keunggulannya. Dia merasa dirinya orang baik karena banyak bantu mereka, dan mereka adalah orang-orang tak bersyukur.
Dan hasilnya apa? Di lingkungan lain tersebut dia tidak berharga. Keunggulan ilmu, martabat dan hartanya, kebaikan dan kedermawanannya, sama sekali tidak berguna untuk sekedar jadikan dirinya dihargai. Dia tetap ditinggalkan. Dia sakit hati sendiri.
Nah sudah jelas, kan? Rendah hati dan sabar itulah resep maknyos kaya mulia. Tinggi hati dan congkak itulah awal rendahnya diri.
Di lingkungan tersebut dia jadi belajar dari kesalahannya untuk selalu rendah hati dimanapun dan di keadaan apapun.
Jadi siapapun yang meninggi, ia akan rendah. Dan siapapun merendah, ia akan tinggi.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
Paling yang masih ingat kuat cuma generasi cucu, sampai generasi buyut (keturunan ke-4), sudah banyak yang lupa nama Anda.
Bukankah begitu menyakitkan? Anda berdarah-darah hadapi kehidupan dunia ini, tidak tahunya cuma mau dikenang selimit itu.
Di saat mati itulah finish, Anda mau juara atau pecundang, itulah finish-nya. Di saat mati itulah dunia baru bisa menilai Anda. Para nabi sebegitu perih dan pilu hadapi menyebalkannya dunia, melebihi perih pilunya Anda, tetapi finish mereka seperti yang Anda kenang saat ini. Sebaliknya Qarun, finishnya juga seperti yang Anda kenang saat ini. Sebab itu tetaplah dalam kebaikan walau sepahit apapun karena finish mati itu bukan pilihan tetapi keharusan.
Karena dunia itu tempatnya kekeruhan, Anda yang hatinya sedang ingat dunia itu tandanya Anda garang, dendam, benci, ambisius, bangga, kecil hati, tega, jahat, rakus, marah, dan seabrek hati buruk lainnya sebab hati Anda disakiti terus menerus oleh dunia.
Dunia itu isinya manusia, ingat dunia itu artinya ingat manusia.
قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عَوْنٍ: «ذِكْرُ النَّاسِ دَاءٌ، وَذِكْرُ اللهِ دَوَاءٌ»
"Abdullah bin 'Aun berkata, "Ingat manusia itu penyakit. Ingat Allah itu obat."
Ingat manusia itu penyakit, ingat Allah itu obatnya. Lalu Allah itu siapa? Allah itu mati. Anda kan berasal dari Allah, lalu saat Anda mati itu Anda pulang kepada Allah, simbolnya innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji'ûn. Sehingga ingat Allah itu salah satunya dengan ingat mati.
Saya menuliskan ini karena kemarin membaca postingan singkat Mas Arif Rahutomo dimana beliau dengan istri kalau sedang saling memendam enek hati, sedang ada sengketa rumah tangga, lantas beliau dan istri, sadar untuk ingat mati. Beliau membangun kesadaran, "Lah kami tidak tahu, mungkin esok bangun tidur saya mati karena tidak ada yang tahu kapan mati akan datang. Kalau saya masih geram-geraman dengan istri, lantas saya mati dan belum sempat minta maaf, lah betapa menyedihkan? Pagi siang malam hanya didampingi istri, mati kok dalam keadaan bermusuhan?" Dengan ingat mati begitu, lantas hati Mas Arif reda, dan kembali sadar untuk berkasih sayang.
Coba andai hanya ingat kelakuan istrinya yakni ingat manusia, ya makin benci, makin marah, makin jengkel dan lainnya.
Karena itu sebenarnya tampak jelas sekali orang yang ingat Allah dan yang tidak, yang ingat mati dan yang tidak. Tandanya lihat ekspresi respons mereka terhadap peristiwa dunia. Kalau ngotot dan habis-habisan, penuh totalitas hadapi sumpeknya dunia, ya begitu itu tanda orang ingatnya pada manusia.
Sedang benci seseorang, habis-habisan menyerang dan mempropaganda. Sedang bersaing habis-habisan berusaha mengalahkan dan menjatuhkan. Sedang punya hutang adem-adem saja tidak komitmen melunasi, padahal kalau esok dia mati, bagaimana dengan hutangnya? Sedang butuh gaya hidup dibela-belain cicil mobil sampai 7 tahun, cicil rumah sampai 30 tahun. Sedang bingung penghasilan, dibela-belain jual kehormatan diri dengan mengemis-emis. Sedang marah dibela-belain menggunjing dan ghibah sawudelnya sendiri. Sedang haus harta dibela-belain menyakiti dan menzalimi orang, rakus dan menindas orang. Sedang iri dan dengki, saudara sendiri yang begitu menghormati ditelikung begitu saja agar tersingkir. Dan seterusnya.
Pokoknya kelakuan mereka yang ingatnya kepada manusia, mereka jadi lupa segala-galanya. Yang diingat manusia ya ketemunya dendam, marah, benci, tega, dan lainnya.
Mari kita ingat mati. Sejenak lupakan musuhmu, sejenak lupakan ambisimu, sejenak lupakan pencapaianmu, sejenak lupakan pengganggu hatimu, dan ingatlah mati. Ingat manusia itu menyakitkan.
Obatnya ingat mati. Dan ingat mati itulah ingat Allah yang sebenarnya.
كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا
"Dan ingatlah mati sebagai nasehat." (H.R. Baihaqi)
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
"Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah S.A.W bersabda padaku, “Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa membelanjakannya) nanti Allah akan menahan rezeki untukmu.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Belanjakanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya, nanti Allah akan berhitung rezeki kepadamu. Jangan kamu tutup rapat guci menyimpan makanan nanti Allah akan menutup rezekimu." (H.R. Bukhari)
Punya uang 100 ribu, lalu Anda pingin sate, saking khawatirnya uang menipis, lalu Anda tahan-tahan agar uang 100 ribunya tidak boncos. Di saat itu Anda bersikap menyimpan harta, dan di saat itu pula justru Tuhan menyimpan rezeki-Nya untuk Anda.
Ketika Anda menghitung pengeluaran dan pemasukan uang Anda, di situ pun Tuhan akan menghitung masuk dan keluarnya uang Anda. Saat itu rezeki Anda jadi pas-pasan.
Kenapa itu terjadi? Karena di dalam diri Anda ada identitas lain yang lebih kuasa dari Anda. Kalau Anda hitung-hitungan uang dengan diri Anda, Dia pun menghitung rezeki-Nya untuk Anda, kalau Anda menyimpan harta Anda, Dia pun menyimpan harta-Nya untuk Anda.
Karena itu pula kalau Anda berperasaan miskin, Dia pun berikan kemiskinan kepada Anda, kalau Anda berperasaan kaya, Dia pun berikan kekayaan-Nya kepada Anda.
وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّه
"Barangsiapa merasa kaya, maka Allah akan mengkayakan-Nya." (H.R. Muttafaq 'Alaih)
Jadi disini menjadi jelas, kalau Anda ingin Dia dermawan kepada Anda, maka Anda harus dermawan. Kalau Anda ingin Dia pelit, ya Anda pelitlah. Kalau Anda ingin Dia irit, ya Anda iritlah. Kalau Anda ingin Dia beri kekayaan, ya Anda bersikap dan berperasaanlah kaya. Kalau Anda ingin Dia memiskinkan Anda, ya Anda bersikap dan berperasaan miskinlah. Kalau Anda ingin Dia berhitung kasih rezeki kepada Anda, ya Anda hitung-hutunglah keluar-masuknya uang Anda. Dan seterusnya.
Ya ada sistem kemanunggalan antara uang Anda dan uang-Nya, karena hakikatnya diri Anda itu semu, yang Nyata dan Ada hanya Dia.[]
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
MAU RAIH CAPAIAN? PANTASKAN DULU LEVELNYA
Awal saya beli mobil masih harga 100 jutaan. Tentu lah pingin ganti mobil yang minimal menengah ke atas. Yang saya lakukan walaupun mobil harga 100 jutaan selalu saya isi Pertamax Turbo full tangki. Niat saya beli fasilitas mobil menengah ke atas dulu untuk memantaskan levelnya, nanti juga bisa beli mobilnya. Dan benar, 3 tahun kemudian saya ganti mobil.
Ayah mertua saya punya tanggung jawab mengembangkan gedung dan fasilitas pondok pesantren. Yang namanya beli bahan bangunan sudah seperti Anda beli sayuran, tiap hari harus belanja, dan itu terjadi sepanjang hayat beliau. Namun begitu beliau tidak punya hutang, cenderung kuat anti hutang.
Sejak nol begitu beliau punya cita-cita kembangkan pondok pesantren yang padahal modal juga tidak pegang, uang juga belum punya, beliau melatih diri memantaskan levelnya. Beliau melatih diri dari yang terkecil, walaupun bisanya beli semen satu sak, beliau lakukan, tiap hari sekecil apapun kemampuan beli bahan bangunan, beliau lakukan. Bisanya cuma pelihara satu karyawan bangunan, beliau lakukan.
Dan hasilnya sekarang beli bahan bangunan sudah seperti beli sayuran, dan bangun gedung nilai milyaran sudah seperti bangun gubukan sawah.
Saya banyak kenal traveller dunia, yang kerjaannya keluyuran luar negeri. Resepnya mereka upgrade dulu kepantasan levelnya dari yang terkecil, paspor jangan sampai mati. Pergi ke luar negeri atau tidak, paspor tetap dihidupkan.
Bahkan ada cerita teman saya yang pingin sekali umrah, beliau memulainya dengan bikin paspor wisata, lalu paspornya dihidupkan terus, padahal daftar umrah juga belum, cuma punya modal pingin umrah. Dan betul, selang 3 tahun kemudian dia umrah.
Dulu saya tidak pernah gambarkan diri saya bisa tiap bulan naik pesawat, keluar masuk hotel, keluyuran dari satu kota ke kota lain, dibayar lagi keluyurannya, dan punya relasi besar dengan kalangan metropolis, karena saya sebenarnya cuma anak desa, lagi pula anaknya orang miskin.
Bagaimana saya mencapai kesana? Saya memulai dari memantaskan levelnya. Dulu saya memulai dari menulis buku, tidak peduli bukunya terbit atau tidak, ada uangnya atau tidak, saya menulis dan menulis. Bahkan saya hingga dicaci maki tetangga di desa karena kerjaannya di dalam kamar, duit tidak punya, dikira saya tukang tidur-tiduran. Padahal di kamar saya sedang kerja keras menulis di depan komputer rusak, waktu itu masih komputer pantium 3, dan itupun komputer butut bekasan.
Jadi sebelum Anda sampai di levelnya, pantaskan diri dulu berada di level tersebut dengan usaha sekecil apapun yang bisa Anda lakukan. Karena yang namanya niat itu harus muqaranan bi fi'lihi (berbarengan dengan pelaksanaan kerja). Anda niat shalat, tetapi tidak pantaskan level untuk shalat, niat shalat tapi Anda tidak ambil wudhu, tidak tutup aurat, tidak hadap kiblat, tidak memulai takbiratul ihram, lalu bagaimana Anda sampai di level shalat?
Pantaskan dulu levelnya dengan berkeinginan, lalu mulai dari yang terkecil dan tersederhana, dan konsisten jalani.
Dibuka Kembali
SERVO PROSPERITY BATCH 8
Ada tak Terbatas, Cukup Tiada Batas
Anda sering mengamati, tidak? Misal, hari ini Anda berangkat kantor jam 06.45, secara auto besok terulang lagi, esoknya lagi begitu lagi, dan terus sampai beberapa waktu.
Dan suatu saat Anda berangkat kantor 06.30, hal serupa di hari-hari berikutnya juga begitu.
Bukan cuma waktu, tubuh Anda pun punya jam biologis yang selalu merekam aktifitas hidup Anda.
Umpama hari ini jam 09.00 pagi Anda belum lapar dan belum ingin sarapan, besok terulang lagi dan polanya terus bertahan dalam beberapa waktu.
Umpama lagi hari ini Anda lapar di tengah malam, besok polanya terulang lagi.
Tubuh Anda punya jam biologis, maka ini wanita haid punya daur (pengulangan pola) darah haid yang cenderung serupa di beberapa waktu. Misalkan, bulan Agustus keluar darah aktif selama seminggu, berhenti sehari, lalu keluar darah lagi di hari berikutnya, hal itu akan terulang lagi di bulan-bulan selanjutnya.
Alam semesta ini ada mekanisme auto pengulangan dengan kejadian serupa, bukan hanya di dalam ruang dan waktu, di dalam tubuh Anda pun punya jam biologis.
Rezeki juga membentuk mekanisme auto yang sama.
Umpama, hari ini Anda bingung, ada kebutuhan mendesak tapi duit belum ada, hal itu pun akan terulang lagi di lain waktu dan terulang lagi.
Karena belum ada uang akhirnya hutang kanan-kiri, irit kanan kiri, dan seterusnya.
Percaya tidak? Cara atasi masalah finansial demikian akan terulang-ulang, bahkan terekam dalam jam biologis Anda.
Mau terus seperti itu? Itu yang namanya hidup sekali disiksa duit seumur-umur.
Banyak orang menghapus kebutuhan hidupnya, ujar-ujar meringankan beban finansial, namun ia tidak sadar akan sistem servo alam semesta dimana pengulangan pola terjadi, ketika satu kecukupan kebutuhan diefesienkan dengan batasan pas-pasan, pola yang terulang adalah rezeki pas-pasan.
Ingat! Ruang, waktu, dan tubuh Anda merekamnya, selanjutnya akan diulang lagi pada episode hidup selanjutnya. Akhirnya hidup sekali hanya untuk mengulang-ulang kekurangan.
Servo Prosperity Online Class; kelas training ini mengajari Anda bagaimana Anda mem-play pengulangan kemakmuran hidup.
Ngapain mengulang-ulang kekurangan, padahal pola rezeki alam semesta ini "ada tak terbatas, cukup tiada batas"? Untuk tahu ilmunya, selama sebulan penuh saya mementori training ini.
INFO & PENDAFTARAN
- Durasi waktu : 20 hari dengan sistem sambian aktifitas sehari-hari
- Start kelas tanggal 11 Juni 2023
- Media training : Telegram dan Youtube Private
- Biaya : 1000K
Narahubung Registrasi :
WA 0817 230 2992
Atau klik: http://bit.ly/gusmnbanan
Lah iya, Ferdy Sambo yang duitnya tajir seketika ambruk jadi orang miskin tak berdaya hanya karena ia berenergi miskin terlalu kuat, nyawa orang dia minta. Hasilnya dia yang punya jabatan tinggi kalah oleh keluarga Brigadir Josua yang ibunya hanya seorang guru honorer. Orang meminta energinya sangat lemah.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَكْرَمِ أَخْلاَقِ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؟ تَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ وَتُعْطِى مَنْ حَرَمَكَ وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ
Nabi SAW bersabda; “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia dan diakhirat? Memberi maaf orang yang menzalimimu, memberi kepada orang yang menghalangimu dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu.” (H.R. Baihaqi)
Namun ya begini, orang Jawa bilang, "Ngono yo ngono ning yo ora ngono" artinya begitu ya begitu tetapi tidak begitu. Trik agar lebih kaya dan lebih kuasa di atas memang begitu, namun di situasi tertentu ada situasi yang Anda terkadang perlu ngamuk juga.
Situasi tersebut seperti ketika Anda menghadapi orang yang otaknya cuma isi separo, otaknya itu tidak penuh oksigennya. Diberi kebaikan, malah dia ngelunjak-ngelunjak seenaknya. Makin dibiarkan, eeh makin semaunya berbuat seenak sendiri. Ya model orang begitu benar energinya sudah miskin, sudah sangat lemah, tetapi otaknya cuma isi separo jadinya sudah miskin tapi berlagak seperti orang kaya berkuasa yang selalu memberi. Dan seterusnya.
Kadang hadapi yang begitu ya Anda sekali waktu harus menaklukannya dengan perlawanan. Ibarat mematahkan besi itu harus dengan gorok bergigi kecil, namun kalau harus mematahkan baja besar ya harus dilelehkan dengan api sekalian.
Contoh Anda di jalan sepi sedang di mobil lalu dihadang begal, lantas begalnya Anda tabrak sekalian. Di situ Anda melawan keras, sebab terpaut dengan keselamatan harta dan jiwa Anda. Misal lagi bangsa Anda sedang dijajah, lantas Anda memberontak agar bangsa Anda merdeka, ya itu namanya misi perjuangan pahlawan.
Jadi begitu ya begitu, tapi tidak begitu juga, sekali waktu ada situasi dimana Anda sudah mengalah, diam, neriman, sudah utamakan berbuat baik, tapi otak si penzalim memang cuma isi separo sehingga masih menginjak-injak, lalu Anda menyingkir dan menjauh masih diinjak-injak terus, ya di situ Anda harus berani melelehkannya dengan api seperti sedang memotong baja besar.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
UANG KELUAR SESUAI JALAN MASUKNYA
Ada kaidah mengatakan;
خرج المال من حيثما دخل
Bahwa uang itu cara keluarnya sesuai cara masuknya. Artinya bagaimana cara uang itu keluar itu indikasi bagaimana cara uangnya masuk.
Kaidah tersebut hukum alami saja. Makanan yang masuk ke dalam tubuh saya, keluarnya pun dari tubuh saya pula, tidak mungkin makanan masuk lewat mulut saya, lantas keluarnya lewat anus orang lain. Anak masuk ke rumah Ganjar Pranowo, keluarnya pun harus dari salah satu pintu rumahnya. Uang keluar sesuai cara masuknya, itu hukum paten alam.
Jika uang masuk dengan cara kotor, keluarnya pun dengan cara itu juga, jika uang masuk dengan cara-cara bersih, keluarnya pun dengan cara itu pula.
Anda sulit menemukan penjudi, pembegal, koruptor, perampok, dan lainnya yang berkemampuan keluarkan uang untuk hal-hal yang shaleh. Keluarnya uang mereka untuk kabur lari polisi, main wadon, dunia malam, dan lainnya. Tidak ada datanya uang haram bisa konsisten untuk biayai perlombaan dalam kebaikan. Kalaupun mengalir untuk kebaikan, itu hanya sekedar bermain ilusi saja, misal penjudi amal jariyah untuk pembangunan masjid ya sekedar bermain ilusi prasangka orang, aslinya sekedar tutupi cacat, cari panggung dan cuci diri.
Uang keluar sesuai cara masuknya bukan cuma masuk dengan cara haram maka akan keluar untuk hal yang haram saja, namun lebih jauh dari itu energi berkah atau tidaknya uang yang masuk, juga bisa terindikasi dari tingkah cara keluarnya uang.
Banyak artis terkena Narkoba dan kawin cerai itu karena cara masuknya uang mereka dari dunia glamour. Dunia glamour itu dunia yang dunia penuh glamour, hura-hura, suka cita, namun itu hanya ilusinya saja, hakikatnya adalah dunia kegelisahan, kegersahan, dan duka lara yang jauh dari ketenangan hati dan bahagia. Iya, orang lain sedang istirahat di malam hari, bahkan sebagian ada yang gunakan untuk bermunajat dengan Tuhannya, di dunia glamour waktu tersebut sedang digunakan untuk menarik uang di dunia gemerlap malam. Masuknya dengan jalan itu, keluarnya pun untuk jalan itu pula sehingga ketika mencoba mengonsentrasikan uang mereka sekedar untuk nafkahi istri halal sudah tidak berkemampuan lagi, malah uangnya lari untuk nafkahi selingkuhan.
Tentu tidak semua artis seperti itu, karena yang berkarir di dunia hiburan tetapi meraih dengan cara profesional juga banyak, artis yang terjebak kawin cerai, selingkuh, narkoba dan dunia gemerlap lainnya itu tentu artis yang dominan hidup gemerlap daripada hidup dengan profesionalitasnya.
Orang rakus itu orang yang cara masuknya uang dengan jalan memeras orang lain, maka jalan keluar uangnya pun untuk memeras dirinya sendiri. Arah keluarnya energi uang justru bukan mengkayakan dirinya dan keluarganya, namun malahan untuk memiskinkan dirinya dan keluarganya. Ya contoh kecilnya saking rakusnya dengan uang dia memperdaya saudaranya agar tanah milik saudaranya menjadi miliknya dengan merampas dan memalsukan akte tanah, nanti jalan keluar uangnya pun ya paling-paling untuk biayai pelanggaran hukumnya menjadi mafia tanah. Sesudah dia dihukum, karena ia telah merampas hak orang lain, dia masih harus ganti rugi kerugian yang dialami korban. Kan keluarnya harta malahan untuk hal-hal yang memiskinkan dirinya?
Uang keluar sesuai jalan masuknya, makanya kalau keluarnya pelit dan irit, itu jalan masuknya juga sedikit, kalau keluarnya dermawan, itu jalan masuknya juga penuh kelonggaran, kalau keluarnya happy, masuknya pun happy.
Sejauh mana energi keberkahan uang Anda, perhatikan jalan keluar uangnya. Jalan keluarnya itulah indikasi bagaimana jalan masuknya.
JANGAN KAGET! DI BALIK POWER WANITA KUAT
Alkisah ada sepasang suami istri. Mereka menikah sesudah selesai S1, keduanya sama-sama PNS. Si istri konsentrasinya pada karir kepegawaian lebih fokus, minatnya lebih kuat dari suami, ia pun sangat mementingkan selesaikan S2-nya agar pangkat kepegawaiannya naik. Selesai S2, dengan dukungan prestasi kerjanya, si istri naik pangkat.
Tak sampai 5 tahun, si istri dapat beasiswa S3 di Jepang untuk menunjang karirnya. Anak baru 2, satu sudah SD, satunya baru 2 tahun. Mau tinggalkan suami dengan 2 anak kecilnya untuk kuliah S3 di Jepang, tidak mungkin. Tidak ambil S3-nya juga sangat sayang karena itu bagian dari impian terbesarnya.
Suami dan anak-anak mau dibawa ke Jepang, resikonya suami harus resign kerja, hanya anak-anak yang dibawa juga tidak mungkin suaminya ditinggal sendirian di Indonesia.
Akhirnya diputuskan suami resign PNS, dan sekeluarga ke Jepang, dengan pertimbangan suami bisa cari kerja di Jepang.
Di Jepang, suami mau melamar kerja usianya sudah kadaluarsa, mendekati 40 tahun. Ia ingin wirausaha tapi bingung mau mulai dari mana. Beberapa kali mencoba bisnis masih gagal-gagal terus.
Namun mau bagaimana lagi, daripada menganggur hanya urusi anak-anak, walaupun bisnis kecil-kecilan tetap ia jalani dengan telaten. Dan keadaan tersebut terus berjalan hingga S3 istri selesai.
Sepulang ke Indonesia, istri yang sudah kantongi S3, naik jabatan lagi. Karirnya moncer. Namun bersamaan dengan itu, karir suami tidak jauh beda seperti di Jepang, berputar bisnis kecil-kecilan tidak seberapa.
Cerita di atas hanya ilustrasi, tapi Anda amati, hal seperti di atas rata-rata terjadi kan? Saat istri powernya naik dan terus menguat, si suami justru powernya melemah? Ya walaupun si suami bukan laki-laki pengecut yang senang numpang hidup, namun entah kenapa, powernya untuk karir jadi melemah, sistem alam sepertinya tidak mendukung ia berkarir sehingga benar-benar sangat berat untuk peroleh karir gemilang.
Lalu sebenarnya ada peristiwa energi apa di balim itu semua, kenapa di saat istri powernya menguat, suami powernya justru melemah?
Alam semesta itu diciptakan berpasang-pasangan (zaujain).
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ - ٤٩
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah)." (Q.S. Az-Zariyat : 49).
Zaujain atau pasang-pasangan yang kemudian dalam filsafat China disebut Yin Yang, dalam Hindu disebut Lingga Yoni.
Berpasang-pasangan itu bukan berjodoh-jodohan, maka ini banyak orang tidak temukan jodoh, karena soal penciptaan berpasangan itu bukan soal berjodohan.
Dari sistem zaujain lantas bersistem satu pasangan dikuatkan, satu pasangan dilemahkan. Siang berpasangan dengan malam, siang terangnya dikuatkan, malam terangnya dilemahkan. Matahari berpasangan dengan bulan, matahari cahayanya dikuatkan, bulan dilemahkan. Mata kanan berpasangan dengan mata kiri, mata kanan dikuatkan bidikannya, mata kiri dilemahkan. Tangan kanan berpasangan dengan tangan kiri, tangan kanan dikuatkan ototnya, tangan kiri dilemahkan. Dan seterusnya.
Dan laki-laki berpasangan dengan wanita, laki-laki dikuatkan otot dan mentalnya, wanita dilemahkan, karenanya laki-laki kodratnya berperan pemimpin bagi wanita, pemimpin jelas dicipta lebih tangguh segalanya baik fisik maupun emosi, baik otot maupun mental.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah mengunggulkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita).” (Q.S. An-Nisâ' : 34).
Karena sistem zaujain ini, mau tidak mau, ketika tangan kanan dikuatkan, maka tangan kiri melemah, ketika siang dikuatkan cerahnya, maka malam dilemahkan. Ketika laki-laki moncer power karirnya, maka perempuan akan melemah. Mungkin banyak perempuan punya karir di luar urusan keluarga, tetapi perannya sebatas tangan kiri yang dampingi peran kerja tangan kanan.
Maka ini pula, ketika Anda mengetahui kesalahan dan keburukan orang lain jangan berlebih dalam mempropaganda, lambat laun kesalahannya akan jadi milik Anda. Sebaliknya, ketika Anda di posisi salah, banyaklah diam. Dengan diam kesalahan akan terurai tanpa meninggalkan masalah.
Bukankah segala sakit dan luka akan cepat pulih ketika dibawa diam dan istirahat? Sebab itu energi pemulih tercepat dalam luka permusuhan adalah diam.
Luka permusuhan kok banyak dibawa gerak dengan propaganda, ghibah, mengolok, mengfitnah, menjatuhkan, debat, ngelabrak ya luka Anda sendiri yang makin menganga parah.
"Harta itu agar dibelanjakan, bukan untuk diatur-atur agar selalu dimiliki, itu amanah-Nya. Jangan cacati amanah-Nya." - Gus Banan
Seminar Pemberdayaan Diri
ELING SUGIH
Purwokerto | Minggu, 4 Juni 2023 | Cor Hotel Purwokerto
Speaker :
GUS BANAN
Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker | Kepala Pusat PP Darul Abror Purbalingga Jateng
AGUS SUKOCO
Novelis | Budayawan Banyumas | Penutur Spiritual Pemberdayaan Diri
Materi :
- Gus Banan : Frugal Living; Hemat Pangkal Miskin
- Agus Sukoco : Unlock Pengubah Nasib
Segera Daftar!
Klik : https://www.bit.ly/ElingSugih
WA : 0857 7555 9979 (Wahyu)
ELING SUGIH
Anda tidak pernah melihat sesuatu yang berlimpah lantas dihemat-hemat. Anda mandi di tengah sungai yang berlimpah air apa lantas berpikir hemat pakai airnya? Karena itu hanya orang yang merasa berkekuranganlah yang akan berpikir dan bersikap hemat.
Rasa berkekurangan itu rasa syukur, bukan? Syukur sendiri rasa diberi berkelimpahan nikmat, lah merasa berlimpah kok berpikir hemat? Konyol kan?
Sementara kalau tidak syukur (kufur) tidak sekedar diturunkan rezekinya, malahan innâ 'adzâbî lasyadîd (terima azab pedih). Jadi hemat itu bisa memicu azab pedih turun, musibah bertubi.
Anda ikut seminar pemberdayaan diri berbayar ini, Anda akan menyesal menjadi penghemat, Anda akan berkata, "Kok tidak dari dulu ya saya happy keluarin uang?"
Sekarang puasa itu tindakan hemat, bukan? Ya jelas tindakan hemat. Borosnya makan minum dari fajar hingga Maghrib dihemat hebat. Terus puasa itu buruk, tidak? Kalau buruk ngapain diwajibkan puasa Ramadhan.
Muter-muter, ya? Yuk biar Anda tidak terjebak hemat pangkalnya miskin, ya sekalipun Anda berhemat tetapi hemat yang elegan di depan Tuhan, ikuti saja seminar berbayar di kota Purwokerto ini.
Hanya 3 jam bersama saya dan Agus Sukoco; Novelis dan Budayawan Banyumas, pembicara publik yang sudah punya jam terbang tinggi akan berbicara "Unlock Pengubah Nasib".
Info dan pendaftaran:
https://www.bit.ly/ElingSugih
Energi kaya selalu begitu, digemari orang untuk mendekat.
Kenapa banyak orang mendekat dan mengerubuti? Ya karena mereka merasa kalau dirinya mendekat kesana maka ia akan peroleh sesuatu, ibarat tamu si tuan rumah tahu kalau ia peroleh oleh-oleh istimewa karenanya ia antusias temui tamunya.
Dan Anda jangan salah menafsirkan energi kaya hanya sebagai energi kesalehan, karena di sini adalah alam material, energi-energi yang materialistik pun menarik orang untuk datang. Ya Anda cewek dengan paras cantik, tentu sering dikerubuti cowok, karena paras cantik itu bagian dari energi kaya. Maka ini jangan heran, para artis yang kerap centilan mereka dikerubuti banyak fans karena mereka punya energi kaya yaitu popularitas.
Energi miskin itu ditandai kehadiran Anda bikin sumpek dan pegel orang di sekitar Anda, orang di sekitar Anda jadi enggan mendekat sebab energi Anda masih seperti vacuum cleaner; menyerot energi orang lain.
Loh kenapa berenergi miskin begitu? Ya banyak persoalan yang tidak bisa Anda bayar lunas. Punya cita-cita tidak dituntaskan tercapai, berhenti di tengah jalan. Punya tanggung jawab tidak dilunasi sebaik mungkin. Punya penderitaan tidak bisa bayar dengan sabar dan perjuangan. Dan seterusnya. Karena banyak yang tidak lunas, akhirnya energinya punya banyak hutang yang tak bisa dibayar. Orang banyak hutang, boro-boro bisa seperti tamu yang kasih energi oleh-oleh banyak ke tuan rumah, tidak menumbuki si tuan rumah dengan masalah beratnya sudah lumayan.
Cara lepasnya bagaimana? Ya lunasi bayarannya. Konsisten lagi membayar dengan jerih payah apa yang belum tuntas tanpa kenal putus asa.
Di video bawah ini adalah contoh bagaimana seseorang punya energi kaya powerfull, dan pasti orang di video ini power bayarnya selalu lunas, dan bahkan mungkin lebih.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
SADAR NILAIMU DI ATAS UANG
Selamat Hari Raya Waisak 2023 M/2567 BE
Anda amati bagaimana sikap umat Budha menyerahkan harta mereka kepada para biksu Sangha. Mereka menyerahkan harta dengan rasa rendah hati tinggi, terlihat dari cara mereka memposisikan badan di depan para biksu.
Video yang saya unggah adalah rekaman upacara Pindapata yang merupakan salah satu wujud umat Buddha untuk melaksanakan ajaran Buddha. Selain berdana makanan kepada biksu Sangha, dalam Pindapata juga diajarkan untuk rendah hati serta mengucapkan syukur dan berterima kasih.
Aneh, tidak? Kalau Anda sedekah, siapa yang terima kasih dan merendahkan hati? Si penerima sedekah yang terima kasih dan merendahkan hatinya, ataukah si pemberi sedekah yang terima kasih dan merendahkan hati?
Dalam upacara Pindapata umat Budha terbalik, justru umat sebagai pemberi harta malah yang berterima kasih dan merendahkan hatinya.
Kalau Anda memberi sedekah, apa iya Anda berterima kasih dan merendahkan hati kepada si penerima sedekah? Ya tidak. Yang terima kasih dan merendahkan hatinya ya mereka yang terima sedekah.
Itu derajat Anda sebenarnya sebagai manusia di depan harta yakni Anda dihormati harta, dan harta seharusnya merendahkan diri di depan Anda.
Ya karena siapa sih makhluk tertinggi yang diciptakan Tuhan? Makhluk tertinggi itu adalah manusia. Makanya seluruh alam semesta tercipta untuk layani manusia.
Harta itu pelayan manusia. Pelayan itu harusnya merendahkan hatinya apa meninggikan hatinya kepada rajanya? Karena itu kedudukan harta sebenarnya adalah merendahkan hati di depan manusia sebagai rajanya.
Lalu kenapa ketika Anda terima bantuan sosial, terima sumbangan, malahan Anda sebagai penerima yang harus berterima kasih dan merendahkan hati? Seokah si pemberi bantuan adalah yang terhormat dan berjasa, dan Anda sebagai penerima sebagai orang bawahan? Terbalik dari para biksu saat upacara Pindapata?
Ya karena jiwa Anda yang tidak berkualitas sehingga dengan pelayannya saja yakni harta, Anda berposisi merendahkan hati, bahkan ada yang hingga merendahkan diri.
Para biksu itu orang-orang yang punya komitmen besar menggapai kebijaksanaan dan kesadaran darma tinggi hingga mereka merelakan melepas semua urusan duniawi dan memilih hidup asketik. Demi mencapai impian tersebut mereka dengan komitmen besar menjalani aneka latihan tempaan jiwa yang keras.
Ambilah contoh para bhante Thailand yang kemarin jalani ritual Thudong yakni meditasi dengan jalan kaki puluhan ribu kilometer, mereka jalan kaki dari Thailand menuju Borobudur untuk rayakan Waisak. Itu mereka lakukan hanya untuk uji kualitas keyakinan, kualitas tekad, kualitas keberanian, kualitas meditasi, dan keteguhan-keteguhan jiwa lainnya.
Kaki mereka hingga bengkak-bengkak dan pecah-pecah, kulit tubuh mereka menghitam, otot-otot kaki kram dan trauma, mereka tetap konsisten dengan tekadnya. Bahkan mereka jalan kaki dengan bekal sekedarnya, makan dan minum, tidur dan istirahat dengan fasilitas ala kadarnya. Sebegitu keras dan terjal perjuangan mereka untuk berjalan ke dalam diri.
Perjuangan mereka ke dalam diri yang begitu jauh jadikan jiwa mereka kuat. Bahkan mereka sesudah jalani ritual thudong, mereka berusaha keras mengalihkan pikiran mereka untuk sekedar berpikir menyesali diri telah memilih thudong sebagai ritual menuju dharma, semisal berpikir, "Kenapa kemarin ke Borobudur tidak naik pesawat saja? Kenapa saya mau-maunya ikut-ikutan begini?" Dan pikiran lainnya yang bisa melemahkan tekad.
Jiwa mereka kokoh, sebab itu sekalipun sebenarnya mereka mungkin secara materi tidak punya apa-apa, hanya secangking tas dan jubah biksu yang melekat, tetapi mereka terhormat di depan harta, dan terlihat nyata harta benda merunduk hormat. Para biksu yang terima bantuan harta, eeh yang terima kasih dan rendahkan hati malah yang memberikan harta. Terbalik. Tapi itulah desain sebenarnya kedudukan Anda di depan harta.
Anda banyak yang jiwanya terlalu dimurahkan di depan harta, itu penyebab harta yang datang kepada Anda malahan menggagahi diri Anda yang mulia.
AYO BAYAR QURBAN
DI PONDOK PESANTREN DARUL ABROR PURBALINGGA JATENG
Sudah beberapa tahun telah saya buka pembayaran qurban online untuk Pondok Pesantren Darul Abror Purbalingga. Dan tahun ini saya buka kembali.
Pondok Pesantren Darul Abror Kedungjati, Bukateja, Purbalingga, Jateng, memiliki sekitar 1000 santri yang diasramakan di pondok pesantren, dan sekitar 1500 pelajar di bawah naungan sekolah pondok pesantren dari TK hingga SMK.
Bagi Anda yang ingin turut serta memakmurkan para santri melalui pembayaran sunah qurban, silakan konfirmasi ke watshapp saya yang saya cantumkan di bawah.
Hari Raya Idhul Adhha tahun ini insya Allah jatuh pada Kamis, 29 Juni 2023.
Sapi 1/7: 3,5 juta. Kambing: 3,5 juta.
Informasi dan konfirmasi:
Gus Banan 0818 759 617
http://bit.ly/qubanPPDA
Terima kasih.
Hormat Kami,
Pengasuh P.P. Darul Abror
- K.H. Abror Mushodiq
Kepala Pusat P.P. Darul Abror
- Gus Muhammad Nurul Banan
MISKINNYA ORANG MISKIN VS MISKINNYA ORANG KAYA
Kemiskinan itu karena tidak mampu bayar. Mau beli Pepsodent tak ada uang, jadinya tidak punya alias miskin Pepsodent kan?
Seperti sering saya sampaikan, dari awal kehidupan penyebab miskin memang karena lemahnya daya bayar seseorang. Katanya punya cita-cita ingin rezeki lancar, lah dagang baru 3 bulan sudah berhenti dengan alasan ini itu, dia tidak kuat membayar harga cita-cita ingin rezeki lancar. Katanya ingin punya masa depan cerah, eeh disuruh sekolah malah sibuk dengan cinta dan asmara, ia tidak kuat membayarnya. Katanya punya keinginan jadi orang shaleh, eeh Tahajud 2 minggu sudah terhenti, dia tidak kuat membayar. Katanya ingin naik jabatan, eeh sering bolos kerja, dia tidak lunas membayar. Dan seterusnya.
Semua kemiskian karena lemahnya daya beli, lemahnya daya bayar, persis sama seperti keinginan Anda memiliki kekayaan berupa Pepsodent.
Lebih miskin lagi ketika harus hutang dan tidak mampu melunasi. Ini sudah kemiskinan level tinggi, karena tidak hanya kebutuhan hidupnya yang tak terbeli dan terbayar, namun malah ia ambil milik orang lain untuk mencukupinya. Jika ia tetap tidak sanggup melunasi hutangnya, ya sudah ia tidak sekedar tidak memiliki apa yang belum dia bayar, namun malahan ia harus kehilangan apa yang sudah dimiliki guna bayari energi hutang yang belum terbayar.
Jadi itulah miskinnya orang miskin itu daya bayar dan beli yang memang lemah.
Beda dengan level miskinnya orang kaya. Orang kaya itu daya beli dan bayarnya tinggi. Mau miliki mobil, dia sanggup membayarnya, mau miliki tanah, dia juga sanggup membayarnya.
Demikian pula sejak awal kehidupan daya bayar dan belinya dengan kehidupan juga tinggi. Mereka punya cita-cita apapun pantang menyerah dengan kendala dan kesulitan. Sebuah keinginan dibutuhkan disiplin waktu, mereka membayarnya lunas dengan benar-benar disiplin waktu. Punya cita-cita menjadi orang terhormat dengan ilmu, mereka konsisten sekolah dan belajar, relakan hidup mereka menjadi kutu buku. Punya-punya cita-cita jadi pengusaha, ya benar-benar dijalani konsisten dari nol dengan kreatif, inovatif, amanah, dan terus mau belajar. Dan ketika punya cita-cita ingin diterima taubatnya oleh Tuhan juga demikian, mereka konsisten membayarnya dengan lunas, ibarat ditugasi shalat Taubat dan istighfar tiap hari ya betul-betul dijalani dengan keteguhan konsistensi. Dengan waktu sangat menghargai, dengan amanah sangat menghargai. Orang kaya itu tinggi daya bayarnya sehingga daya belinya juga tinggi.
Lalu dimana kemiskinannya orang kaya? Begini, berada di puncak gunung yang tinggi itu susah sekali untuk merasa, mendengar dan mengetahui keadaan di bawah. Padahal apa iya ada kehidupan kongkrit di puncak gunung? Misal di puncak gunung Lawu, apa di sana ada perumahan warga? Ada sinyal handphone? Ada pasar? Tidak ada. Realita kehidupan konkrit ya di lereng gunung Lawu dan di dataran rendahnya.
Makanya orang kaya itu kerap terjebak ekpektasi tinggi akan dirinya, bahwa dirinya sangat berharga, dirinya sangat baik, dirinya tak terkalahkan, dan lainnya. Dari keadaan hati itulah dia kemudian seperti tuli dan buta untuk melihat kehidupan konkrit di bawah.
Karenanya bicaranya tinggi, punya percaya diri tinggi, karena memang hati mereka sedang berada di ketinggian, mereka merasa kuasa mengatur, kuasa mengendalikan, mengontrol dan memimpin, dan merasa berprestasi.
Nah kondisi hati ini yang kalau tidak terkontrol bisa jadikan mereka turun ke area bawah, menjadi kemiskinan, sebab sesuatu yang sudah berada di ketinggian tidak ada pilihan lain selain turun ke bawah. Kalau mereka tidak menyadari, ya alam semesta akan memaksa mereka turun. Gampangnya, situasi hati tinggi yang tidak terkontrol akan menarik mereka dalam kemiskinan nyata.
Mereka sedekah tapi dengan getaran kebanggaan diri. Mereka membantu orang tetapi dengan getaran menyombongkan diri. Mereka peduli tetapi ego tinggi mereka tampak sekali.
Inget event ini ga?
Ayo daftar saya mau habis-habisan membedah frugal living, mumpung seminar, durasi waktu ga lama.
Htm : 300K
Info dan pendaftaran:
https://www.bit.ly/ElingSugih
AKADEMI HATI; lNGAT MANUSIA ITU PENYAKIT
Kehidupan dunia itu karakternya serba salah. Miskin direndahkan dan dihina, rasanya pegel. Lalu usaha untuk berubah, eeh disepelekan dan dipandang sebelah mata. Anda dianggap orang remeh yang tidak mungkin sukses. Setelah sukses, banyak yang sakit hati dan tidak rela dengan perolehan Anda. Yang selevel suksesnya menjadi kompetitor, yang level suksesnya di bawah Anda mencoba jatuhkan Anda dengan iri dengkinya, yang level suksesnya di atas Anda masih saja menyepelekan.
Sakit hati dan pegel itu realita kehidupan dunia. Anda mengurusi dunia isinya capek dan rintangan berlapis, bertemu resiko berat, Anda mencoba hanya konsisten kepada Allah seperti dinasehatkan di dalam tasawuf, ya punya konsekuensi sama, yang muncul ujian-ujian meresahkan yang juga resiko berat.
Anda menjomblo punya banyak masalah, Anda menikah juga punya masalah berat. Anda kaya dinyinyiri sombong dan bangga, Anda miskin dinyinyiri katanya tak mau usaha.
Jangankan kehidupan reel seperti di atas, bikin konten media sosial saja begitu, isinya sakit hati melulu. Konten sepi, sakit hati tidak laku, konten viral, sakit hati dicaci maki netizen, konten biasa-biasa saja, sakit hati merasa tidak puas.
Anda makan mengundang penyakit, puasa pun mengundang penyakit. Kurang air putih jadikan dehidrasi dan ginjal, minum air putih full, pipisnya seperti kran tak ditutup.
Anda pelit, uangnya mengamuk-amuk memaksa jebol, Anda dermawan eeh setelah konsisten dermawan, ujian-ujian hebat datang untuk menguji Anda ridha atau tidak dalam berbuat derma.
Anda sedang sedikit ada kelonggaran hidup, lantas nafsunya melunjak-lunjak, bangga, dengki, rakus, merendahkan orang, selanjutnya lupa diri. Setelah lupa diri, hidupnya sempit kembali. Dalam keadaan sempit hidup, Anda ingat diri, kontrol diri lebih baik, tapi hati sumpek dan penuh resah tekanan.
Anda berinteraksi sosial aktif jadi punya banyak masalah karena kebanyakan berurusan dengan orang lain, Anda membatasi pergaulan katanya sombong dan eklusif.
Anda hidup hanya bersenang-senang, hura-hura dan happy, jadinya tidak punya kemuliaan, masa depan rusak. Anda terlalu prihatin membangun masa depan, jadi mudah stres dan cepat menua karena terlalu serius. Mau dibikin biasa-biasa saja, tidak terlalu serius dan tidak terlalu senang, hasilnya di masa depan juga biasa-biasa saja.
Sumpek. Mumet. Stres. Sakit hati. Itulah isi dunia. Saya kerap menggunakan kata hikmah milik Ibn Athaillah dalam kitab Al-Hikam,
لَاتَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ اْلأَكْدَارِ مَادُمْتَ فِى هَذِهِ الدَّارِ. فَإِنَّهَا مَاأَبْرَزَتْ إِلَّا مَاهُوَ مُسْتَحِقٌّ وَصْفِهَا وَوَاجِبُ نَعْتِهَا
"Selama engkau berada di dunia ini janganlah terkejut dengan adanya kekeruhan. Sesungguhnya kekeruhan muncul hanyalah karena memang menjadi sifat pantasnya dunia dan karakter aslinya."
Ya tempat kekeruhan itulah keaslian karakter kehidupan dunia, makanya serba menyakitkan, menjengkelkan dan bikin geram hati.
Kenapa sedemikian menyakitlan? Karena alam dunia ini adalah alam proses. Anda mau berjalan di sisi manapun di dalam kehidupan dunia ini ketemunya resiko masalah dari karakter keruhnya dunia. Sana-sini bertemu masalah, sana-sini bikin kesal.
Dan mau berdarah-darah sehebat apapun yang namanya alam dunia ya hanya proses. Dijalani dari arah manapun finish-nya cuma satu, yaitu mati.
Di alam kematian barulah segala kekeruhan berhenti. Sesudah mati, Anda tak terkoneksi interaksi lagi dengan alam dunia, disitu Anda baru berhenti tidak menjadi masalah bagi dunia dan tidak bermasalah lagi dengan dunia.
Paling Anda tinggal dikenang di hari pertama kematian, pelayat masih ada, suasana juga masih suasana duka. Lalu Anda dikenang lagi di hari ke-3, hari ke-7, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000 dengan tahlilan seadanya, itu saja hanya di sebagian adat masyarakat. Sesudah itu secara bertahap seiring berjalannya waktu Anda dilupakan dunia. Hanya segelintir nama manusia yang tetap dikenang oleh dunia yakni mereka yang punya nama besar, selebihnya—dan malah kebanyakan—dilupakan begitu saja oleh dunia.
MANUNGGAL UANG DENGAN-NYA
Wujud diri Anda itu semu, disebut ada ternyata tiada, disebut tiada ternyata ada.
Coba Anda puja-puji diri Anda sendiri di depan orang lain bahwa Anda hebat, cantik, mempesona, Anda dicibiri narsis, kan? Diri Anda sendiri, yang kasih makan dan merawatnya itu Anda sendiri, ketika sakit juga diri Anda yang merasakan deritanya, lah kok ingin memuji diri saja dituduh-tuduh narsis, Anda tidak diberi hak bebas memuji diri. Kan seolah Anda tidak memiliki diri sendiri, Anda ada tapi tiada.
Anda berkarya di publik, tujuannya agar diri Anda masyhur, lah dikatakan tercela. Diri Anda sendiri, lantas Anda ingin memasyhurkan diri kok tidak boleh? Anda itu ada apa tidak?
Namun mau disebut tiada, diri Anda ya ada, karena kalau diri Anda lapar, ya Anda yang harus kasih makan, Anda mengantuk ya Anda yang harus menidurkannya, kalau sakit ya Anda yang merasakannya dan bertanggung jawab menyehatkannya, dan seterusnya.
Menyakitkan, kan? Katanya diri Anda punya Anda sendiri, dipuji tidak boleh, dimasyhurlan tidak boleh, ditonjol-tonjolkan todak boleh. Kan parah Itu artinya dalam diri Anda ada identitas lain yang harus Anda cari dan temukan. Terus diri lain di dalam diri Anda itu identitasnya, siapa?
Maka jangan heran kalau para sufi sedemikian hebat bekerja dalam spiritual karena persoalan ada identitas lain di dalam dirinya.
Abdul Aziz Ad-Dabagh, ia termasuk salah satu wali Allah pernah ditegur oleh malaikat. Malaikat melihat namanya ada di lembaran kitab Lauhul Mahfuzh tercatat sebagai deretan penghuni neraka.
"Kenapa kamu tetap tekun ibadah, di Lauhul Mahfuzh kamu tercatat sebagai ahli neraka? Mau ibadah setaat apapun kamu tetap jadi penghuni neraka," tegur malaikat.
Ad-Dabagh menanggapi, "Hai malaikat, surga dan neraka bukan urusanku. Aku diciptakan oleh Allah hanya untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana Dia berfirman, "Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku, mau aku masuk surga atau neraka Itu hak Allah. Bukan urusanku."
Lalu di suatu ketika malaikat kembali ke Lauhul Mahfuzh dan melihat namanya telah dirubah oleh Allah menjadi penghuni surga. Dan malaikat pun memberitakan kepada Ad-Dabagh.
Ad-Dabagh menjawab, "Syukurlah. Tapi sekali lagi hai malaikat, surga dan neraka bukan urusanku aku beribadah hanya untuk menggapai ridha-Nya, kalau Dia ridha aku di neraka, ya itulah tujuanku."
Kalau Anda kerja keras untuk diri saya, lalu Anda saya upah dengan siksaan sadis, Anda mau? Pinginnya diupah duit banyak kan? Abdul Aziz Ad-Dabagh sedemikian hebat meruntuhkan ego state-nya untuk ibadah dan taat kepada-Nya namun tidak lagi berharap upah duit banyak, namun diupah siksaan neraka juga tidak masalah.
Sedemikian hebat Ad-Dabagh ditarik ke dalam diri lain di dalam dirinya, ya karena dia sadar sepenuhnya kalau "identitasnya itu semu, ada identitas lain yang wujud nyata di dalam dirinya.
Jadi ya wajar kalau Syaikh Siti Jenar kemudian berani terang-terangan ungkapkan identitas ini. Siti Jenar lantas lahirkan konsep Manunggaling Kawula Gusti.
Identitas lain di dalam diri Anda itu punya power kuat maha dahsyat untuk mengontrol dan mengendalikan diri Anda. Cobalah Anda mencuri, pasti jantung Anda berdetak lebih keras dan lebih kencang saat Anda beraksi mencuri, itu sebenarnya kontrol dari identitas lain di dalam diri Anda bahwa perbuatan mencuri Anda itu tidak sesuai dengan identitas lain tersebut.
Dalam persoalan rezeki pun begitu. Kalau Anda menyimpan rezeki, Dia pun akan simpan rezeki-Nya untuk Anda. Kalau Anda hitung-hitungan rezeki, Dia pun akan hitung-hitungan rezeki-Nya untuk Anda.
وعن أَسماءَ بنتِ أَبي بكرٍ الصّديق رضي اللَّه عنهما قالت: قَالَ لي رسولُ اللَّه ﷺ: لا تُوكِي فيُوكَى عليكِ.
وفي روايةٍ: أَنْفِقِي، أَو انْفَحِي، أَو انْضِحِي، وَلا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيكِ، وَلا تُوعِي فيُوعِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ.
LAWAN TAMBAH BUKANNYA KURANG TAPI AZAB
Segala hal ada lawannya, Timur lawannya Barat, atas lawannya bawah, dan tambah lawannya kurang.
Namun algoritma eksak alam semesta di atas tidak berlaku untuk perlawanan syukur nikmat dan kufur nikmat.
Syukur nikmat itu lawannya adalah kufur nikmat. Syukur nikmat dijanjikan ditambah nikmatnya, seharusnya kufur nikmat itu dijanjikan dikurangi nikmatnya. Yang terjadi kufur nikmat itu bukan diancam akan dikurangi nikmatnya, namun diancam azab sadis.
Aneh, kan?
Perhatikan ayat ini;
﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim: 7)
Orang syukur itu orang yang sadar diberi nikmat sehingga yang dirasakan adalah rasa terima kasih, rasa gembira, rasa rendah hati karena sadar telah dikaruniai nikmat. Untuk ibaratkan rasa syukur itu seperti pelayan toko yang dagangannya baru saja dibeli. Bagaimana reaksinya? Ya terima kasih, ya gembira, ya merendahkan hati.
Nah orang kufur nikmat itu sebaliknya, ia tidak sadar telah diberi karunia nikmat sehingga dengan yang memberi nikmat dia merasa tidak diberi apa-apa lantas menuntut, memeras, menyombongi dan prilaku buruk lainnya.
Coba Anda simak ilustrasi kisah ini nanti Anda paham mengapa kufur nikmat bukan dikurangi nikmatnya tetapi diazab pedih.
Ada seorang pengusaha beras yang bisnisnya sudah sangat maju. Ia sangat peduli dengan nasib anak jalanan, maklum ia sendiri mantan preman anak jalanan.
Ia berubah drastis hidupnya tentu semata-mata karena hatinya dicerahi hikmah oleh Allah, ia pun tumbuh menjadi pengusaha yang sangat dermawan dan amanah. Pebisnis jelas tak luput dari hutang karena tertuntut harus putarkan modal, namun ia sangat disiplin dalam membayar hutang. Dalam segala proyek ia selalu wasiat kepada karyawan-karyawannya, "Jangan bikin cacat sekecil apapun amanah. Dahulukan membayar lunas semua tagihan bisnis termasuk gaji karyawan."
Sudah begitu ia sangat peduli dengan anak jalanan, ia terus dekati anak-anak jalanan, diajak ngaji dan zikiran, diberi peluang pekerjaan, dan kerap berikan santunan sedekah pada mereka.
Satu ketika ia menyupport seorang teman yang duanggapnya baik dengan diajaknya bisnis, diberi peluang, dibina mentalnya, hingga kemudian diberi kepercayaan-kepercayaan. Sesudah dipercaya begitu dalam, si teman malahan bawa kabur uangnya hampir 1 M. Ketika ditagih, si teman sama sekali tidak merasa bersalah, malahan si teman selalu jawab dengan hinaan hingga menggoblok-goblokan.
Misal, "Kebaikanmu dan sikapmu yang terlalu baik begitu di jaman sekarang kalau tertipu 1 M itu masih wajar. Besok-besok bisa-bisa semua asetmu habis ditipu orang."
Model si teman pembawa kabur uang di atas itu layaknya dikurangi nikmatnya apa dicincang azab?
Begitulah mengapa kufur nikmat itu layaknya diazab pedih sebab memang makan hati makan jantung orang yang telah memberinya nikmat.
Maka itu orang kufur nikmat itu kelihatan sekali kok, hidup mereka berantakan disana-sini, melarat dan bolak balik kena musibah karena azab.
BELANJALAH DI LEVEL MAKRIFAT AGAR MENARIK KEKAYAAN
Kemarin saya menulis di sebuah short video tentang belanja di level realita dan level rasa, namun karena saking singkatnya tentu banyak yang tidak terjelaskan, yang bertanya penasaran pun ada.
Di level realita alias syariat, belanja itu mengonsumsi, sehingga orang yang membeli disebut konsumen. Diksi yang digunakan adalah konsumsi, berarti di level realita, belanja tercipta karena didorong suatu kebutuhan.
Butuh itu tanda kemiskinan dan kefakiran. Kalau Anda tidak fakir beras, tidak mungkin Anda mencari lalu membelinya. Kalau Anda tidak fakir uang, tidak mungkin Anda berkenan mencari untuk menerima uang. Jadi rasa butuh itulah indikator dari kemiskinan dan kefakiran.
Di level realita, belanja tentu karena butuh, namun jika di level rasa, Anda belanja karena Anda butuh, itu belanja Anda akan menarik kemiskinan, sebab butuh itu indikator utama kemiskinan dan kefakiran.
Anda bergerak belanja tetapi getarannya rasa fakir yakni rasa butuh ya tentu akan menarik realitas kefakiran dan kekurangan.
Orang belanja karena didorong kuat rasa butuh yang selanjutnya lahirkan sikap konsumtif, hedonis, dan shopaholic. Shopaholic sering disebut juga gangguan belanja kompulsif atau compulsive buying disorder (CBD). Seperti kecanduan lainnya, pembeli kompulsif ini akan mengalami euforia sesaat ketika berbelanja.
Di hidup ini di antara Anda ada yang sanggup hidup tanpa belanja? Jelas tidak ada. Sementara belanja itulah identitas kefakiran karena dipicu kebutuhan.
Lalu bagaimana agar belanja Anda menarik kekayaan? Di sini, Anda harus otak-atik belanja di level rasa.
Betul di level realita alias level syariat, belanja itu karena butuh, tetapi di level rasa alias level makrifat, akses rasa getarannya bisa digubah.
Di level rasa atau level makrifat, belanja itu membayar. Anda bisa bayar tentu karena Anda punya. Punya itu indikator utama kekayaan.
Karena itu saat Anda belanja piculah dengan rasa kaya, rasa punya. Maksudnya, saat Anda belanja di situ Anda membayar, saat itu piculah di dalam di hati dengan self talking, "Saya kaya. Saya punya. Makanya saya beli". Itu belanja pemicu kaya.
Jangan Anda belanja selftalking dan kesadarannya, "Saya butuh barang ini. Saya beli ah." Itu belanja pemicu melarat.
INGIN LEBIH KAYA DAN KUASA ATAS ORANG YANG MENYAKITIMU?
Hal yang menurut saya paling menyakitkan itu nasehat ini, "Berbuat baiklah kepada orang yang berbuat buruk kepadamu."
Loh kenapa saya sebut menyakitkan? Ya realitis saja, karena sangat berat diamalkan. Saya sendiri cuma pernah sekali dua kali berkemampuan amalkan, lebih seringnya ngawur, hehehe.
Namun nasehat tersebut itulah fakta sebenarnya bagaimana Anda bisa lebih kaya dan lebih kuasa atas orang yang telah menyakiti Anda.
Sering saya sampaikan, kenapa Anda sebagai pembeli berkuasa penuh atas penjual? Anda bisa ngatur-ngatur, nyuruh-nyuruh, dilayani ini dan itu keperluannya, itu karena Anda sanggup membayar lebih kepada penjual.
Menginap di hotel, Anda bayar tuntas tarifnya, apa yang tidak dilayani oleh pihak hotel? Butuh apa saja tinggal hubungi reseptionis. Karena membayar, Anda begitu merdeka, menjadi raja mulia.
Orang yang menyakiti Anda itu orang yang meminta harga diri Anda. Peminta itu energi miskin karena ia minta-minta. Anda punya harga diri, lah kok diminta?
Meminta itu energi yang melemahkan diri. Pengemis gara-gara minta-minta, ia jadi seperti sampah harga dirinya, sudah memelas-melas minta dikasihani, kalaupun ditolak ia tak sanggup menawar apa-apa, dengan mengalah lemah dirinya menerimakan.
Orang yang menyakiti Anda sebenarnya frekuensi power energinya seperti pengemis, energinya lemah sekali, ia tidak punya kuasa dan kekuatan apa-apa karena dia sedang meminta harga diri Anda.
Andai Anda tidak mau berikan harga diri Anda kepadanya juga tidak apa-apa. Artinya Anda melawan sekuat tenaga, sebab tidak ada salahnya kan Anda menolak memberi kepada pengemis? Hanya saja menolaknya jangan berlebihan, harus terukur sesuai keperluan menolak mudharatnya, sama saja menolak pengemis tidak boleh berlebihan sampai bentak-bentak kasar. No problem Anda melawan orang yang menyakiti Anda karena hakikatnya dia pengemis yang minta-minta harga diri Anda.
Cuma kalau Anda melawan, pertarungan energinya cuma impas saja; 0:0. Sekarang bagaimana agar energi Anda lebih kaya dan lebih kuasa dari orang yang menyakiti Anda, artinya 0 berbanding 1,2,3 dan seterusnya?
Pihak hotel seketika berkenan merendahkan hati dan melayani Anda karena Anda membayar lebih kepadanya dengan beri keuntungan cuan kepada pihak hotel. Dengan cuan yang Anda berikan, mereka bisa hidup, mereka berjaya, mereka jadi tercukupi.
Anda berkuasa dan ditempatkan mulia oleh pihak hotel karena Anda berkemampuan bayar lebih. Berkemampuan bayar lebih itu artinya Anda berkemampuan berbuat baik lebih besar.
Saat Anda disakiti, yang menyakiti sedang berenergi miskin seperti pengemis karena dia meminta harga diri Anda, lah kok Anda malah berbuat baik kepadanya, Anda membayarnya lebih, kan power energinya jadi selisih berlipat ganda. Saat Anda berbuat baik kepadanya, Anda berenergi kaya, sementara yang menyakiti Anda berenergi miskin. Orang kaya dan orang miskin itu lebih kuasa mana? Lebih terhormat mana? Lebih mulia mana? Kalau bertarung menang mana?
Ada orang pelit, Anda dermawani sekalian, dia keok. Ada orang menghina, Anda muliakan sekalian, dia keok. Ada orang mengolok-olok, Anda diam saja dengan sabar dan kuat hati, dia keok. Karena itu memaafkan adalah kekayaan terbesar. Sekali lagi memaafkan adalah energi kaya terbesar.
Kalau Anda sudah berbuat baik kepadanya, lah kok dia terus terusan nginjak lagi dan nginjak lagi, terus bagaimana? Anda sudah bayar lebih ke pihak hotel, lah kok pihak hotel bukannya melayani Anda tapi malah menghina Anda, yang terjadi ya kualat kuadrat.
Ya begitu, energi kaya versus energi miskin, maka energi miskin yang keok, energi membayar versus energi meminta, maka energi meminta yang keok, energi memaafkan versus energi mendendam, yang keok energi mendendam, kalau mereka masih macam-macam ya kualat sendiri.
Ketika suami penghasilannya moncer, si istri penghasilannya biasa-biasa saja, katakankah di bawah penghasilan suami.
Sistem tubuh Anda ketika tangan kiri menguat, maka tangan kanan tidak bisa sekuat layaknya tangan kanan, ketika tangan kiri menguat, tangan kanan pasti melemah. Selanjutnya disebut kidal.
Nah di sini terjawab, mengapa banyak kasus pasangan suami istri yang ketika karir istri meroket kuat, saat itu pula karir suami justru meredup turun, seperti cerita suami istri di atas? Sebab sudah jadi konsekuensi alam, ketika satu pasangan dikuatkan, maka dengan alamiah yang satu dilemahkan.
Tidak mungkin kan siang dan malam sama-sama cerahnya? Tidak mungkin pula matahari dan bulan seimbang panasnya. Tidak mungkin pula tangan dan kiri sama-sama tangguhnya.
Maka ini sudah resiko paten, ketika suami kuat, si istri melemah alias kinan, dan ketika istri menguat, ya otomatis suami melemah alias kidal.
Kidal itu normal-normal saja, bukan disabilitas, karena tidak ada kidal mengganggu produktifitas kerja. Karena normal maka tidak ada satu profesipun yang disyaratkan kinan, sebab kidal itu memang bukan cacat, namun sekedar dominasi produktifitas kerja.
Saya menulis ini jujur karena banyak menerima konsultasi peserta kelas training disebabkan persoalan kidal ini. Mereka mengeluh, "Suamiku menganggur. Suamiku tidak punya penghasilan. Suamiku dinafkahi olehku. Bagaimana ya solusinya?"
Ya saya jawab, "Mau dicari solusi, bagaimana? Masa siang harus sama terangnya dengan malam, masa tangan kiri dan kanan harus sama dominasi otot kerjanya? Ya malah error kan?"
Keadaan seperti itu sudah normal, hanya saja kidal. Karena normal ya tidak ada yang perlu dicarikan solusinya. Hanya perlu pemahaman dan penerimaan takdir saja.
Kemampuan menerima kondisi itu yang perlu dikuatkan. Si istri karena sudah dikuatkan ya harus lebih intens pemakluman dan penerimaannya pada suami, selanjutnya menerimakan diri sebagai tangan kanan, dimana posisi tangan kanan itu lebih dominan kerja dan dominan menerima tanggung jawab lebih.
Demikian pula suami harus bisa berdamai dan menerima keadaan, dimana ia berada di posisi tangan kiri.
Bila istri powernya menguat, lantas suami juga sama kuat, ya malah tidak normal karena mutlak siang melulu tidak ada malamnya. Yang normal satu dikuatkan, yang satu ya harus bersedia dilemahkan.
Idealnya sih memang tangan kanan yang lebih kuat, tapi kalaupun tangan kiri lebih kuat dari kanan ya tinggal penerimaannya ditingkatkan sebagai kidal, tak perlu risi, tak perlu malu.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
TERAPI MENARIK REZEKI DENGAN RASA
Rasa itu sebuah getaran yang tidak dapat Anda kontrol, cenderung bergetar dengan sukarela.
Bila di dimensi gerak fisik ada gerakan sukarela yakni gerakan yang tidak dapat Anda kontrol, seperti berak dan pipis, maka di dimensi getaran itu ada rasa.
Anda tidak bisa kan mengontrol pipis dan berak Anda? Kalau bisa mengontrol, cobalah Anda buat jadwal berak dan pipis. Jam 2 siang jadwalnya berak, tapi belum kebelet, lalu mau Anda paksa keluarkan berak? Tidak bisa. Berak bergerak sukarela tanpa kontrol Anda.
Demikian pula rasa, getarannya sukarela dan cenderung tidak dapat Anda kontrol.
Karena ini siapa sih yang ingin menyintai suami orang? Dan siapa sih yang ingin berbagi hati antara istri dan pacar? Tidak ada. Namun ya begitu itu getaran rasa, tidak dapat dikontrol dan bergetar sukarela.
Siapa yang ingin menyimpan rasa cinta dengan mantan pacar di saat ia telah menikah? Namun kenyataan di antara Anda banyak kan yang suka kepo akun Facebook mantan? Ya begitu itu getaran rasa, ia bergerak tanpa peduli etis atau tidak, layak atau tidak, logis atau tidak, benar apa batil, bahkan tidak peduli susah atau senang.
Dalam legenda Layla Majnun, lah seperti apa sedihnya Qais memanggul rasa cintanya pada Layla? Menyintai perempuan sampai ia dilabeli Majnun. Rasa tetap bergetar tanpa kontrol tidak mau peduli walau itu adalah derita yang paling pahit.
Rasa itu yang kondisinya persis seperti Anda yang menyintai suami orang, atau Anda yang berbagi hati antara istri dan pacar, ia primitif, bego dan dungu, tidak dapat dikontrol oleh dirinya sendiri.
Karena itu Anda yang punya "rasa kaya" juga rezekinya cenderung primitif, bego dan dungu. Tahu-tahu bisnis sedang sepi, eeh duitnya ngalir dari jalan yang tidak disangka-sangka, tahu-tahu ada lockdown, eeh orderan malah membludak. Itu rezeki dari tarikan rasa.
Rezeki dari tarikan rasa ini yang kita kenal dengan mekanisme rizqi min haitsu lâ yahtasib.
Maryam ibunda Isa A.S, sebagai perawan suci ia menempat di Mihrab Zakaria, kamar ibadah yang Maryam tidak bisa keluar untuk kerja. Namun aneka rezeki selalu hadir di mihrab tempat tinggalnya. Itu rezeki dari tarikan rasa, artinya Maryam itu pemilik rasa kaya.
Khidhir A.S, konon hidup di dalam air. Dinalar dengan logis, hidup di air bagaimana beliau masak makanan, menyalakan api saja tidak bisa? Lah dari mana rezekinya? Nah itu juga rezeki tarikan rasa kaya.
Rasa kaya itu namanya juga bagian dari rasa hati, ia persis seperti rasa cinta, seperti rasa benci, bergerak sukarela tanpa kontrol diri apalagi kontrol lingkungan ekonomi.
Rasa kaya, bagaimana terapinya agar terlatih krsana? Rasa kaya itu rasa di mana Anda merasa menjadi orang kaya, itu saja.
Dalam hadits Nabi S.A.W jelas disampaikan agar Anda dalam urusan harta supaya mengamati orang-orang di bawah Anda, tujuannya apa? Supaya di dalam hati Anda terbangun rasa telah banyak dianugerahi oleh Tuhan.
Duit sedang seret, misalkan, lalu Anda mengamati tetangga yang duitnya seret sekaligus banyak hutang, yang di hati Anda itu rasa apa? Tentu rasa cukup telah dianugerahi.
Nah rasa kaya itu berarti rasa dimana Anda merasa telah dianugerahi kekayaan, dianugerahi rezeki oleh-Nya. Itu saja.
Hanya saja masalahnya Anda kan lebih banyak fokus kepada kesulitan dan kekhawatiran daripada fokus pada kebaikan yang telah Anda terima. Kemerungsung terus, itu masalahnya.
Mau terapi bagaimana bangun rasa kaya? Ya itu tadi kerap-kerap amati dan renungi orang-orang di bawah Anda dalam persoalan harta.
SEMBUH DARI LUKA PERMUSUHAN LEBIH CEPAT
Waktu bujangan dulu saya pernah jadi perantau di Jakarta, sekitar 3 bulanan, tidak lama. Ada seorang teman kos saya, sebut namanya Nokia menyerang dengan labrakan pada teman yang lain, sebut namanya Vivo.
Kesalahan jelas pada Vivo. Vivo tipikalnya buruk, suka nyuruh-nyuruh teman. Beli sayur suka nitip, nyuci piring habis makan ia suka nitip, kalau mau bikin kopi bareng-bareng, temannya yang disuruh menyiapkan, mulai dari beli kopi di warung, nyiapkan air panas, semua hal ia maunya terima jadi. Orang Jawa menyebut "watek rematu" artinya berkarakter ratu, apa-apa nyuruh.
Vivo juga suka minta-minta, ada teman makan jajan, ia nimbrung, ada teman mengeluarkan rokok, ia nimbrung ambil, spesialnya suka minta dipijiti teman, maunya yang gratis-gratis, mirip ratu di depan teman-teman.
Lama-lama banyak hati panas, sana-sini ramai menggunjing prilakunya. Dan Nokia yang terkenal bertipikal temperamental, reaksinya pada Vivo lumayan pedas.
Vivo dilabrak oleh Nokia. Ketika Vivo merokok, ia pura-pura menawarkan, ketika dengan antusias Vivo mau mengambil rokok yang ditawarkan Nokia, rokok yang sudah nyala di jari tangan Vivo dibanting keras-keras ke kepala Vivo, sementara rokok yang ditawarkan Nokia ditarik kembali. Dengan muka geram, Nokia memaki-maki dengan kata-kata ketus.
Jadilah Vivo seperti monyet pucat pasi. Apalagi Nokia sangat kasar makian dan sikapnya, bikin kapok.
Hari-hari selanjutnya, Nokia sepertinya sangat susah kompromi dengan Vivo, sepertinya tiada ampun. Si Nokia merasa didukung teman-teman sehingga seenaknya memperlakukan Vivo yang bersalah.
Sehari dua hari hingga seminggu dua minggu, Nokia belum juga mau menyapa Vivo. Namun Vivo hanya bisa mengalah diam, tidak melakukan perlawanan. Sesakit apapun hatinya, ia tidak berani membalas karena sadar tidak didukung teman-teman, ia merasa salah, merasa terpojok, juga merasa malu. Ia lebih terlihat diam bertawakal.
Pelan-pelan Vivo juga mulai mengubah watak ratunya, ia kini berlatih mandiri, tidak berani nyuruh-nyuruh lagi apalagi berani minta-minta dan numpang.
Lambat laun, teman-teman lupa dengan prilaku buruk suka nyuruh dan suka mintanya Vivo, satu-satu teman-temannya menerimanya. Dan hal istimewa dari Vivo, ia pandai humor, kerap bikin tawa dan lelucon, sehingga teman-teman banyak yang suka ngerumpi dengan Vivo.
Ketika satu-satu teman merasa cocok dengan Vivo, si Nokia masih saja beringas pada Vivo, ia masih merasa menang dengan Vivo, merasa teman-temannya masih banyak yang mendukung beringasnya pada Vivo.
Selang sekitar 3 bulan pasca kejadian labrakan Nokia pada Vivo, keadaan telah berubah 180°, teman-teman sudah dekat dengan Vivo. Vivo sudah diterima di hati teman-teman, bahkan Vivo selalu jadi buruan teman-teman untuk ngobrol lantaran anaknya pintar bikin lelucon.
Dan, si Nokia bisanya dulu melabrak Vivo karena memang Nokia tipikalnya kasar dan temperamental, sehingga makin ke sini, Nokia makin tidak disukai teman-teman, ia gemar mengolok-olok orang.
Dalam waktu 4 bulan setelah kejadian Nokia ngamuk-ngamuk pada Vivo, Nokia telah malu sendiri, ia tidak punya teman sama sekali, sementara si Vivo jadi idola.
Begitulah, si Vivo salah tapi ia mau diam, ternyata kemudian menyingkirkan si Nokia yang benar tapi bergerak aktif.
Karena segala hal ada perhitungannya masing-masing, ketika satu kesalahan telah dihukum, maka kesalahan itu di posisi "lunas", ketika sudah lunas masih saja diserang, maka posisi "salah" itu berbalik kepada yang menyerang.
Diam dalam keadaan salah, artinya ada orang menyakiti Anda karena kesalahan Anda lalu reaksi Anda diam saja, itu jauh lebih menguntungkan daripada gerak dalam keadaan benar, di mana Anda dalam posisi benar, tetapi Anda melakukan reaksi menyerang. Sebab bila reaksi Anda terhitung lebih berat daripada aksi kesalahan yang dilakukan orang yang menzalimi Anda, maka kesalahan justru menjadi milik Anda.
MAU KAYA TAK BOLEH TERSINGGUNG DENGAN CAPEK
Rafi Ahmad kaya dan populer, karena ia memang sanggup membayarnya dengan mahal. Konon ia kerja hingga 18 jam perhari. Kerja sehari 18 jam super mahal, kan?
Chairil Tanjung juga hari ini masih kerja 14 jam perhari, di awal ia membangun karir bisnis hingga 18 jam kerja perhari. Mahal, ya?
Guru saya mengembangkan pondok pesantrennya dengan istiqamah full day mengajar ngaji, dari Shubuh hingga larut malam dengan disiplin untuk konsentrasi mengajar dan zikir. Mereka punya konsistensi tinggi kerja di atas rata-rata.
Para ilmuan hebat, para pejabat sukses, para penulis tersohor, mereka semua melakukan mekanisme kerja yang sama, yakni "kerja di atas rata-rata."
Itu semua karena mereka orang-orang yang konsisten dengan impian besarnya.
Anda inginkan sabun saja harus bayar, apalagi punya impian?
Dan semuanya harus Anda bayarkan tunai, sebab segala hal baru bisa menjadi milik Anda sesudah Anda bayar.
Sehingga ketika seorang Chairil Tanjung yang punya keinginan menjadi pengusaha besar, atau seorang Rafi Ahmad yang punya keinginan menjadi selebritis besar, lantas mekanisme alam semesta menuntut keduanya untuk membayarnya lunas.
Apa mereka bukan 'abdud dinâr wad dirham (budak uang)? Ya bukan. Budak uang itu orang-orang yang tidak konsisten bayar lunas; punya hutang tidak dilunasi, punya kerjaan tidak dituntaskan, punya amanah tidak dilaksanakan, punya tanggung jawab malah cuci tangan, punya cita-cita tidak diperjuangkan, itulah budak uang, mereka adalah orang-orang yang kerap tidak bayar lunas.
Kalau orang-orang yang kerja ekstra tinggi dengan disiplin justru mereka orang-orang yang berjuang konsisten untuk membayar lunas. Merekalah para pemenang yang berpotensi merdeka dari perbudakan uang di alam materi ini.
Anda mau kaya mulia kan? Ya jelas pelunasannya harus capek membayar sebab apapun yang tidak Anda bayar lunas itu mustahil menjadi milik Anda.
Dan ciri capek Anda adalah capek pelunasan bayaran, artinya capek yang diridhai Allah adalah Anda capek tetapi di hati Anda muncul rasa puas bahagia. Iya, puas dan bahagia.
Jadi tidak usah tersinggung dengan capek saat meraih impian, capek iya memang capek tetapi Anda harus ingat lebih capek jadi orang melarat.
Mau pilih mana? Capek untuk bayar lunas apa pilih capek melarat?
AGAR KETURUNAN KITA HIDUP KAYA, SHALIH, MULIA
Apa yang saya sampaikan disini adalah apa yang sedang saya amalkan dengan konsisten, sebab anak saya sendiri masih kecil, saya masih terus berproses untuk memperjuangkannya. Dan salah satu cara memperjuangkan anak saya agar berkualitas shalih adalah apa yang akan saya sampaikan di konten ini.
Diceritakan, dahulu di Rembang, Jawa Tengah ada seorang bernama Mustopo. Profesinya sebagai kusir delman. Ia punya anak laki-laki bernama Bisri. Anaknya ini dipesantrenkan di pondok pesantren milik KH Cholil Kasingan, Rembang.
"Anak kita kini diemong dan dididik sama Kyai Cholil. Ijinkan nafkah dari saya dibagi dua, satu untuk Ibu dan satu untuk Kyai Cholil," ujar Mustopo minta ijin kepada istrinya. Istrinya pun mengijinkan.
Lantas Mustopo dan istri bahu membahu konsisten memberikan jerih payahnya kepada Kyai Cholil sebagai hadiah penghormatan, ucapan rasa terima kasih, juga wujud permohonan doa agar Bisri anaknya menjadi anak shalih berkualitas.
Dan benar, Bisri bin Mustopo kemudian tumbuh sebagai ulama besar yang alim, shalih, dan masyhur, yang kita kenal sebagai K.H. Bisri Mustofa, beliau masyhur sebagai pendiri Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin Rembang, penceramah tersohor dan penulis produktif, di antara karyanya adalah Tafsir Al-Ibriz yang sangat monumental.
KH Bisri Mustofa lantas berputrakan ulama-ulama besar yakni KH Cholil Bisri, KH Mustofa Bisri dan KH Adib Bisri.
Segala hal itu auto diwariskan kepada anak, tidak hanya harta, hutang juga auto diwariskan, energi kaya ataupun energi miskin juga auto diwariskan.
Kalau anak lahir dengan warisan energi kaya, akan dengan mudah si anak sampai ke titik kaya, ibarat diberi handphone lengkap dengan baterai dan alat chargernya.
Sekarang bagaimana caranya menyiapkan warisan energi kaya kepada anak? Anda kehabisan energi motor, cara mengisi energinya ya Anda datang ke SPBU. Di SPBU Anda keluarkan uang untuk bayar bensin. Jadi cara peroleh energi kaya itu dengan keluarkan uang atau membayar. Setiap kali Anda keluarkan uang, Anda pasti peroleh energi kaya. Dikeluarkan untuk beli sayur dapatkan kekayaan sayur, dikeluarkan untuk beli anak shalih yang kaya mulia, ya Anda akan memperolehnya.
Karena itu ketika Mustopo dengan konsisten keluarkan uang untuk KH Cholil Kasingan demi minta doa agar Bisri tumbuh jadi anak shalih, kaya dan mulia, maka Bisri pun tumbuh dengan mudah menjadi anak berkualitas shalih, kaya dan mulia sebab warisan energi kayanya sudah power full.
Pingin punya anak shalih? Ya gemarlah bersedekah dengan konsisten kepada orang shalih.
Sebaliknya, cara habiskan energi itu bagaimana? Ya dipakai terus menerus tetapi tidak mau bayar. Ibarat motor dipakai terus tetapi tidak pernah diisi bensin. Sebab itu ketika Anda semakin berhemat, maka Anda makin susah peroleh energi. Dan kehabisan energi lalu diwariskan kepada anak, maka tahapan anak untuk peroleh sukses mulia juga menjadi berat karena tidak ada energinya.
Dan repot lagi kalau mewariskan hutang energi kepada anak. Si anak tumbuh bukan tumbuh dengan energi kaya yang power full, namun untuk bayar hutang energi orang tuanya yang tekor.
Alkisah ada 5 bersaudara. Setelah dewasa hanya ada satu anak yang tumbuh normal, dia kaya banget tidak, ya sekedar tumbuh normal. Yang 4 saudara kandungnya tumbuh berantakan semua hidupnya, rara-rata sangat miskin dan terpuruk dan alami gangguan psikologi depresi hingga setengah gila.
Ternyata karena ayahnya selama hidup bukannya banyak membayar agar peroleh energi, tetapi malahan sebaliknya si ayah banyak berhutang energi. Si ayah terkenal sangat rakus, yang paling memilukan adalah ketika si ayah merampas hak waris keponakan-keponakannya yang kecil-kecil karena ditinggal mati ayah kandungnya.
Karena kelakuan ayahnya, ke-5 anaknya hidupnya hancur-hancuran semua sebab ibarat terima warisan motor dengan kondisi bukannya kurang bensin, namun mesin-mesinnya bobrok. Selanjutnya anak-anaknya tumbuh hanya untuk bayar hutang energi ayahnya. Na'udzubillah.
- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan
TANDA ENERGI MISKIN DAN ENERGI KAYA
Masih soal bayar membayar seperti di tulisan sebelum ini.
Kaya selalu ditandai punya, dan miskin selalu ditandai tidak punya. Anda punya uang 10 ribu rupiah, anak SD Anda mau berangkat sekolah, karena Anda punya uang 10 ribu lalu 10 ribunya diberikan. Kalau Anda 10 ribu saja tak pegang, apa yang akan Anda berikan?
Sebaliknya miskin itu ketidakpunyaan, saat Anda butuh tetapi Anda tidak punya, apa yang akan Anda lakukan? Ya Anda meminta.
Kemampuan memberi itulah tanda keberpunyaan alias kekayaan. Dan meminta itulah tanda kemiskinan.
Energi miskin itu energi bikin pegel orang lain, dan energi kaya itu energi yang bikin suportif orang lain.
Anda datang ke rumah orang dengan bawa oleh-oleh mahal, yang punya rumah pasti energinya tersupport, ia jadi gembira selanjutnya hormat dan menghargai Anda. Itu disebabkan kedatangan Anda bawa energi kaya dengan memberi.
Sebaliknya kalau Anda bertamu ke rumah orang, tetapi Anda mau hutang duit, kira-kira yang punya rumah loyo, tidak? Dia loyo dan pegel-pegel karena kedatangan Anda itu bawa energi miskin dengan meminta hutangan duit.
Tidak ada orang merasa gembira lalu tersupport energinya ketika bertemu pengemis, rata-rata merasa terbebani, karena pengemis energinya meminta. Meminta tanda tidak punya. Tidak punya tanda miskin.
Anda kadang membersamai orang namun Anda merasa seperti loyo, tidak semangat, tidak gembira, mau ngomong saja lidah kaku dan malas, itu tanda orang yang bersama Anda berenergi miskin, unsur-unsur di dalam kesadarannya masih dominan meminta-minta.
Dan kalau Anda bertemu seseorang lantas diri Anda merasa tambah semangat, berenergi, ceria, gembira, itu tanda Anda bertemu dengan orang yang berenergi kaya. Ya seperti tamu yang bawa oleh-oleh besar, orang yang berenergi kaya itu berkemampuan membuat orang lain gembira.
Latar belakang kenapa seseorang bisa berenergi miskin yang kalau ia hadir bikin Anda loyo dan lemas karena banyak tugas hidupnya yang tidak ia bayar lunas. Syarat untuk kaya itu kan membayar. Anda punya kekayaan mobil ya syaratnya Anda sudah membayar harganya. Nah orang dengan energi miskin itu banyak tugas hidupnya yang tidak ia bayar lunas sehingga hutang energinya besar. Punya cita-cita tidak ia bayar lunas, punya penderitaan tidak ia tuntaskan, punya anak istri tidak ia lunasi dengan menyejahterakannya, punya hutang harta ia abai membayarnya, punya profesi dagang masih gagal tidak ia sukseskan, punya profesi pegawai ia enggan-engganan mengabdi, dan seterusnya, yang jelas banyak persoalan hidup yang banyak tidak ia bayar lunas dan tuntas.
Orang dengan energi kaya yang bikin Anda kalau bertemu bersemangat, itu orang yang selalu lunas kalau membayar. Apapun kemauan, cita-cita, ataupun derita, jika belum gol ia belum undur dari peperangan.
Jadi sangat nyata, hidup ini matre, apa-apa harus dibayar lunas. Tidak dibayar lunas, ya jadi hutang energi. Ya kalau semua bisa dibayar dengan uang, banyak hal yang tidak bisa dibayar uang. Anda berkemauan jadi gubernur, lalu agar terpilih lantas Anda bayar dengan uang, Anda kena semprit money politic kan? Ya uang hanya salah satu sarana membayar energi, namun tidak semua energi bisa dibayar dengan uang.
Anda ingin berenergi kaya? Yang kalau hadir di setiap kondisi bawa energi gembira? Ya lunasi apa yang jadi tugas-tugas hidup Anda.
Konon setiap tempat yang didatangi Nabi Khidhir AS akan tumbuh rumput hijau, sekalipun itu bebatuan tandus. itu karena Khidhir AS punya energi kaya. Beliau pasti selalu tuntas lunas membayar. Itu simbol bahwa Khidhir AS hadir ditempat manapun selalu membawa rahmat untuk yang lain, hingga batu yang sebenarnya mustahil tumbuhkan rahmat berupa tumbuhan hijau, bisa seketika tumbuh rumput saking gembiranya didatangi Khidhir.
Karena itu energi kaya yang powerfull akan menarik orang untuk berjubel hadir. Ia punya akun medsos akan dijubeli followers, ia punya majlis pengajian akan dijubeli jamaah, ia punya warung akan dijubeli pembeli, ia punya diri akan dijubeli fans selanjutnya jadi selebritis, ia punya rumah akan banyak didatangi tamu.