gusbanan | Unsorted

Telegram-канал gusbanan - MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

3713

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN) Trainer Spiritual Prosperity | Writer | Public Speaker - 1 Day Spiritual Prosperity Class - Servo Prosperity Online Class Facebook, Fanspage, Youtube, Telegram, Ig: Muhammad Nurul Banan Website : www.gusbanan.com

Subscribe to a channel

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

BERTAHAN KAYA DI SAAT TAK PUNYA UANG

Uang sedang menipis, katakanlah sedang tak punya uang, jelas jadikan daya bayar melemah. Apalagi bisa sedekah, untuk cukupi kebutuhan sendiri saja tercegat, apalagi bisa senangkan orang lain, senangkan diri sendiri juga tertunda-tunda.

Padahal kaya itu sama saja dengan kemampuan bayar. Anda tidak punya kekayaan berupa rokok kalau Anda tidak mampu membayar harganya, kan? Orang kaya sebentar-sebentar bayar mobil, tak selang lama bayar tanah, kemudian bayar saham, sebentar-sebentar berkemampuan membayar. Ditambah lagi secara sosial sebentar-sebentar bayar sedekah, ya sudah makin menjadi-jadi kekayaannya.

Sementara di kondisi tidak punya uang itu daya bayar Anda menurun, ancaman terjatuh dalam kemiskinan itu sangat serius. Ya apa-apa tidak bisa bayar, kalau terus berulang apalagi dalam jangka waktu lama, ya Anda sama saja menuju pola miskin, kan? Apa-apa tidak bisa beli dan akhirnya ala-apa tidak punya.

Inti kaya itu kemampuan daya bayar. Maka dalam kondisi tidak punya uang agar Anda tetap kaya Anda harus tetap di frekuensi membayar.

Ingat! Membayar dengan uang itu hanya salah satu sarana bayar, bahkan tidak semua bisa dibayar dengan uang. Tetap di kondisi membayar sekalipun tidak punya uang berarti bayar dengan yang lain.

Kalau saya sedang tidak punya uang maka saya meningkatkan pembayaran di sisi lain, misal durasi zikir saya tambah, kalau biasanya zikir baca shalawat hanya 1000 kali maka saya lipatkan jadi 10 ribu kali.

Dan kadang pula saya lebih disiplin mengajar ngaji santri, atau lebih banyak lagi berbagi ilmu, atau lebih banyak menolong orang lain, atau ditambah durasi Tahajudnya, ditambah puasanya, dan dengan cara apapun yang penting Anda bertahan di kondisi banyak membayar.

Apapun amal shaleh itu semua bentuk pembayaran, maka memperbanyak amal shaleh itulah inti membayar sesungguhnya di saat tak punya uang.

Tidak punya uang kok malah cari-cari hutangan, ya Anda makin ringsek, karena hutang itu kebalikannya membayar. Dan tidak punya uang lalu hutang ini tindakan umum dilakukan banyak orang, justru tindakan hutang saat tidak punya uang itulah cara terkonsisten untuk makin tidak punya uang.

Malah-malah tak punya uang kemudian nyolong, ya modar sekalian, karena mencuri jelas musuh bebuyutannya membayar.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

TIDAK ADA SEDEKAH DAN MUSIBAH DI HARI YANG SAMA

Di akhir Ramadhan kemarin saya pergi ke Purwokerto untuk beli oleh-oleh lebaran untuk saudara dan tetangga. Ada beli beberapa pasang sandal untuk hadiah para guru dan orang tua. Ada beli batik Banyumasan untuk beberapa teman. Ada sarung, kaos, baju untuk saudara dan teman. Ada puluhan bingkisan spesial lebaran, dan ratusan toples berisi snack lebaran untuk tetangga dan saudara.

Sebelum saya berangkat ke Purwokerto, saya sudah lebih dulu transfer uang rutin bulanan ke orang tua ditambah uang spesial lebaran.

Di perjalanan, kurang 300 meteran, tiba-tiba indikator radiator mobil menyala, dan AC mobil juga mati. Karena jarak sampai alamat sekitar 300 meteran lagi, saya tetap memaksakan jalan.

Begitu mobil berhenti di alamat, air radiator yang waktu itu saya kira oil, tumpah semua. Dan sepanjang 300 meteran ternyata jalanan yang dilalui mobil saya sudah tercecar tumpahan air radiator.

Begitu mobil parkir, seketika dari kap mobil keluar asap tebal dan bau gosong.

Saat itu saya belum buka kap mobil belum apa, di hati saya bilang, "Ayo padam! Hari ini saya sudah banyak sedekah, dan saya kesini juga untuk sedekah. Ayo padam!" Perintah saya di hati sambil isyarahkan tangan saya ke kap mobil.

Dan selisih beberapa detik, asapnya hilang disusul bau gosong juga hilang.

Saya membatin, "Lah kok nurut!"

Saya terus menelepon bengkel langganan saya, tapi sedang tidak aktif. Lantas saya jalan keluar niatnya cari bengkel terdekat. Jalan sekitar 5 meter, saya bertemu warga setempat. Olehnya saya malah diteleponkan bengkel langganannya.

Tak selang lama, pihak bengkel datang. Dicek ternyata kipas radiator mati, tidak fungsi, karenanya air radiator tumpah dan AC mobil tidak nyala. Katanya andai 10 menit lagi mobilnya tetap jalan akan over head dan mungkin sekali kebakaran.

Saya jadi ingat tentang keajaiban sedekah di masa Nabi Sulaiman AS. Di Kitab Tanqihul Qaulil Hatsits karya Syekh Nawawi Al-Bantani menceritakan;

Di zaman nabi Sulaiman AS, ada seorang laki-laki yang di samping rumahnya terdapat pohon besar. Istri dari laki-laki tersebut menyuruhnya untuk memanjat pohon dan mengambil anak merpati yang bersarang untuk dijadikan makanan untuk anak-anak mereka. Laki-laki itupun melakukannya.

Induk merpati lalu menghadap Baginda Nabi Sulaiman AS dan menceritakan kejadian tersebut. Kemudian nabi memanggil laki-laki itu dan memintanya untuk bertobat. Ia pun berjanji kepada Nabi Sulaiman tidak akan lagi mengulangi perbuatannya.

Di hari berikutnya, sang istri kembali menyuruh suaminya untuk mengambil anak merpati di pohon besar. Namun laki-laki itu pun mengatakan pada istrinya bahwa ia tidak dapat melakukannya lagi karena telah berjanji kepada Nabi Sulaiman yang melarang perbuatan tersebut.

Namun istrinya terus membujuk sang suami dengan mengatakan “Apakah kamu menyangka Nabi Sulaiman akan mempedulikan dirimu atau merpati itu? Sedangkan ia selalu sibuk dengan urusan kerajaannya?" Hingga akhirnya suaminya pun luluh dan kembali memanjat pohon besar untuk mengambil anak merpati.

Induk merpati kembali menghadap nabi dan mengadukan kejadian tersebut yang membuat Nabi Sulaiman pun menjadi marah. Lalu, nabi Sulaiman memerintahkan dua setan dari ujung timur dan barat untuk menjaga pohon besar tempat dimana sarang merpati itu berada. Nabi memerintahkan kepada dua setan tersebut untuk menjatuhkan laki-laki dari pohon besar itu apabila ia kembali mengambil anak merpati.

Dua setan utusan Nabi Sulaiman itu bergegas pergi dan menjaga pohon besar yang dimaksud.

Saat laki-laki hendak kembali memanjat pohon untuk mengambil anak merpati, tiba-tiba datang seorang pengemis yang mengetuk rumahnya. Laki-laki tersebut meminta istrinya agar memberikan sesuatu pada pengemis tersebut, tapi isinya berkata bahwa mereka tidak punya apa-apa untuk diberikan.

Kemudian laki-laki itu memutuskan turun dari pohon dan mengambil segenggam makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Setelah itu, dirinya kembali memanjat pohon untuk mengambil anak merpati.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

“Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk).” (QS. Al-Baqarah: 40)

Ada ikatan dengan sesama manusia, Anda yang punya karakter al-wafâ juga begitu. Contoh punya tanggungan hutang, Anda akan dengan konsisten melunasinya, tidak kemudian ikhlasan melupakan hutang.

Ada salah satu sahabat saya, dia sejak lulus SMA tidak bisa kuliah, namun minatnya kepada ilmu sangat tinggi, sampai akhirnya dia bersumpah, "Saya tidak kuliah tidak apa, tapi saya harus baca buku lebih banyak dari mahasiswa yang kuliah." Dan betul tekad tersebut dia bayarkan dengan konsisten, bahkan ia gemar mendatangi forum-forum diskusi mahasiswa untuk mengukur kualitas ilmunya, ia tidak mau kalah dengan yang kuliah.

Ia punya minat kuat sebagai pembicara ilmiah, seperti kajian-kajian budaya, agama dan sains, tetapi ia tidak kuliah, tidak juga mondok, harapan untuk menjadi nara sumber pembicara ilmiah dari mana? Dan keadaannya waktu itu sebagai satpam sebuah kantor swasta. Masa iya satpam akan banyak diundang sebagai pembicara budaya, agama, dan sains? Tidak nyambung.

Namun minatnya kuat sekali, dengan inisiatifnya sendiri ia lakukan tirakatan. Di setiap jam 2 malam hingga Shubuh, ia berendam air di kolam pemandian umum di daerahnya. Dia berendam, niatnya tirakat untuk membayar minat dan cita-citanya. Dan ternyata dia sekarang sudah menjadi budayawan Banyumas yang masyhur yang kerap diundang seminar, diundang sebagai pembicara, dan banyak juga disowani pejabat.

Itulah karakter al-wafâ; ada maunya ya berani bayar ongkosnya. Lunasi!

Anda merasa karir Anda mandek? Rezeki stagnan? Bisnis segitu saja omsetnya? Sebenarnya jalan menaikannya ya pakai jalan "itu-itu saja".

Pertama tentukan keputusan, diri Anda mau bagaimana sebagai pondasi cita-cita. Lalu yang kedua bayar lunas ongkosnya.

Sekarang Anda bisanya bayar ongkos pakai apa? Bisa Tahajud? Apa bisa zikir? Apa bisa puasa? Apa bisa sedekah? Apa bisa kerja disiplin? Apa bisa semedi? Lalu lakukan dengan konsisten hal-hal tersebut hingga lunas sebagai ongkos.

Itu-itu saja kan? Lah teman saya saja ingin sejajar dengan para dosen, para doktor, para kyai, ia bayar dengan tirakat berendam di air selama tahunan juga terwujud, palagi bayar dengan zikir, shalat, dan lainnya?

Anda menderita karena didengki orang toxic, menderita karena difirnah musuh, menderita karena diserang penyakit, menderita karena dikhianati pasangan? Bayar lunas penderitaan itu dengan jalan yang "itu-itu saja". Putuskan sikap untuk jadi pemenang atas penderitaan lalu bayar lunas dan tuntas dengan itu-itu juga.

Ingin kaya bahagia? Sama. Itu-itu juga. Jadilah al-wafâ.

Lah katanya pingin rezeki lancar, boro-boro mau bayar lunas, maunya gratisan melulu yang tak usah repot bayar, maunya dibayar melulu, kerjaan tak diselesaikan, ya kapan rezeki lancar terwujud wong ongkosnya saja kurang.

Apalagi hutang tak terbayar? Ya jelas itu karakter pengecut; jauh dari karakter al-wafâ; kalau tidak lunas, bagaimana Anda sampai?

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Dan ia menghadapi orang yang memberi kepadanya, ia tidak mau berpangku tangan, ia berusaha keras membalasnya, walaupun semampunya. Ibarat ada orang datang bawa gula teh, ya dia balas dengan kasih pesangon ke anaknya. Ia juga suka dagang, sambil iseng-iseng ia aktif jualan pakaian di Tiktok dan Instagram.

Anda punya kekayaan mobil karena Anda mampu membayarnya. Bila sudah kaya ya tentu dihormati orang, sebab tidak bisa dipungkiri bahwa di sini adalah alam materi sehingga yang kaya lebih dihormati adalah satu hukum kepastian. Hanya saja bagaimana agar Anda punya kekayaan, ya sama seperti Anda ingin punya mobil, yakni Anda harus membayar harganya.

Nah si ustadzah TPQ dia membayar dengan mendidik ngaji anak-anak TPQ, itu sudah merupakan tindakan orang kaya. Ditambah lagi ia sangat amanah dengan disiplin mengajar. Satu point kekayaan dia dapatkan.

Dan ketika kekayaannya mengajar TPQ mau dibeli oleh masyarakat dengan aneka pemberian, ia membayar dengan oleh-oleh balik, tidak mau berpangku tangan. Di point kedua ini, ia berhasil mempertahankan energi kayanya. Ia membayar dan membayar.

Dia tidak pernah meminta-minta dan mengeluhkan kesulitan finansialnya, ia sabar dan tawakal. Dan ini pun jadi point ketiga simpanan energi kayanya.

Lambat laun karena ia terus membayar baik bayar dengan jasa ngajar, bayar dengan oleh-oleh balik, bayak dengan capek dan kesabaran, energi kayanya pun menjadi power full. Dan saat itu dengan ajaib jualannya di Tiktok dan IG meledak. Ia pun mulai kaya.

Setelah ia kaya, ia tentu dihormati dan dihargai lebih tinggi. Pemberian dari orang-orang di sekitarnya yang dulu karena rasa kasihan auto berubah karena rasa hormat.

Jadi kenapa energi pemberian Anda berputar-putar di area energi dikasihani? Ya karena terlalu nyaman diberi darma bakti, Anda tidak mampu berbuat darma bakti kepada kehidupan.

Jangan adem ayem dikasihani, berbuatlah baik, berlombalah dalam kebaikan, fastabiqul khairât; itu cara menggeser energi dikasihani uang menjadi energi dihormati uang.

وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ - ١٤٨

"Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS Al-Baqarah: 148)

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Apalagi malu yah? Ada tetangga ke luar kota saja yang ditanyakan dan diguyonkan tagihan oleh-olehnya. Ada teman share dagangan yang ditanyakan gratisannya. Antri sembako gratis rela desak-desakan, tidak kebagian terus tersinggung. Kalau hajatan edaran undangannya ke seantero jagat agar untung dari amplop kondangan. Kalau kerja seenaknya sendiri, tidak punya disiplin, giliran demo minta kenaikan gaji memaki-maki ganas.

Kemarin saya menonton konten Gubernur Jateng; Ganjar Pranowo yang sedang buka open house virtual dengan warga. Sama Ganjar disuruh pilih mau dibangunkan rumah atau diberi laptop. Si warga milih rumah. Sudah deal dibangunkan rumah, si warga dengan gigih minta agar diberi laptop juga. Lalu oleh Pak Ganjar ditegur, "Disyukuri dulu hadiah rumahnya. Laptopnya untuk lainnya." Ya begitu sikap orang tidak punya malu, cirinya suka melunjak sudah diberi hati minta jantung.

Ada juga orang bikin yayasan sosial, lalu minta-minta donasi kesana-kemari, tidak peduli itu merisihkan orang lain atau tidak. Dia yang bikin yayasan sosial, orang lain yang direpotkan mendanai. Kan tidak punya malu. Dan parah lagi, uang sosialnya dibelikan fasilitas sosial, lalu dipakai sendiri. Kan parah tidak punya malunya.

Termasuk orang yang tidak punya malu kepada harta ya mereka para pejabat yang keluarganya flexing kemewahan di media sosial. Betapa tidak punya rasa malu, yang menggaji mereka adalah rakyat, lah fasilitas rakyat masih kurang disana-sini, malahan mereka pamer kemewahan di depan rakyat. Kalau rakyat tidak merasa menggaji tentu tidak apa-apa, umpama karirnya wirausahawaan. Lah tahu-tahu digaji rakyat malahan rakyatnya dilunjaki dengan dipameri kemewahan. Kan tidak punya malu.

Dan puncak orang yang tidak punya malu kepada uang itu dia jadi rakus, tanpa malu-malu merampas hak orang lain. Dari situlah kemudian dia memakan harta haram.

Batasnya Anda harus sadar diri memasang malu kepada uang itu bila Anda dapatkan harta tetapi di luar batas apa yang Anda hasilkan dari kerja. Bukan berarti Anda harus menolaknya, tetapi Anda malu atau bangga. Kalau bangga ya itu namanya tidak punya malu. Kerja apa-apa tidak, bayar apa-apa tidak, kok peroleh uang. Kalau bangga kan jadi mirip pengemis, tidak mau kerja, tidak mau modal, tapi maunya peroleh uang.

Lah rasa malu kan vibrasi force? Kok disini dianjurkan? Sama saja marah itu vibrasi rendah, tetapi kalau Anda marah karena istri diselingkuhi orang, bukankah jadi vibrasi power? Sama saja bangga itu vibrasi force, tetapi bagi atlet sepak bola yang selebrasi dengan bangga telah buat gol, bukankah menjadi vibrasi power? Rasa malu pun demikian.

اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.

''Iman itu lebih dari 70 (tujuh puluh) atau 60 (enam puluh) cabang, cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan 'La ilaha illallah', dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.'' (H.R. Bukhari dan Muslim).

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Selamat Hari Raya Idul Fitri
1 Syawal 1444 H

Mohon Maaf Lahir dan

تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَمنِْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ كُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
اَللّهُمَّ اجْعَلْنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ العَاءِدِيْنَ وَالفَاءِزِيْنَ وَالمَقْبُوْلِيْنَ.

Muhammad Nurul Banan & Keluarga

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

IMSAK; SISTEM PENGHEMAT ENERGI KAYA

Mungkin selama Anda ikuti konten-konten saya baru kali ini Anda akan saya ajak untuk membela "hemat", satu kata yang selama ini jadi musuh bebuyutan saya.

Hemat disini hemat energi ya bukan hemat materi, itu yang kali ini saya bela.

Anda kehabisan energi bensin kendaraan, untuk mendapatkannya Anda harus keluarkan materi uang ke SPBU, artinya saat Anda keluarkan uang untuk membayar saat itu Anda dapatkan energi kendaraan, berarti pula saat dapatkan energi saat itu Anda kehilangan materi. Hemat energi kaya berarti sistem penghematan di wilayah energi yang konsepnya bisa berbanding terbalik dengan hemat di wilayah materi.

Materi muncul dari energi, kekayaan materi pun muncul dari energi kaya. Nah imsak sebagai penghemat di sini adalah hemat di energinya.

Dalam 3 jam Anda lari-lari terus tentu Anda kehabisan energi vitalitas tubuh, di titik itu Anda butuh istirahat untuk menghemat energinya. Imsak yang berarti menahan diri itu merupakan sistem penghematan energi agar Anda tidak sampai ketekoran energi kaya.

Untuk dapatkan energi kaya itu Anda harus keluarkan rahmat ke luar diri Anda, ilustrasinya seperti Anda keluarkan uang ke SPBU untuk peroleh energi kendaraan. Keluarkan uang ke SPBU itu salah satu contoh bentuk memberi rahmat ke luar diri Anda.

Setiap kali Anda menolong orang lain, berkasih sayang, berbagi, membayar belanjaan dengan kasih keuntungan, dan segala amal shalih, itu hakikatnya Anda sedang memberi rahmat, di situ Anda sedang belanja untuk peroleh energi kaya untuk diri Anda sendiri. Anda sedekah misalkan, Anda sedang memberi rahmat. Memberi uang ke SPBU saja Anda peroleh kekayaan energi bensin, apalagi sedekah?

Nah sekarang energi kaya itu bisa berkurang bahkan habis ketika Anda berbuat sebaliknya, tidak berbuat memberi rahmat namun memberi kejahatan, bahaya, keburukan, dosa, mudharat dan lain sebagainya.

Gambarannya begini, Anda datang ke SPBU lah kok Anda bukan malah memberi rahmat dengan kasih cuan beli BBM, malahan Anda memberi mudharat, misal dengan merampok, ya Anda langsung ketekoran energi kaya, kan? Babak belur digebugin orang, berurusan dengan polisi, harus ganti rugi, dan lainnya yang semuanya adalah wujud kemiskinan. Kalaupun tidak tertangkap, ya pasti energi miskinnya akan termanifestasi alamiah dengan wujud lain.

Jadi setiap kali Anda berbuat jahat, berbuat dosa, melakukan pelanggaran, merugikan orang lain, ghibah, membully, mengfitnah, merendahkan, itu semua bentuk-bentuk pemborosan stok energi kaya. Terlalu sering dilakukan ya Anda makin boros ambil energi kayanya.

Termasuk kasus flexing kemewahan para istri pejabat yang sekarang sedang jadi sorotan publik, itu juga pemborosan energi kaya.

Flexing sebenarnya kadang dibutuhkan, tidak selamanya menyedot energi kaya, misal flexing untuk bangun branding bisnis. Misal Anda pedagang bubur, lantas Anda ke Eifel di Paris, di sana Anda foto di depan Menara Eifel dengan memampang spanduk bubur Anda. Yang begitu flexing untuk memajukan bisnis. Atau misal Anda pebisnis MLM yang bisanya menarik member MLM dengan pamer penghasilan bisnisnya, ya itu tidak apa.

Yang memboroskan energi kaya itu flexing hura-hura harta. Apalagi kalau penghasilannya bisa didata jelas oleh publik. Tahu-tahu cuma PNS, gaji dan tunjangannya paling 12 juta perbulan lah kok pamer tas ratusan juta dan posisi di luar negeri, ya jelas dia sedang menunjukan energi miskinnya. Penghasilan 12 juta bisa hidup semewah itu ya pasti karena korupsi, dan korupsi tentu memberi kerugian kepada rakyat. Merugikan rakyat itu pemborosan energi kaya. Hotman Paris dan Deddy Carbuzier suka pamer mobil mewah ya tidak tercium energi miskinnya karena data penghasilannya masuk akal, bukan hasil dari merugikan orang lain.

Kembali ke masalah imsak. Dalam puasa Anda diajarkan untuk menahan diri atau imsak. Makanya agar puasa Anda menjadi 'amalan maqbûlan, Anda tidak hanya disuruh menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga diri dari ucapan kotor, perbuatan munkar, perbuatan dosa dan lain sebagainya.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

BEGINI BILA DOA AKAN DIIJABAH

Pada suatu kali, Nabi Musa melewati salah seorang pengikutnya yang sedang bersujud. Setelah beberapa saat, Nabi Musa kembali melewati tempat yang sama dan melihat pengikutnya itu tetap dalam keadaan bersujud. Nabi Musa menegur orang itu dan berkata padanya, “Seandainya keperluanmu ada di tanganku, tentu aku sudah mengabulkannya.”

Ucapan Nabi Musa itu langsung mendapat jawaban dari Allah, “Biarpun lehernya terputus karena terlalu banyak bersujud, Aku tetap tidak akan memberi keperluannya, kecuali dia bersihkan terlebih dulu hatinya. Dia harus memenuhi hatinya dengan mencintai apa yang Aku cintai dan membenci yang Aku benci.”

Nah sangat jelas bahwa misi Tuhan atas doa Anda adalah terbentuknya karakter diri Anda. Artinya proses pengabulan doa adalah proses pembentukan karakter diri.

Lalu karakter terbentuk itu lantaran apa? Segala pembentukan benda itu melalui tempaan. Besi baja mau dibentuk golok harus ditempa keras, dari dilunakan dengan pembakaran api hingga dipukuli keras dengan palu berkali-kali. Makin berulang proses tempaannya, hasilnya makin matang.

Segala bentuk pembentukan karakter benda selalu melalui tempaan, yakni gesekan-gesekan antar benda. Ada bentuk anak akibat gesekan alat kemaluan pejantan dan betina. Ada beras akibat gesekan biji padi dengan mesin penggiling. Ada tulisan status FB akibat gesekan ujung jari dan keyboard handphone, dan seterusnya. Mau tidak mau begitulah proses alam dalam membentuk karakter baru.

Anda berdoa, di situ jika Tuhan hendak kabulkan doa Anda, justru Anda akan diproses dulu agar terbentuk karakternya. Sebab itu ketika ada seorang pengikut Musa AS bersujud sekian lama karena suatu doa, lalu dibelaskasihani oleh Musa dengan menyatakan, “Seandainya keperluanmu ada di tanganku, tentu aku sudah mengabulkannya,” justru ditanggapi oleh Allah, "Sampai putus lehernya untuk sujud pun tidak akan diijabah sehingga ia bersihkan hatinya, hingga mencintai dan membenci apa yang dibenci Allah." Artinya Allah mengincar terbentuknya karakter mulia dari hamba tersebut.

Tuhan tidak ada kebutuhan apapun dengan Anda sehingga Anda berdoa pada-Nya, Tuhan tidak meminta kebutuhan apapun dengan Anda. Berbeda dengan ketika Anda meminta (berdoa) kepada sesama makhluk, misal kepada Gendruwa. Anda minta kebutuhan kekayaan harta kepada Gendruwa, di situ si Gendruwa juga minta kebutuhannya kepada Anda, misal dia minta tumbal. Anda butuh harta gaib si Gendruwa, si Gendruwa pun butuh tumbal dari Anda.

Tuhan tidak ada kebutuhan apapun dengan Anda, Dia tidak meminta apa-apa dari Anda. Dia hanya menginginkan Anda terbentuk sebagai ptibadi baru yang berkualitas.

Kalau karakter Anda tidak dibentuk sebagai pribadi baru lebih dulu, lalu doanya langsung diijabah, maka Anda tumbuh idiot. Idiot itu fisiknya besar tapi jiwanya kebocah-bocahan. Anda berdoa kaya harta lantas begitu saja diberi kekayaan harta tanpa pembentukan karakter Anda lebih dulu, yang terjadi ya jiwa Anda tetap miskin. Banyak harta, jiwanya miskin, ya itu namanya idiot. Rumahnya besar, sawahnya luas, tapi irit dan pelitnya super, itu contoh tumbuh idiot.

Kalau tumbuh idiot, ia pun seperti syair Imam Al-Bushiri,

كَمْ حَسَّنَتْ لَذَّةً لِلْمَرْءِ قَاتِلَةً *** مِنْ حَيْثُ لَمْ يَدْرِ أَنَّ السَّمَّ فِى الدَّسَمِ

“Betapa banyak kenikmatan justru berujung pada kematian, karena orang tidak menyadari bahaya racun yang terkandung di dalamnya.”

Nah hukum patennya segala bentuk pembentukan karakter itu selalu lewat tempaan, adukan, polesan, gesekan, benturan, dan lainnya. Maka ini ketika Anda berdoa kepada-Nya, lalu Anda hendak diijabah doanya justru yang turun lebih dulu adalah proses tempaan untuk membentuk karakter baru.

Dan proses tempaan selalu lewat tempaan, adukan, polesan, gesekan, benturan, dan lainnya. Karena ketika doa Anda hendak diijabah yang turun justru berbagai ujian, benturan, musibah, masalah sumpek, dan lainnya sebagai proses membentuk karakter baru.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Ada orang yang energinya jika bertemu orang lain itu orang lain akan memberikan sesuatu yang terbaik kepadanya, tanpa sungkan, tanpa diminta. Itu energi kaya. Ada juga yang boro-boro orang lain ingin memberi yang terbaik kepadanya, namun menemuinya saja malas. Itu energi miskin.

Esok malam SCC PRO-E Class, segera daftar!

Registrasi :
http://bit.ly/gusmnbanan
WhatsApp : 0817 230 2992

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

MELOROTI ORANG TAPI BERENERGI MENGGEMBIRAKAN

بيْنَما أيُّوبُ يَغْتَسِلُ عُرْيانًا خَرَّ عليه رِجْلُ جَرادٍ مِن ذَهَبٍ، فَجَعَلَ يَحْثِي في ثَوْبِهِ، فَنادَى رَبُّهُ: يا أيُّوبُ ألَمْ أكُنْ أغْنَيْتُكَ عَمَّا تَرَى؟ قالَ: بَلَى، يا رَبِّ، ولَكِنْ لا غِنَى بي عن بَرَكَتِكَ

"Suatu ketika Ayyub A.S. mandi dengan telanjang, tiba-tiba belalang emas jatuh menimpa tubuhnya. Ayyub pun memasukkannya ke dalam bajunya. Maka Tuhan 'Azza wa Jalla menyerunya, "Wahai Ayub! Bukankah aku telah mencukupkanmu dari apa yang engkau lihat?" Ia menjawab, "Tentu, demi kemuliaan-Mu, akan tetapi aku tidak pernah merasa cukup dari berkah-Mu." (H.R. Bukhari)

Umpama Anda orang kaya lalu ada BLT dari pemerintah lalu Anda ikut-ikutan ngotot ambil jatah BLT apa pantas? Nah yang terjadi pada Nabi Ayyub AS itu begitu.

Dalam hadits di atas dikisahkan suatu ketika Ayyub sedang mandi telanjang tiba-tiba ada belalang emas jatuh mengenai tubuhnya. Ia yang sudah kaya tampak gereget antusias mengantonginya ke baju beliau. Karena terlihat rakus karena Ayyub sudah kaya raya, lantas Allah menegurnya.

"Kamu sudah Aku kasih kekayaan melimpah, cuma Aku jatuhi belalang emas saja masih rakus begitu," kurang lebih begitu maksud teguran-Nya.

Namun value point yang ada di hati Ayyub itu bukan orang rakus yang haus harta, tetapi ada kesadaran yang berbeda. Ayyub melihat belalang emas tersebut sebagai karunia berkah yang diturunkan Allah, lah ada karunia berkah kok tidak antusias diambil, ya rugi besar, kan? Karena itu Ayyub menjawab, "Tentu, demi kemuliaan-Mu, akan tetapi aku tidak pernah merasa cukup dari berkah-Mu."

Hati Ayyub menyaksikan belalang emas sebagai berkah makanya ia tidak layak merasa cukup dari berkah Allah.

Nah tindakan Ayyub tindakan rakus, namun karena kesadaran hati yang berbeda hasilnya bukan kerakusan tapi kesalehan.

Apa sih yang kyai di pesantren tidak menyuruh santri? 60% pekerjaan kyai dilayani santri. Dan mereka tidak ada yang dibayar sebagaimana asisten. Paling mereka dijamin makan oleh kyai, kalaupun ada uang pesangon ya sekedar untuk jajan sehari-hari, namun gaji asisten tidak ada.

Tindakan kyai tindakan orang tega dan kurang ajar, menyuruh-nyuruh anak orang kerja untuknya tanpa imbalan profesional. Ditegai dan dikurangajari begitu seharusnya si santri dan orang tuanya berang, namun yang terjadi sebaliknya, justru si santri bangga, orang tuanya apa lagi. Dengan bangga orang tuanya berkata, "Anakku jadi driver kyai. Anakku sekarang jadi penderek kyai," dan seterusnya.

Kok bisa begitu, si anak dan ortu bukannya berang malahan bangga?

Kyai tidak merasa kalau ia sedang suruh-suruh anak orang untuk kerja kepadanya tanpa dibayar, karena kyai juga merasa bukan mental kere, kyai menilai itu adalah training kepada santri agar mereka kaya.

Iya, Anda membayar harga mobil, Anda pun jadi punya kekayaan berupa mobil. Kyai sudah mengajar dan mendidik para santri, gaji juga tidak didapatkan kyai.

Kyai mengajar dan mendidik itu artinya kyai sedang membayar sebuah harga dengan ilmu dan jerih payah. Kalau hanya kyai yang membayar, ya ujung-ujungnya kyainya yang nanti kaya sendirian. Santri yang terima bayaran pendidikan dan ilmu tidak punya kekayaan apa-apa karena ia membayar apa-apa juga tidak. Lah iya, tidak bayar apa-apa bagaimana ia punya sesuatu?

Dengan mereka disuruh bekerja kepada kyai, tanpa dibayar, mereka dilatih untuk membayar suatu harga kepada kehidupan. Kalau nilai bayar mereka besar, itu akan jadi kekayaan. Jadi santri khidmah kepada kyai itu santri sedang diberdayakan oleh kyai agar mereka punya daya bayar besar.

Kalau Anda didatangi tamu hendak beri emas kepada Anda, kan Anda jadi berenergi? Tidak loyo. Lah kyai suruh-suruh anak orang kerja kepadanya itu sama, yang ada di benaknya adalah melatih anak orang untuk kaya. Kalau hanya kyainya yang membayar dengan mendidik dan mengajar ya si kyai yang egois kasih peluang kaya hanya untuk dirinya sendiri, santrinya tidak diberi peluang kaya apa-apa.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Biasa kerja sehari dibayar 100 ribu, di zona Lailatul Qadar kerja sehari dibayar 3 M sampai tak hingga. Ada pelipatgandaan energi alam semesta di Lailatul Qadar.

Prosperity of Ramadhan bareng Agus Sukoco ; Budayawan Banyumas, Novelis, Penutur Spiritual.

Saksikan di channel Youtube saya sekarang.
https://youtu.be/xK-BErgSCQU

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

DOYAN UANG TAPI MENOLAKNYA

Di handphone sekarang biasanya sudah dipasang fitur pengfilter panggilan spam dan penipun. Ketika panggilan masuk dari nomor telepon spam langsung muncul pengingat "Identified As Spam". Saat itu jelas Anda langsung pencet tombol reject ataupun membiarkannya.

Anda menyadari telepon spam adalah telepon jahat karenanya Anda me-reject.

Ketika saya bergaul dengan orang-orang yang hidupnya selalu kesulitan uang, ternyata mereka memang ada penilaian bahwa uang itu jahat. Ya seperti panggilan telepon spam, dinilai jahat ya tentu ditolak keras agar tidak hadir dalam hidupnya.

Padahal uang ya energi netral-netral saja, jahat tidak, baik juga tidak. Kalau uang itu jahat atau baik, nanti Anda uang dihisab di hari kiamat, yang uang kafir masuk neraka, uang mukmin masuk surga.

Bukan uang yang berenergi jahat ataupun berenergi baik, tapi diri Anda mau pengaruhi uang dengan energi apa? Dipengaruhi energi baik ya uang akan baik,
نِعمَ المالُ الصَّالحُ للرَّجلِ الصَّالحِ

"Harta terbaik itu bagi orang yang baik." (HR Bukhari)

Dipengaruhi energi jahat ya uang jadi jahat,

مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

“Dua ekor serigala yang lapar kemudian dilepas, menuju seekor kambing, (maka kerusakan yang terjadi pada kambing itu) tidak lebih besar dibandingkan dengan kerusakan pada agama seseorang yang ditimbulkan akibat ambisi terhadap harta dan kehormatan.” (HR Nasa-i, Ahmad, Tirmidzi, & Ibn Hibban)

Jadi bukan uang yang jahat, tapi umpama ada kejahatan karena uang ya diri Anda yang jahat.

Orang yang kesulitan uang itu sering saya temukan punya penilaian bahwa uang itu energi jahat. Dia meniilai jahat ya auto dari perasaan, pikiran, tindakan dan segala energi yang keluar dari dirinya adalah energi me-reject uang datang karena tahu uang yang datang itu akan membahayakan dirinya. Persis ketika dia menolak panggilan telepon spam.

Macam-macam alasan penolakan mereka, yang jelas kesimpulannya uang dinilai jahat. Di antaranya;

1). Menilai Nabi SAW hanya mencintai orang miskin.
Nabi SAW mencintai orang miskin namun Anda tahu tidak, 10 sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk surga itu orang kaya semua. Para sahabat yang awal-awal menerima Islam juga orang-orang kaya; Khadijatul Kubra, Abu Bakr, Umar bin Khattab, Usman bin Affan itu di antaranya, yang dari orang miskin paling Bilal bin Rabah karena seorang budak.

Sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga ya orang-orang kaya, yang menyahut panggilan keimanan kepada Nabi SAW paling awal lantas sepenuh hati mendukung perjuangan Nabi juga kebanyakan orang kaya, ya jelas Nabi itu dekatnya dengan orang kaya.

2). Menilai uang jadikan hisabnya lama.
Setahu saya, banyak orang yang mie instan oleh-oleh kondangan dikumpul-kumpulkan agar nanti kalau ada kondangan tidak perlu repot beli sumbangan, banyak yang buang baju bekas saja sayang sehingga baju-baju lusuh penuhi almari, banyak yang amplop kondangan bekas disimpan-simpan, banyak yang belanja untuk dirinya sendiri saja pelit karena takut duit tidak terkumpul banyak, lah prilaku seperti itu kan prilaku at-takatstsur (berlomba kumpulkan harta), dan itu justru banyak dilakukan orang miskin.

Sampah harta dilekati lalu dikumpul-kumpulkan, bagaimana hisabnya tidak lama? Hisab duit gede-gede mending, hisab lama karena melekati mie instan dan baut bekas, kan haduh.

Dan mungkin malah yang punya duit banyak dihisab sedikit, wong lebaran saja kelihatan berbaginya sampai rekeningnya sering kosong.

3. Menilai orang kaya jahat.
Orang kaya sombong, rakus, hubbud dun-ya itu yang lazim.

Menilai orang kaya sombong, lah menilai orang kaya sombong itu juga kesombongan, kan? Sebab mereka merasa lebih suci. Cuma bedanya yang kaya sombong dengan hartanya yang miskin sombong dengan ketidakpunyaannya. Orang kaya rakus, lah yang dibela-belain sakit hati ketika tidak terima BLT siapa? Sakit hati kan karena rakus harta, takut tidak fapat bagian gratisan. Orang kaya hubbud dun-ya, lah baut bekas saja disimpan-simpan, itu dengan sampah saja cinta melekati.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Menjadi kaya itu capek, menghimpun energi kaya juga capek. Terus membayar besar dari segala sisi baik duit, perjuangan, maupun mental. Tapi ingat! Lebih capek lagi hidup miskin karena tekor energi kaya; sengsara duit, bertubi kesulitan, asor hidupnya, dan amal shalehnya kecil.

SCC PRO-E Class
Pendaftaran :
- WhastApp : 0817 230 2992
- http://bit.ly/gusmnbanan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

BERBUAT NYATA SAJA, LILLÂHI TA'ÂLÂ-NYA SERAHKAN KEPADA TUHAN

Sejak tahun 2016 saya aktif menjadi writer di medsos khususnya Facebook. Sial beruntung sudah lumayan banyak saya alami. Pernah punya akun dengan 21 ribu follower, lenyap begitu saja karena ulah hacker, dan paling rugi kehilangan sebagian data karya artikel saya. Akun Facebook lenyap selanjutnya harus bangun follower dari nol lagi. Pernah pula hanya karena satu artikel saya keliling sebagian wilayah Indonesia, diundang isi seminar dimana-mana karena artikel tersebut. Ya macam-macam hal yang sudah dilalui.

Tidak terasa hingga detik ini saya malang melintang di medsos sudah 8 tahunan, dan ternyata baru kemarin sore saya temukan niat yang waras, boro-boro ikhlas lillâhi ta'âla dalam berkarya, niat lurus saja tidak.

Iya, selama 8 tahunan, kesadaran saya dalam berkarya itu kesadaran miskin, sampai-sampai saya sering tersinggung dengan postingan yang sepi interaksi, hati saya kerap sedih kalau interaksi postingan sedang sepi interaksi. Itu artinya saya berkarya di medsos tahunan tapi kesadaran saya sedang cari popularitas.

Cari popularitas berarti saya masih berkesadaran "meminta-minta" kepada netizen, "Ayo ramaikan postingan saya biar saya senang," itu kesadaran miskin karena meminta-minta dan mengharap-harap. Kesadaran begitu ikhlas dari mana, coba?

Saya sadar itu kesadaran bodoh, saya ingin berusaha lepas tapi tetap tidak bisa, tetap kerap tersinggung ketika postingan sepi interaksi.

Saya tahu saya berkesadaran bodoh dan miskin, namun kalau saya berhenti berkarya karena sadar tidak ikhlas juga langkah bodoh, sebab kalau saya terus berkarya karena menunggu ikhlas, lantas bagaimana ilmu saya bisa memanfaati orang lain? Kalau pun saya ganti profesi, ya berkarya di medsos saja berkesadaran bodoh dan miskin, umpama saya ganti profesi lain pun tetap sama, kesadarannya tetap bodoh dan miskin.

Mau tidak mau saya jalani saja walaupun dengan keadaan hati yang begitu.

Sampai akhirnya di awal Januari 2023 kemarin saya baru temukan kesadaran baru di dalam berkarya, ya kesadaran ikhlas tentu masih jauh, tapi setidaknya temukan kesadaran kaya.

Saya temukan kesadaran kaya itupun setelah saya berbuat salah. Di bulan-bulan akhir tahun 2022 itu saya bosan sekali berkarya, bosan juga buka kelas training karena layani peserta konsultasi sangat capek. Jadinya dalam beberapa bulan saya malas-malasan tidak berkarya, tidak aktif buat konten digital, juga tidak buka kelas.

Hasilnya penghasilan saya anjlok. Cuma menurun saja, morat-marit finansialnya tidak.

Nah di situ saya temukan kesadaran kaya dalam berkarya. Begini, Anda punya kekayaan mobil karena Anda sanggup membayar harga mobil. Anda pingin kaya pun ada harga yang harus dibayar, tidak bayar dengan uang ya bayar dengan jerih payah. Berkarya itu capek, lah bikin artikel panjang begini saja bisa memakan waktu 2 - 3 jam, capek, lalu karya saya disedekahkan begitu saja ke publik melalui medsos, itu merupakan energi bayar ke alam semesta. Siapapun yang membayar, dia yang kaya, Anda bayar harga mobil ya jadi punya kekayaan mobil, kan?

Di titik itulah saya sadar sepenuhnya, "Ooh kaya itu banyak membayar. Dan konten keilmuan saya ke publik itu adalah bayaran dari saya untuk sebuah kekayaan."

Sejak menyadari hal itu saya netral dari rasa tersinggung dari konten yang sepi, saya tidak lagi berenergi meminta kepada publik, tapi saya berenergi membayar, sehingga di hati saya muncul statemen, "Bodoh amat. Mau konten ramai atau tidak, terserah, yang penting saya sudah bertindak kaya yaitu membayar."

Bayangkan! Hanya untuk bergeser dari kesadaran miskin dalam karya menjadi kesadaran kaya butuh 8 tahun berjerih payah. Lantas kalau mau capai rasa ikhlas lillâhi ta'âlâ dalam berkarya, kapan? Ya mungkin masih sangat jauh, kan?

Dulu waktu di pesantren saya mengalami hal sama. Saya iri juga mendengki kepada seorang teman yang menonjol sekali dalam skill intelektualitas dan leader. Di mana-mana saya tersingkir olehnya.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

KHAWATIR DUIT; MENGHINA TUHAN

Dulu waktu masih sering pas-pasan duit, sudah sangat sering istri saya komentar begini, "Iya ya, Yah. Duit tidak usah dikhawatiri malah datang tepat pada saat butuh." Dan itu berkali-kali diungkapkan istri saya.

Dia komentar demikian tentu setelah menghadapi kondisi kehabisan uang belanja, dan tidak tahu lagi mau dapat duit dari mana. Dalam kondisi uang habis, istri saya menyoba tetap happy, "ndableg" tidak dipikir, membuang jauh-jauh rasa khawatir. Hasilnya, duit datang tepat pada saat dibutuhkan.

Beberapa komentar di note status facebook dan fanpage saya juga banyak yang mengomentarkan hal serupa, yang intinya mengungkapkan pengalaman mereka jika duit tidak dikhawatiri justru duit datang sendiri pada saat butuh, menjadi tidak ada habisnya.

Kenapa demikian? Sebab karakter duit memang karakter happy, duit antipati pada unggahan rasa prihatin.

Sopir saya seperti wajib memutar musik pada saat menyetir mobil, katanya tanpa musik jadi mengantuk dan tidak konsentrasi. Dan yang dia sukai musik-musik dangdut koplo reggae, paling sering Via Vallen dan Nella Kharisma.

Saya yang tidak pernah mengenal musik, bahkan lirik lagu di alam semesta ini yang saya hapal hanya lagu-lagu nasional seperti Indonesia Raya, Halo Halo Bandung, Garuda Pancasila, dan lain-lain jadi mau mengamati lirik-lirik lagu yang sering diputar sopir.

Misal lirik lagunya Nella Kharisma; "Teman Rasa Pacar";

"Pernah aku mencoba dekat dengan lelaki
tapi kau bersikap lucu tanpa kata-kata
kowe takon aku opo ono cinta tentang diriku dengan dirinya
begitu juga sebaliknya dengan diriku
aku mrasa cemburu yen ndelok awakmu
cedak-cedak karo wong wedok selain aku
kok iso aku nganti cemburu
sayang
opo iki seng jenenge
aku lagi kasmaran."

Menghayati lirik lagunya, saya langsung menyeletuk pada sopir, "Itu kamu amati! Itu lagu liriknya mirip burung emprit ngoceh, value tidak ada, wisdom tidak ada, ilmiah juga tidak, bahasa yang dipakai campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia seenaknya sendiri, tapi si Nella Kharisma duitnya banyak, tidak?"

"Ya banyak, Gus, duitnya. Nella Kharisma jelas kaya, " jawab sopir.

"Nah itulah duit, tidak ada seriusnya, tidak ada karakter penting yang perlu dibangun untuk duit. Nella Kharisma yang kerjaannya nyanyi lagu-lagu dangdut koplo dengan pesan syair lagu tidak ada maknanya malahan duitnya banyak. Jadi urusan duit itu yang penting hatimu happy, tidak khawatir, tidak banyak punya rasa susah pada duit," tutup kata saya.

Duit itu jaminan karena semua makhluk melata (dabbah) di alam semesta ini dijamin rezekinya. Kesalahan Anda adalah mengkhawatirkan barang jaminan, menakuti sesuatu yang sudah terjamin. Ibaratnya, oleh satpam parkir, mobil Anda sudah dijamin keamanannya, tetapi Anda masih saja ketar-ketir mobilnya hilang sehingga Anda masih repot-repot pasang gembok eksternal ditambah pasang statemen pada satpam parkir, "Awas mobil saya jangan sampai kecurian! Jaga yang benar! Jangan lengah!" Dipesani begitu bisa jadi satpam parkirnya malah tersinggung.

Khawatir rezeki habis, panik kekurangan duit, bingung besok rezeki dari mana lagi datangnya, ini adalah prilaku menghina Tuhan, tidak percaya dengan jaminan-Nya.

Maka ini, istri saya manggut-manggut dengan kebijaksanaan alam semesta, merasakan "pas duit habis pas duit datang", yang penting menjaga rasa happy pada duit, menjaga hati dari rasa susah dan khawatir pada duit.

Nella Kharisma dan Via Vallen kebanjiran duit karena akses rasa hatinya sudah pas untuk duit. Jingkrakan, goyang dan nyanyi saja di panggung sejam, ratusan juta masuk di kantongnya. Itu karena keduanya sangat happy saat nyanyi.

KO-nya Anda di sini, kerja keras dari pagi sampai malam tetapi hati sedang khawatir tidak mencapai target penjualan. Begitu gigih membangun bisnis tetapi karena khawatir peluang pasarnya direbut orang. Begitu konsisten ikut asuransi tapi karena khawatir rezekinya di hari tua. Begitu aktif ikut program KB tetapi karena khawatir anaknya tambah nanti tidak bisa kasih makan. Begitu irit dan ketat pada pengeluaran duit, tetapi karena tidak kaya.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Dan lagi, induk merpati menghadap nabi Sulaiman untuk mengadukan kejadian tersebut yang membuat nabi bertambah marah. Nabi Sulaiman memanggil kedua setan yang diutusnya tersebut dan mengatakan bahwa mereka telah berkhianat.

Namun ternyata, dua setan tersebut memang gagal menjatuhkan laki-laki itu karena Allah telah mengutus dua malaikat untuk melindunginya.

Ya nyata sekali, “Bersegeralah bersedekah, sebab bala bencana tidak pernah bisa mendahului sedekah. Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah. Obatilah penyakitmu dengan sedekah. Sedekah itu sesuatu yang ajaib. Sedekah menolak 70 macam bala dan bencana, dan yang paling ringan adalah penyakit kusta dan sopak (vitiligo).”(HR. Baihaqi & Thabrani)

وقال صلى الله عليه وسلم: {الصَّدَقَةُ تَرُدُّ البَلاَء وَتُطَوِّلُ العُمْرَ}.

“Rasulullah SAW bersabda, ‘Sedekah itu menolak bala dan memanjangkan umur.’” (H.R. Ahmad).

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

MEMBATASI ITU BAGIAN MERAWAT DIRI

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

AL-WAFÂ; ONGKOS KAYA DAN BAHAGIA

Anda mau kemanapun butuh yang namanya ongkos. Kemarin ada warga Indonesia naik haji dengan bersepeda hanya berbekal uang 300 ribu. Dia bisa irit di ongkos duit, tapi ia harus boros di sisi waktu, tenaga, dan mental yang nilainya setara dengan ongkos naik haji normal.

Sekarang saya tanya? Adakah satu tujuan yang tidak pakai ongkos? Ambil baju di almari saja butuh ongkos dengan keluarkan tenaga, apalagi tujuan ingin kaya, ingin mulia, ingin bahagia, ingin hasanah dunia akhirat, dan seterusnya. Semua pakai ongkos yang nilainya setara dengan besar kecilnya tujuan Anda. Tujuan perjalanan ke luar negeri tentu nilai ongkosnya berbeda dengan perjalanan di dalam negeri.

Karena itu solusinya hanya satu yakni kesanggupan membayar.

Yang dulu waktu sekolah duduk di bangku kelas yang sama, saat reuni sekolah kelas sosialnya jadi beda-beda. Ada yang hadir dengan segala kekurangannya, ada yang hadir dengan segala kesuksesannya. Yang sukses didudukkan di depan sebagai yang terhormat, yang hidupnya biasa-biasa saja yang didudukkan biasa-biasa saja. Kondisi begitu bagi yang berpikir picik akan menyimpulkan, "Yang dipandang hanya harta dan kedudukan."

Eits tidak begitu! Ada ongkos kehidupan berbeda yang dikeluarkan antara siswa yang hadir reuni dengan suksesnya dan siswa yang hadir dengan keadaan hidup biasa-biasa saja.

Ketika dulu mereka duduk sama tinggi di bangku sekolah, siswa yang sekarang sukses telah menyiapkannya, yang lain sedang sibuk berpikir asmara, sedang menangisi pacar, sibuk gonta-ganti pacar, sibuk ngerompongin motor dan tawuran, siswa yang sukses sedang serius menyiapkan masa depannya, ia sedang sibuk bercita-cita, bermimpi, dan berusaha keras mewujudkannya, dari giat belajar dan lainnya. Sejak di bangku kelas dulu sudah beda ongkos bayar yang dikeluarkannya.

Persoalan kesanggupan membayar ongkos itu penyelisih awalnya.

Hidup mulia, mati mulia, hidup kaya, mati kaya itupun butuh ongkos bayar serupa. Nanti ketika bangkit di padang Mahsyar di hari kiamat, Anda yang bangkit sebagai orang gagah dan sebagai monyet bertubuh manusia juga karena ongkos bayar yang berbeda.

Kalau Anda sanggup membayar, apa sih yang tidak bisa Anda miliki? Hanya penuaan untuk bisa muda kembali yang tidak bisa Anda bayar. Makanya penyakit yang tidak bisa diobati artinya tidak bisa dibayar itu hanya penyakit tua. Anda mau membayar ongkos besar dengan tujuan ingin muda kembali usianya itu tidak bisa, energi bayarannya terbuang sia-sia.

كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ

“Aku pernah berada di samping Rasulullah, lalu datanglah serombongan Arab Badui. Mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?' Beliau menjawab, 'Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab, Allah tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.' Mereka bertanya, 'Penyakit apa itu?' Beliau menjawab, 'Penyakit tua.'" (H.R. Ahmad)

Kesanggupan bayar ongkos yang dalam akhlak Islam disebut karakter al-wafâ.

Al-wafâ adalah karakter tepat janji, karakter menyempurnakan pembayaran, apapun kewajiban dan resiko yang harus diambil, ia konsisten membayar ongkosnya dengan lunas.

Ada ikatan kepada Tuhan, ia bayar lunas, contoh Anda punya permohonan kepada Tuhan untuk membangun rumah, lalu Anda sowan ke kyai untuk minta ijazah doa, lantas si kyai kasih ijazah doa amalan baca Shalawat Jibril sehari 10 ribu kali selama 3 tahun, kalau Anda punya karakter al-wafâ Anda akan konsisten melaksanakan pembayarannya hingga tuntas. Lunas.

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ [٢:٤٠]

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

MENGUBAH ENERGI REZEKI PEMBERIAN AGAR BERDAMPAK PERUBAHAN FINANSIAL

Rezeki dari pemberian itu bukan sistem cari penghasilan, jadi na'udzubi-llâh kalau memprioritaskan peroleh rezeki dari sisi ini. Namun ini adalah kehidupan seutuhnya, yang namanya peroleh rezeki dari sisi pemberian cuma-cuma itu ada. Ya setiap diri Anda alamai hal itu kan?

Dulu sudah sering saya jelaskan, orang memberi sesuatu kepada Anda itu ada kalanya karena rasa hormat dan ada kalanya rasa kasihan.

Anda kemarin memberi hadiah lebaran kepada orang tua tentu dengan nilai prioritas, bukan pemberian yang tak bernilai, masa iya di hari lebaran kasih ke orang tua cuma 10 ribu, kan tidak mungkin? Tentu sesuatu yang bernilai namun sesuai kemampuan Anda masing-masing.

Kenapa Anda berikan yang bernilai? Karena Anda hormat kepada orang tua.

Beda memberi kepada pengemis, 500 perak saja Anda nyaman-nyaman saja memberikannya, sebab kepada pengemis Anda tidaklah hormat namun sekedar kasihan.

Hal ini juga sering saya jelaskan, getaran energi pemberian karena rasa kasihan itu energi yang tidak berdampak mengubah keadaan hidup, sebab bukan derajat manusia dikasihani dengan uang. Anda sebagai manusia kan derajat penciptaan tertinggi, uang derajatnya jauh di bawah Anda, makanya apa Anda mau diinjak-injak kepalanya lalu diganti dengan uang? Asal Anda waras ya Anda tidak mau.

Anda adalah derajat penciptaan tertinggi, ibarat mobil Anda dicipta sebagai mobil mewah, kemudian ada gerobak penyok kasihan pada mobil mewah, kan bukan levelnya? Ada uang digunakan untuk membelaskasihani manusia yang derajatnya jauh lebih tinggi, ya bukan level.

Karena ini kalau suatu pemberian kepada Anda kok getaran energinya masih karena kasihan, itu tanda hidup Anda belum akan berubah.

Contoh ada melarat banget, kelihatan rempong sana-sini, akhirnya tetangga kanan-kiri kasih bantuan, nah itu energinya bukan karena hormat, tapi karena kasihan.

Ya amati saja, yang tiap tahun terima zakat, terima BLT, terima subsidi, itu tetap mereka-mereka saja, tidak kemudian setelah terima bantuan lantas hidup mereka berubah, itu karena zakat, BLT, subsidian, itu level energi pemberiannya karena kasihan.

Beda pemberian karena rasa hormat, ini pemberian menghargai tinggi. Kemarin saya kondangan kepada salah satu ulama besar di Banyumas. Ulama besar tentu kaya raya, tidak butuh diamplopi tebal, lah kok saya mengisi amplopnya hingga 1,5 juta? Padahal ke tetangga sebelah yang hajatan paling mengamplop 50 ribu. Kenapa begitu? Karena pertama saya hormat kepada beliau. Kedua karena saya sadar untuk mohon tambahan doa dan berkah beliau.

Lah kan, selisih sekali angka energinya pemberian karena rasa hormat dan karena kasihan?

Dan level penerimaan Anda atas apa yang diberikan orang lain itu penanda keadaan finansial Anda. Kalau masih di area energi dikasihani, hidup Anda masih susah berubah, kalau di area dihormati itu penanda hidup Anda dalam wujud kehidupan yang lebih baik.

Sekarang bagaimana mengubah keadaan energinya? Mengubah energi dikasihani menjadi dihormati?

Orang tua Anda dihormati oleh Anda karena ia punya jasa besar kepada Anda, ia pahlawan hidup Anda. Nah disini, kalau Anda mau mengubah keadaan energinya, Anda harus bangun darma bakti atas kehidupan ini, jangan malah adem ayem diberi darma bakti.

Saya kisahkan satu contoh. Ada seorang ustadzah TPQ. Karena ia getol mendidik ngaji anak-anak tetangga, lantas banyak orang yang peduli untuk memberi. Namun di sisi lain ia masih miskin, rumah saja reot-reot, sehingga kemiskinannya menarik orang untuk memberi karena kasihan.

Si ustadzah tetap saja andap asor, pemberian-pemberian itu tetap diterima dengan penuh syukur. Tetapi ia tidak mau adem ayem hanya terima pemberian dari wali santri TPQ-nya dan dari masyarakat. Ia terus berupaya disiplin sebaik mungkin dalam mengajar, ia juga tidak mau mengeluhkan keadaan finansialnya di depan orang lain. Dia juga pantang minta-minta, pokoknya ia berprinsip jangan sampai merepotkan orang lain.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

RASA MALU UNTUK MENJAGA KUALITAS REZEKI

Ketika ayah mertua saya umrah, ayah mertua dapat hadiah jubah dari salah satu sahabat dekat saya. Merknya branded juga. Setelah dicoba kekecilan. Lalu saya menyeletuk guyon, "Wah kalau begitu buat saya saja!" Lalu kami tertawa "ger" bareng-bareng.

Sepulang rumah, saya merasa malu sekali telah guyonan begitu. Kok malu? Ya jubah hanya seharga 500 - 700 ribu, kok saya mau-maunya menggadaikan harga diri saya di depan uang 500 - 700 ribu. Walaupun guyonan tetapi guyon minta-minta begitu bisa menurunkan martabat saya. Sadar telah kebabelasan guyon, saya lalu istighfar dan istighfar.

Esok harinya saya kembali bertemu ayah mertua, dan jubahnya benar-benar diberikan kepada saya. Saat itu saya langsung istighfar mendalam, lalu saya menolaknya. Dengan tegas saya bilang, "Tidak usah, Abah. Itu jubah mahal. Layaknya buat, Abah. Kemarin saya kebabelasan guyon saja. Kalau kekecilan bisa dibawa ke tukang jahit, minta disambungin dengan kain putih lain kan bisa."

Usulan saya pun diterima ayah mertua.

Manusia itu sudah tercipta dengan martabat tertinggi. Apalagi di depan harta, di depan malaikat saja martabat manusia jauh lebih tinggi, sebab itu sudah seharusnya Anda sebagai manusia memiliki rasa malu terhadap harta. Harus tahu batas saat menerima, saat memakai, saat mengonsumsi, saat mencari harta, tujuannya untuk menjaga marwah sebagai makhluk tertinggi.

Tidak punya malu kepada harta, bisa jadikan kualitas rezeki Anda menurun, kalaupun tidak menurun, berkah rezekinya yang menurun.

Lah iya, pengemis mungkin punya uang, tetapi mereka tidak berharga. Apakah Anda mau saya doakan agar anak Anda jadi pengemis dengan duit banyak? Saya kira Anda tidak mau. Sebab pengemis itu cara mencari duitnya dengan menghapus harga dirinya sendiri di depan uang. Demi uang dia tanpa malu-malu merendahkan diri di depan sesama agar dapatkan uang tanpa modal. Pengemis punya uang, tetapi kualitas berkah rezekinya rendah, uangnya justru uang yang merendahkan harga dirinya, karena dia tidak bisa jaga marwahnya di depan uang.

Tangan Anda dipotong, Anda hidup. Kaki Anda dipotong, Anda hidup. Tetapi kepala Anda dipotong, bisakah Anda hidup? Anda mati.

Kepala itu simbol marwah. Harta dan rezeki itu diciptakan hanya sebagai pelayan Anda, ibaratnya Anda maharajanya, harta dan rezeki hanya pelayan Anda. Kalau Anda sebagai raja tidak punya marwah kuat di depan para pelayan, satu bulan saja Anda berkuasa bisa habis dikudeta.

Saya punya seorang teman trainer spiritual, suatu ketika ia dapat hadiah 50 juta cuma-cuma dari salah satu subcriber Youtubenya. Sudah ditolak, tapi tetap saja diberikan. Akhirnya teman saya memilih memberikan training private untuk si subcriber.

Kenapa teman saya berat hati menerimanya? Padahal itu rezeki nomplok? Itu karena dia punya rasa malu. Ia merasa tidak bekerja apapun kepada si subcriber sehingga tidak layak diupah, karena dia bikin konten Youtube pun untuk bangun karir trainingnya, lah tidak disangka kok ada yang kasih 50 juta. Namun karena rasa malunya pada uang tinggi, dia pun mengupayakan membayar dengan memberikan training private.

Dua tahun lalu saya masih gembira ria dapat hadiah-hadiah begitu. Kadang saking hormatnya para peserta training kepada saya, mereka kerap kasih hadiah, ya kalau recehan, hadiahnya pernah ada yang puluhan juta, bahkan ada juga yang senilai ratusan juta. Namun sekarang justru saya mengelus dada dapat hadiah-hadiah begitu, lalu banyak-banyak baca istighfar.

Saya banyak istighfarnya, bukan karena tidak bersyukur tapi takut harga diri saya terbeli oleh harta, dan usaha sendiri walaupun hasilnya sederhanaan saya masih bisa.

Itulah rasa malu kepada uang. Ya kita butuh uang, kita juga mencarinya, namun di keadaan tertentu saat uang datang melampoi proporsi yang kita usahakan, kita perlu mengecek diri, kita malu atau tidak menerimanya.

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Ya karena perbuatan-perbuatan tersebut sangat memboroskan energi kaya.

Dengan sistem imsak yang konsisten dilakukan Anda telah berhemat energi kaya.

Sebaliknya, di bulan Ramadhan Anda malahan disuruh meningkatkan energi kaya yang tentu itu adalah perintah untuk boros materi, seperti disuruh perbanyak sedekah di tanggal akhir Ramadhan.

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ

"Nabi SAW adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril AS bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhân untuk menyimak bacaan Al-Qur’annya. Sungguh, Rasûlullâh SAW lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” (HR Bukhari & Muslim).

Memperbanyak sedekah yang berarti banyak membayar itu cara peroleh energi kaya karena memberi rahmat ke luar diri Anda.

Konsep imsak puasa itu konsep hemat energi kaya sehingga terhindar dari kemiskinan, makanya salah satu hasil puasa yang benar-benar dilandasi îmânan wa-htisâban itu Anda selepas Ramadhan akan makin kaya raya, rezeki makin lancar melimpah.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Dalam berbagai proses tempaan tersebut yang wujudnya adalah kesempitan hidup, di situ muncul hikmah sebab dalam proses tersebut hawa nafsu terkerangkeng tidak banyak gerak.

البَسْطُ تاءْخُذُ النَّفْسُ مِنْهُ حَظَّهاَ بِوُجُودِ الفَرَحِ والقبضُ لاَ حَظَّ للنَّفْسِ فِيْهِ

"Di dalam keadaan lapang (basthu), hawa nafsu dapat mengambil bagiannya karena gembira, sedang dalam keadaan sempit (qabdhu) tidak ada bagian sama sekali untuk hawa nafsu." (Ibn Athaillah)

Setelah karakternya terbentuk baik, umpama bentuk pedang cantik yang tajam, baru proses tempaan itu dihentikan.

Jujur! Saya dapatkan ide-ide ilmu brilian itu justru saat saya mendapatkan kesempitan hidup dan masalah ruwet. Iya, saat sempit dan sumpek, itu hati jadi lentur karena proses tempa, jadinya bisa mengingat diri sendiri, mengingat kekurangan diri, mengingat kelemahan diri. Karena ingat diri selanjutnya karakter baik dalam diri lalu terbentuk lantas muncul dalam diri Anda akhlak-akhlak terpuji, dan akan hilang dari diri Anda sifat-sifat buruk.

Nah setelah itu semua baru kemudian doa Anda diijabah. Nyes!

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

LENGAH DAN LUPA ADALAH MEKANISME TENGAH ANTARA DOA DAN IJABAH, KERJA DAN HASIL

Saya sebagai content creator media sosial itu sering sekali amati fenomena begini, ketika saya sedang intens membangun karya di medsos, justru hasil interaksi postingan landai, interaksi sepi. Dan kelandaian tersebut bisa berlangsung berminggu-minggu, bahkan bulanan, hasil terus stagnan, malah kerap juga menurun, padahal di saat itu saya sedang intens-intensnya. Ketika sedang intens begitu, saya kerap hingga mempelajari algoritmanya.

Dan anehnya nanti ketika saya sudah tidak peduli lagi, saya lupa dengan intensitas kontennya, eeh malahan ada konten yang viral, interaksinya menguat.

Kan aneh sedang intens mengurusi malahan hasil menurun, sedang lupa dan tidak intens malahan hasil membaik?

Intens itu artinya segala daya atensi sedang terfokus, dalam keadaan itu Anda sedang bernafsu kuat. Anda yang cewek saat diperhatikan intensif oleh cowok nakal hingga digoda-goda, Anda merasa risih, tidak? Anda merasa risih karena atensi si cowok nakal sedang bernafsu kuat.

Karena itu, segala sesuatu yang sedang Anda kerjakan dengan intensitas penuh justru hasilnya lengang, landai, atau malah menurun, sebab di saat intensif begitu energi yang keluar dari diri Anda adalah getaran nafsu. Nafsu yang bergetar ya tentu tertolak sama seperti Anda yang cewek menerima atensi godaan cowok nakal.

Nah ketika Anda lengah, tidak peduli ataupun lupa, itu intensitas getaran nafsunya berkurang, sehingga energi yang keluar bisa diterima, hasilnya pun gol.

Jadi kenapa ketika Anda sedang intensif berdoa justru merasa tidak ijabah-ijabah, atau Anda sedang intensif mengerjakan proyek justru luput dari gol, itu disebabkan saat intensif justru nafsu Anda lah yang dominan keluar.

Berarti kita tidak usah punya impian kuat, punya kemauan keras, punya prinsip kerja intensif, kita santai-santai saja kalau sedang punya proyek kerja ataupun sedang berdoa? Tidak begitu.

Sapi pembajak sawah itu kerja keras membajak bahkan kerja kerasnya melampoi si pemilik sawah namun tidak ada sapi pembajak sawah lantas kaya, itu karena si sapi tidak punya atensi yang intensif pada kekayaan saat ia kerja.

Atensi itu nafsu, namun atensi muncul dari latar belakang niat Anda. Kalau niat Anda kuat pasti tekad Ansa kuat dan aksi Anda sungguh-sungguh. Dari sinilah muncul sistem "man jadda wajada" (yang sungguh-sungguh dia berhasil).

Jadi sekalipun atensi intensif itu nafsu tetapi itulah penarik hasil yang akan diperoleh. Tanpa atensi kuat yang diberikan, Anda tidak punya hasil apa-apa persis seperti sapi pembajak sawah.

Jadi benar, lupa itu mekanisme tengah antara doa dan ijabah, mekanisme tengah antara kerja dan hasil, artinya Anda diijabah doanya itu bukan saat Anda sedang intensif-intensifnya berdoa, atau Anda peroleh hasil besar di saat Anda intensif-intensifnya kerja, namun ijabah dan hasil justru kerap nongol setelah Anda mencapai lupa dan tidak intensif lagi. Namun bukan berarti lalu cara unduh ijabah dan unduh keberhasilan itu dibangun dengan sengaja dibuat-buat lupa tanpa atensi kuat, tidak begitu.

Lupa dengan atensi kuat yang diberikan itu datangnya otomatis. Iya, Anda hidup lalu bisa fokus terus, konsentrasi terus, itu tidak mungkin. Pasti ada jeda lengahnya. Sehingga umpama Anda kerja dengan intensif itu otomatis suatu saat Anda lengah dan lupa dengan fokus atensinya. Di saat itulah ijabah datang.

Sebaliknya kalau dari awal-awal doa ataupun kerja Anda sudah pasang badan untuk dibuat-buat lupa itu namanya doa Anda tidak sungguh-sungguh. Kalau tidak sungguh-sungguh, bagaimana punya gol?

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Karena si santri dan orang tuanya diberi energi kekayaan oleh kyai, jadinya walaupun prakteknya si santri dijadikan pekerja gratisan, tapi hasilnya bukan hati mereka merasa berang malahan merasa dilimpahi, mereka pun bangga.

Sama, saya dengan para santri juga begitu. Kalau saya tidak suruh mereka khidmah, bagaimana saya akan memberi peluang kepada mereka agar kaya?

Itu juga value point yang ada di hati saya dengan para peserta kelas training saya. Mereka saya suruh bayar untuk ikut kelas saya, itu saya bukan sedang bisnis. Saya hanya melatih mereka untuk kaya.

Iya, saya sudah bayar dengan konten-konten ilmu di media sosial, itu cara saya membayar sebuah kekayaan. Lalu Anda tidak bayar apa-apa kepada saya, ya nanti saya yang kaya sendirian. Maka agar Anda kaya ya saya kasih kesempatan membayar dengan ikut kelas training saya dengan membayar harga registrasinya.

Dan karena kesadaran saya yang begitu keadaan yang terjadi menjadi terbalik 180% derajat. Banyak orang yang boro-boro berat hati bayar ikut kelas training saya, ataupun merasa dipeloroti duitnya, di luar urusan harga registrasi kelas, mereka dengan bangga kerap menghadiahi saya.

Lah kan kacau, prakteknya mereka saya peloroti, bukannya merasa diperas malahan merasa bangga gembira? Ya karena mereka merasakan energi saya yang ingin berikan kekayaan bukan energi merampok kekayaan orang.

Tanpa saya jelaskan di balik peristiwa Ayyub AS dan para kyai, sekarang Anda paham kan intisarinya? Jadilah orang yang berkesadaran memberi energi kepada orang, bukan ambil milik orang itulah kuncinya.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

----------------------
Pendaftaran SCC PRO-E Class
Klik http://bit.ly/gusmnbanan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

"Menyerahkan apa yang diminta itulah cinta"

Bareng Agus Sukoco; Budayawan Banyumas, Novelis, Penutur Spiritual

Tonton sekarang di channel saya;

https://youtu.be/QvLmJ0tjoL0

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Bahkan saya pernah ditemukan orang yang sangat terpuruk finansialnya komentar begini saat ada orang kaya meninggal dunia, "Si A kaya raya begitu, mati juga ditenggelamkan ke air," karena kebetulan liang kuburnya pas ada mata airnya. Artinya dia merendahkan sekali seolah-olah kaya itu sama sekali tidak berharga.

4). Menilai ahli surga itu orang miskin.
Kemarin saya menulis iseng-isengan, "Kabar Gembira! Sejahtera Finansial Paling Dulu Masuk Surga". Lah kok banyak orang tersinggung, tidak rela surga untuk orang kaya. Ada juga yang ngotot adu argumen agama di kolom komentar. Cek saja di artikel saya sebelum ini, tapi yang di page bukan di akun pribadi.

Saya menulis yang kesimpulannya begini, orang yang sudah berbuat baik tentu hasilnya baik. Karena telah berbuat baik hasilnya di kehidupan dunia ya peroleh harta sejahtera, ia kaya.

Nah yang telah berbuat baik sehingga di dunia hasilnya punya finansial sejahtera itu nanti di akhirat paling awal masuk surga. Lalu saya mengutip satu hadits,

"اِنَّ اَهْلَ المَعْرُوْفِ فِي الدُّنْيَا هُمْ اَهْلُ المَعْرُوْفِ فِي الآخِرَةِ وَاِنَّ اَوَّلَ اَهْلِ الجَنَّةِ دُخُوْلًا الجَنَّةَ هُمْ اَهْلُ المَعْرُوْفِ

"Sesungguhnya ahli kebaikan di dunia akan menjadi ahli kebaikan pula kelak di akhirat. Dan sesungguhnya orang-orang yang paling awal masuk surga adalah ahli kebaikan." (HR Thabrani)

Lah kok ada yang tersinggung? Itu dikarenakan mereka nyaman sebagai orang tak berharta dan meyakini harta itu jahat yang akan jadikan mereka tidak dapat bagian surga.

Masih banyak data-data lain bagaimana mereka menilai uang itu jahat, cuma saya tidak ingat semua.

Sebenarnya semua benar, miskin shalih banyak, kaya shalih juga banyak. Miskin yang penjahat banyak, kaya yang penjahat juga banyak. Miskin yang ahli surga ada, kaya yang ahli surga juga ada. Begitu pula yang ahli neraka.

Hanya saja di sini kajiannya Spiritual Prosperity ya tentu kajian yang mengupayakan bagaimana banyak orang menjadi kaya dunia akhirat. Dan faktor awal Anda melarat duit ya menilai uang itu jahat seperti saya jelaskan di atas.

Karena itu nilailah bahwa uang itu kebaikan dunia akhirat, kesehatan dunia akhirat, keselamatan dunia akhirat, surga dunia akhirat.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

----------------------
Pendaftaran SCC PRO-E Class
http://bit.ly/gusmnbanan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

BERITA GEMBIRA! SEJAHTERA FINANSIAL PALING DULU MASUK SURGA

اِنَّ اَهْلَ المَعْرُوْفِ فِي الدُّنْيَا هُمْ اَهْلُ المَعْرُوْفِ فِي الآخِرَةِ وَاِنَّ اَوَّلَ اَهْلِ الجَنَّةِ دُخُوْلًا الجَنَّةَ هُمْ اَهْلُ المَعْرُوْفِ

Sesungguhnya ahli kebaikan di dunia akan menjadi ahli kebaikan pula kelak di akhirat. Dan sesungguhnya orang-orang yang paling awal masuk surga adalah ahli kebaikan. (HR Thabrani)

Kalau Anda bikin meja lalu cara halusin kayunya, cara menggoroknya, cara memakunya, cara mengukur sudut-sudutnya dilakukan ngawur dan serampangan, apa mejanya terbentuk rapi? Jelas berantakan. Itu efek tidak berbuat baik atau ma'ruf ketika bikin meja.

Hidup selalu dijegal masalah ruwet, keluarga berantakan, musibah bertubi silih ganti, finansial amburadul, tentu karena pola hidup yang dibentuk tidak ma'ruf.

Kenapa hidup Anda sejahtera? Karena pola yang Anda kerjakan dalam hidup sudah dengan pola ma'ruf, pola baik, pola amal shalih.

Kenapa finansialnya sejahtera? Ya sama, karena lakon hidup dan pola-polanya sudah dijalani dengan pola ma'ruf, pola baik, pola amal shalih. Mana mungkin bikin meja dengan kehati-hatian, skill terbaik, talent terbaik kemudian hasil mejanya berantakan?

Sejahtera finansial apalagi hingga kaya itu jelas hasil dari perbuatan ma'ruf, hasil dari amal shalih. Masa iya meja cantik itu karena hasil kerja serampangan? Ya pasti hasil kerja kebaikan.

Sebaliknya ruwet dan seret finansial tentu hasil dari perbuatan buruk dan amal munkar.

Sementara ahli ma'ruf yang hasilnya di dunia itu sejahtera finansialnya, mereka itu disebut oleh Nabi SAW sebagai orang pertama yang masuk surga.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Tetapi rasa dengki dan iri tersebut saya pergunakan untuk memotivasi diri saya sendiri, bagaimana agar saya survive tidak tersingkir. Dari situ jadinya saya mau belajar dan mengaji ekstra disiplin, menggemilangkan diri dengan terus berupaya tampil baik, ilmiah dan profresional dalam berbagai debat ilmu. Sementara teman yang saya iri padanya tidak saya sentuh sedikitpun harga dirinya, apalagi saya jatuhkan. Karena disiplin belajar dan ngaji, jadinya saya diakui juga kemenonjolan prestasinya.

Dan boleh dikatakan, saya bisa berilmu karena kedengkian dan iri hati saya kepada teman saya yang berpengaruh dan berprestasi tersebut. Saya dapat ilmu bukan dari li-llâhi ta'âlâ, saya dapatkan ilmu dari karakter buruk saya yang suka menonjol.

Karena suka menonjol, iri dan dengki saya bisa keluar dari kebodohan. Lalu apa ini benar?

Lillâhi ta'âlâ atau rasa ikhlas itu rahasia Tuhan.

قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ قَالَ: سَأَلْتُ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلامُ، عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ قَالَ: سَأَلْتُ رَبَّ الْعِزَّةِ عَنِ الإِخْلاصِ، مَا هُوَ؟ قَالَ: «سِرٌّ مِنْ أَسْرَارِي، اسْتَوْدَعْتُهُ قَلْبَ مَنْ أَحْبَبْتُ مِنْ عِبَادِي»

"Saya (Khudzaifah) bertanya kepada Nabi SAW, ikhlas itu apa? Nabi menjawab, aku tanyakan kepada Jibril, ikhlas itu apa? Jibril menjawab, aku tanyakan kepada Tuhan Yang Maha Agung, ikhlas itu apa? Jawab Tuhan, "Ikhlas itu rahasia dari rahasia-rahasia-Ku yang Aku menitipkannya di hati orang yang Aku cintai dari hamba-hamba-Ku." (H.Q.R. Al-Qazwini)

Barang dirahasiakan karena itu rahasia Tuhan kok Anda cari-cari? Ya tidak ketemu. Sama saja tahu-tahu dokumen rahasia negara kok Anda cari-cari ya tidak ketemu.

Dan kalau Anda sibuk mencari-catinya ya Anda tidak ada waktu untuk berbuat nyata. Mau sedekah menunggu rasa ikhlas, ya malah bisa-bisa tidak jadi-jadi sedekah karena takut tidak ikhlas.

Maka itu berbuat nyata saja, bertindak dan beramal baik saja, ikhlas lillâhi ta'âlâ atau tidak, serahkan pada Tuhan. Berbuat nyata saja dulu!

Lah iya, untuk dapatkan kesadaran kaya dalam berkarya di konten medsos saja butuh 8 tahun, kalau saya menunggu ikhlas, Anda kapan memulai berkarya?

Untuk keluar dari kebodohan ngaji saja butuh 10 tahun berjuang ngaji di pondok pesantren dengan rasa sakit hati karena tidak menonjol juga karena iri dan dengki pada teman yang moncer kemenonjolannya. Kalau saya ngaji nunggu rasa ikhlas ya sampai tua saya tidak sempat mengaji.

Sebab itu berbuat nyata saja, mau ikhlas atau tidak, itu rahasia Tuhan.

Imam Ghazali mengakui, awal menimba ilmu itu niatnya karena takut tidak bisa makan, sebab ia anak yatim, sementara harta warisan ayahnya telah dititipkan ke sebuah lembaga pendidikan. Kalau Imam Ghazali tidak belajar di kembaga tersebut, ya warisan ayahnta tidak bisa dicairkan. Jadi ia menimba ilmu boro-boro mengerti ikhlas, tapi hanya karena takut tidak bisa makan.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

-----------------------
Pendaftaran SCC PRO-E Class
Klik : http://bit.ly/gusmnbanan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Begitu istiqamah shalat Dhuha tetapi hati sedang susah pada hutang. Begitu sigap bangun malam shalat Tahajud tapi hati sedang khawatir tidak kecukupan.

Serius amat dengan duit? Pantas duit kita di-TKO oleh Via Vallen dan Nella Kharisma yang prinsipnya hanya, "Yang penting goyang".

وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa perhitungan." (Q.S. Al-Baqarah : 212)

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

-----------------------
Pendaftaran SCC PRO-E Class (Hoki di Rezeki, Pemenang Mulia di Hati)
Klik : http://bit.ly/gusmnbanan

Читать полностью…

MUHAMMAD NURUL BANAN (GUS BANAN)

Lah prilaku seperti orang gila kok bisa-bisanya orang yang hadir di sekeliling beliau sangat hormat dan memuliakan beliau. Beliau dihormati dan disegani selayaknya para raja. Itu energi apa?

Itulah energi orang yang daya bayarnya sudah sangat besar di alam semesta ini, entah apapun bentuk bayarannya, yang jelas bayaran lebih.

Sekarang kalau Anda beli mie ayam harga 11 ribu per mangkok, Anda hanya bayar 8 ribu lalu Anda kabur, apa yang terjadi? Ya Anda dibangs4t-bangs4tkan, terhina dan sama sekali tidak dihargai. Boro-boro dimuliakan dan dilayani, tidak dilempar batu sudah mending.

Nah Anda bisa amati, ada orang kok ketika ia bertamu ke rumah Anda saja sepertinya malas banget menemui, apalagi untuk memuliakan, temui saja malas, bikin badan sakit. Nah itu orang yang sebenarnya ketekoran energi membayar. Ya mungkin latar belakangnya orang culas, atau mungkin penjilat, atau mungkin maling, atau mungkin orang tamak, dan hal lain dimana ia sering bayar kurang dalam kehidupan ini. Ia tidak ada aura energi mulianya.

Hmm Anda jangan santai-santai gemar tawar barang jualan dengan harga banting, gemar cari gratisan, gemar cari bantuan sosial, gemar lari dari kewajiban pajak, gemar pakai kendaraan telat pajak, gemar dikondangi dan diuluri tangan, gemar ditraktir, apalagi gemar minta-minta sumbangan, karena itu semua adalah pola-pola mengurangi daya bayar Anda, efek resikonya Anda jadi hilang energi mulianya, selanjutnya Anda jadi kaum dhuafa yang compang-camping finansialnya, ruwet hidupnya, seret rezekinya, dan lemah harga dirinya.

Remuk lagi kalau Anda sudah diberi 1 mangkok mie ayam, boro-boro membayar walaupun kurang, malahan Anda merampok warungnya, jadi apa diri Anda?

Kemarin pagi saya buka beranda facebook page saya, eeh postingan dari Metro News TV lewat memberitakan tuntunan vonis mati dari jaksa untuk Irjen Polisi Teddy Minahasa. Lah kok saya komentari, "Semoga terkabul. Amin." Dan rata-rata netizen komentar serupa, dan tidak sedikit yang mengolok-olok Teddy Minahasa. Kok saya sejahat itu? Ada orang dituntut vonis mati kok malah doakan kemampusan untuknya?

Ya itu fenomena orang yang membayarnya selalu kurang dengan kehidupan. Lah iya dia dibayar rakyat untuk amankan rakyat dari tindakan kejahatan termasuk kejahatan narkoba, lah bukannya dia membayar dengan pengabdian penuh amanah, malahan rakyat diedari narkoba olehnya. Dikasih mie ayam semangkok bukannya bayar sesuai harga malahan yang punya warung dirampok. Hasilnya Teddy Minahasa dikutuk rakyat layaknya anj1ng gila. Walaupun hartanya trilyunan, pangkatnya jenderal, pendidikannya tinggi, namun energinya terlaknat.

Nah kalau Anda di warung mie ayam, sudah bayar sesuai harga, atau malah bayar lebih, dimana seharusnya Anda sangat dimuliakan, lantas Anda direndahkan layaknya orang yang bayar kurang, lantas apa yang terjadi? Yang terjadi orang yang merendahkan Anda pasti kualat.

Kerap kan Anda temui orang yang kalau Anda rendahkan dirinya kok Anda kena kualat? Ya itu karena bukan level orang tersebut Anda rendahkan. Levelnya di depan Anda dia harus dimuliakan sebab kapasitas pembayarannya lebih tinggi dari Anda.

Kalau Anda alami kualat dari seseorang, segeralah minta maaf lalu muliakan dirinya, sebab energi bayarnya kepada Anda jauh lebih tinggi dirinya.

- Muhammad Nurul Banan
- Gus Banan

-----------------------
Pendaftaran SCC PRO-E Class - Hoki di Rezeki, Pemenang Mulia di Hati
WA 0817 230 2992 atau klik http://bit.ly/gusmnbanan

Читать полностью…
Subscribe to a channel